4 Perbedaan Sekolah Keberbakatan Olahraga dan SMA Pada Umumnya

Kamis, 27 Juni 2024 | 13:48
KOMPAS.com/Andri Donnal Putera

Kelas Sekolah

HAI-ONLINE.COM - Saat ini, buat kamu-kamu yang senang berolahraga dan bercita-cita menjadi atlet nasional, terdapat sebuah sekolah yang dikhususkan untuk itu

Bukan SMA pada umumnya, namun sekolah ini diberi julukan SKO, yang berarti Sekolah Keberbakatan Olahraga. Di setiap pulau di Indonesia sudah ada, lho, SKO ini.

Namun, masih banyak yang bertanya-tanya, terutama mereka yang ragu untuk masuk SKO. Sebenarnya, apa, sih, perbedaan signifikan antara SKO dan SMA pada umumnya?

HAI, pada hari ini (21/8), baru saja main ke salah satu SKO paling terkenal di Indonesia, yakni SKO Ragunan, yang berhasil mencetak produk atlet kebanggaan Tanah Air seperti Susi Susanti, Egy Maulana Vikri hingga Andritany.

Berdasarkan data-data yang HAI dapat ketika main di sana dan ngobrol sama murid-muridnya langsung, berikut ini adalah 5 perbedaan signifikan antara SKO dan SMA pada umumnya:

1. Jam Sekolah

Di SMA pada umumnya, jam sekolah biasanya ditetapkan mulai dari jam 7 hingga jam 2 atau 3 sore. Di SKO sangat jauh berbeda.

Di pagi hari, sekitar jam 5 subuh, mereka harus bangun dan langsung latihan fisik di lapangan. Sekitar jam 7, mereka akan disuruh bersiap-siap untuk masuk sekolah.

Nah, bel masuk sekolah pun dibunyikan sekitar jam setengah 9, seenggaknya ini peraturan yang ada di SKO Ragunan. Mungkin di SKO lainnya berbeda, namun sistemnya masih sama.

2. Asrama

Murid-murid di SMA pada umumnya biasanya datang di pagi hari, pulang di sore hari ketika pembelajaran selesai. Kalau di SKO, tidak.

Murid-murid di SKO biasanya dimasukkan ke dalam asrama, agar hidup dengan teratur, disiplin dan kondisi fisik mereka terjaga. Maklum, calon atlet kebanggaan Indonesia.

Menurut penurutan murid-murid di SKO, mereka diperbolehkan pulang seminggu sekali, itu kalau mereka tinggal di DKI Jakarta atau sekitarnya.

Namun, buat mereka yang sekolah di SKO berkat beasiswa dari provinsinya masing-masing, biasanya mereka pulang saat lebaran.

Pasalnya, rumah mereka sangat jauh, bahkan di luar pulau Jawa. Maka dari itu, bakal sangat nggak efektif kalau pulang seminggu sekali.

3. Pelajaran Dibagi Dua

Belajar akademis di SKO itu sangat santai, bahkan, sepenglihatan HAI di SKO Ragunan, banyak yang lebih fokus berlatih di lapangan.

Jadi, ada dua sistem pembelajaran di SKO; yang pertama, mereka akan dilatih secara teori maupun praktek terkait cabang olahraga yang mereka pilih.

Biasanya, pembelajaran ini dimulai pagi hari, dan juga sore hari, karena pada siang harinya, mereka harus belajar akademis di ruangan.

Ketika mereka belajar akademis, apa yang mereka dapatkan juga sama seperti murid-murid di SMA pada umumnya. Mulai dari Matematika, Sosiologi, Kimia, Bahasa Indonesia dan lain-lain.

4. Sistem Degradasi

Mungkin sistem yang satu ini lebih dikenal dengan kata drop out kalau di SMA pada umumnya.

Di SKO juga ada, lho, peraturan seperti ini, namun dikenal dengan nama degradasi.

Para murid-murid yang tidak memiliki prestasi dalam bidang olahraga dalam waktu yang sudah ditentukan, biasanya dipulangkan ke kota asalnya dan dicarikan SMA lain di sana.

Pasalnya, murid-murid di SKO difokuskan untuk berprestasi di kejuaraan nasional dan bahkan luar negeri. Kalau mereka nggak bisa membuktikan bahwa diri mereka berprestasi, dengan berat hati pihak dari SKO-nya bakal memulangkan mereka ke kota asal.

Tag

Editor : optimization