Review Film Searching: Kebenaran Teknologi yang Bikin Emosi Deh!

Kamis, 30 Agustus 2018 | 18:03
Sony

Poster film Searching

HAI-Online.com - Ngomongin film yang mengusung gimmick teknologi sebagai setting film keseluruhan, sebenernya udah ada sejak beberapa tahun lalu. Tepatnya saat film Open Windows tahun 2014 lalu dan Unfriended tahun 2015 lalu.

Kedua film di atas menggunakan teknologi sebagai latar. Entah interface laptop atau handphone, nunjukin para karakter yang lagi menggunakan teknologi tersebut.

Gimmick ini jadi cara untuk ngirimin jalan cerita ke penonton, bikin kita ngerasa sedang nontonin live streaming di laptop, log in ke sosial media si karakter, atau bahkan bikin kita ngerasa lagi ngerespon langsung chat dari karakter tersebut.

BACA DEH:Tampil di Reading Festival, Mike Shinoda Jadi Emosional ke Chester Bennington

Mengusung gimmick kayak gini menarik banget, sob. Gimana nggak, sekarang ini teknologi udah jadi dunia kedua kita.

Hampir sebagian besar kehidupan kita berlangsung lewat teknologi. Dan karena udah familiar sama teknologi, alhasil bisa bikin kita merasa lebih dekat dengan cerita yang coba diusung sama gimmick kayak gini.

Hal kayak gini yang coba diusung sama Searching. Film Searching sendiri bercerita soal seorang ayah tunggal yang nyari anaknya, Margot, yang nggak pulang setelah sesi belajar kelompok di rumah temennya. David Kim, sang ayah, dan Margot sering hanya komunikasi via chat dan face time karena sama-sama sibuk.

Setelah beberapa lama masih belum ada petunjuk di mana Margot, David ngerasa kalau dirinya harus nyari Margot lewat aspek yang paling dekat dalam kehidupannya. Dan lewat teknologi, yaitu laptop Margot, David nyoba untuk cari tahu di mana Margot berada. Dan kejutan yang dia temukan adalah ternyata dia sama sekali nggak tahu anaknya tuh kayak gimana.

Film Searching yang disutradarai sama Aneesh Chaganty ini dibintangi sama John Cho, Sara Sohn, Michelle La, Joseph Lee, dan Debra Messing. Ada perbedaan yang signifikan banget antara Searching dan dua film pendahulunya dengan gimmick serupa, Unfriended dan Open Windows.

Dalam Searching, Chaganty mencoba buat menggaet penonton dengan cara yang lebih dramatis. Beda sama Unfriended misalnya, yang menurut HAI sih menonjolkan banget aspek horor gore-nya tanpa ada banyak emosi yang dimainkan.

Dengan mengunci aspek hubungan ayah-anak dan parenting modern ini alhasil banyak mainin emosi di dalamnya. Dan emosi tersebut sukses bikin penonton seakan ikut ngerasain perjuangan David, bahkan berada dalam kepanikan pencarian Margot.

Intimasi yang sukses dibangun dengan emosi

Sony

Film dimulai dengan potongan-potongan gambar dan video tentang kehidupan awal keluarga David dan istrinya, Pamela saat mereka membesarkan Margot. Mirip sama adegan di film Up gitu, tanpa banyak dialog tapi berhasil bikin penonton jadi bagian dari keluarga Kim.

Ada intimasi yang sukses dibangun sejak awal film. Gimana keadaan keluarga Kim, Margot yang tumbuh besar dan kesukaan doi terhadap piano, sampai akhirnya Pamela menderita kanker dan meninggal. Searching berhasil banget ngelemparin salah satu aspek kunci dalam konflik yang bakal terjadi dalam film nantinya dengan smooth.

Apalagi karena intimasi ini, emosi penonton bisa masuk banget ke dalam film. Kita jadi mudah berempati sama David dan Margot.

Kita bisa ngerasain apa yang mereka rasain dan alamin. Sesuatu yang susah banget kita dapetin saat nonton Unfriended karena kurangnya emosi dan empati yang kebangun antar penonton dan karakter.

Setelah intro film, Chaganty lalu mencoba melemparkan beberapa aspek yang jadi sumber konflik. Dan yang menariknya, aspek-aspek tersebut udah super familiar pastinya sama kehidupan kita.

Selain bagaimana teknologi saat ini malah jadi pembatas hubungan antar manusia secara intim, tapi ada isu parenting yang sering banget dilakukan sama kita.

Intinya sih satu, bagaimana bahwa komunikasi itu adalah aspek yang super penting dalam sebuah hubungan. Dan nggak cuma asal komunikasi basa basi aja, tapi rasa ingin tahu dan keterlibatan dalam kehidupan orang terdekat juga jadi suatu hal yang penting. Dan parahnya, karena teknologi, malah sering nggak kesampaian.

Paradox teknologi

Sony

Isu yang kekinian dan dekat sama kehidupan ini yang menurut HAI jadi kunci kesuksesan Searching. Chaganty dengan cerdas mengemas isu-isu tersebut lewat petualangan di layar komputer. Kita bakal dibawa sejak awal David curiga bahwa anaknya kenapa-kenapa.

John Cho hampir sepanjang film ditampilkan dengan shot medium sampai close up. Itu bikin ekspresi kepanikan yang ada di muka doi bisa kelihatan jelas, dan karena penampilan Cho yang juga luar biasa keren, penonton bisa ikut merasakan kepanikan itu.

Selain lewat mimik wajah yang muncul dari potongan-potongan video karakternya, Chaganty juga ngebawa penonton buat ngikutin perjuangan David lewat cara David yang menelusuri internet mulai dari nge-hack sosial media anaknya, nyari informasi soal temen-temen Margot, sampai riset-riset gitu.

BACA JUGA:Mantul, Aset Michael Jackson Hasilkan Banyak Uang Setelah Meninggal

Pokoknya Chaganty nunjukin bahwa David adalah salah satu dari kita, penonton, dan apa yang dilakukan David tuh juga adalah sesuatu yang bakal kita lakukan kalau ada di posisi dia.

Dan semakin kita dibawa dalam perjuangan David nyari anaknya, semakin kita dan David dibuat sadar, kalau orang tua tuh nggak pernah tahu siapa anaknya sebenarnya. Itu nge-confirm mimpi buruk setiap orang tua sih mungkin, bahwa anak itu seringkali punya kehidupan kedua di internet. Sesuatu yang bahkan mungkin saat ini juga lo alami, sob.

Dan hal inilah yang bikin Searching berhasil banget. Film ini bisa mengemas sebuah paradox dari teknologi yang seringkali kita alami, tapi nggak kita sadari.

Dengan premis yang sederhana banget, tapi karena dikaitkan dengan teknologi, bikin film ini jadi menarik. Apalagi dengan plot twist di akhir film yang kurang ajar banget, film Searching ini cocok banget deh dijadiin agenda nonton bareng kalian sama orang tua, hehehe. (*)

Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa

Editor : Al Sobry