HAI-online.com - Dalam tiga bulan ini, Indonesia ditimpa sejumlah bencana. Juli lalu, Lombok gempa, September kemarin Palu gempa dan tsunami, di Oktober ini pesawat Lion Air tujuan Cengkareng – Pangkal Pinang yang membawa 189 orang mengalami kecelakaan.
Di antara musibah yang terjadi selalu ada informasi yang membanjir, entah itu dari televisi, Koran, media online atau dari media sosial.
Informasi udah pasti dibutuhin banget. Kita perlu tahu perkembangan langsung dari tempat kejadian. Dari informasi itu, kita jadi bisa menentukan mesti melakukan aksi apa dan jadi tahu kabar masyarakat yang ada di tempat kejadian.
Tapi, informasi yang membanjir itu bisa jadi bencana sendiri, lho. Ada pihak-pihak yang suka usil ngelempar informasi yang nggak bener. Kalau kita nggak pinter-pinter “menyelaminya”. Kita bisa keselek, keracunan, atau malah tenggelam di banjir informasi itu.
- Curigai Broadcast Message di Grup
Nah, lemparan-lemparan informasi di group chat itu nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Coba aja lo tanya ke si pengirim broadcast message itu, seringnya sih pengirimnya nggak tau persis detail inforamasinya. Bisa aja tuh dia lempar informasi cuma biar grup rame atau biar dia diperhatiin.
Karena itu, tiap kali baca broadcast message di grup, lo harus bacanya dengan penuh kecurigaan. Bahkan, kalau bisa mending nggak usah baca, deh, seperti yang dianjurkan Justito, dosen jurusan Jurnalistik Ilmu Komunikasi Unpad.
“Abaikan sebaran informasi di berbagai aplikasi percakapan. Kecuali kamu yakin mereka (pengirimnya) adalah tangan pertama dari informasi tersebut,” kata Justito
- Cek Profil Akun Penyebar Info di Medsos
Klik akunnya, liat profilnya, terus liat deh riwayat tweet atau postingan-nya. Kalau dia emang orang yang kredibel, menyampaikan informasi yang sesuai profesi atau kapasitasnya, dan emang sering tweet informasi tentang topik yang sama, maka baru deh informasi tadi boleh kamu percaya.
- Biasain cari informasi dari sumber pertama atau sumber resmi
Lembaga-lembaga resmi itu pasti punya divisi humas dan media sosial yang bekerja ekstra di saat bencana terjadi. Mereka bakal rutin mengirim kabar resmi yang dikirim oleh tim di lapangan.
“Sebisa mungkin akses dari sumber informasi pertama atau sumber otoritatif seperti BNPB, lembaga resmi pemerintah, NGO Terpercaya, atau individu yang memang kredibel, dll,” lanjut Justito.
- Jangan like atau retweet informasi yang ngaco. Langsung report aja!
Kalau pun mau sebar, kamu mesti kasih tau dengan baik kalau info tersebut salah dan kamu mesti ngasih tahu versi benarnya.
Nah, aksi terbaik yang perlu lo lakukan adalah langsung klik tombol report. Sekarang ini tiap media sosial pasti punya fitur tersebut. Semakin banyak yang report semakin cepat juga informasi salah itu dihapus oleh admin pusat
Kalau lo nemu media nasional yang ngaco pemberitaannya, bisa langsung laporin ke Dewan Pers (@dewanpers). Kami di Hai pun siap ditegur dan dijewer kok kalau ada pemberitaan yang ngelewatin batas~
- Pikir Dua Kali Sebelum Share Informasi
“Nggak perlu terlalu aktif di media sosial berbicara tentang bencana tersebut. Semakin banyak percapakan, semakin besar kemungkinan distraksi atas penyaluran informasi primer tentang bencana itu,” papar Justito
Selain itu, Tito juga ngingetin kita untuk nggak asal analisis kejadian. Kalau lo nggak punya kredibilitas, otoritas serta kecukupan data untuk analisis, lebih baik jangan deh.
“Kalau nggak bisa, serahkan analisis pada mereka yang otoritatif dan kompeten,” lanjut Justito.
- Jangan melebih-lebihkan atau dramatisasi informasi
Udah gitu, coba deh lo posisikan diri sebagai kerabat korban. Lo nggak mau kan kecelakaan yang menimpa keluarganya itu disebabkan oleh sesuatu yang lebay yang cuma ada di imajinasi lo aja.
Gitu, bro. Bencana yang terjadi di lokasi kejadian itu udah berat. Pastikan informasi yang ada di tangan kita itu bisa membawa kebaikan bukan malah bikin keadaan makin parah.