Review Mile 22: Thriller Penuh Tembakan dan Ledakan yang Hampa Banget

Selasa, 21 Agustus 2018 | 17:10
STXFilms

Mark Wahlberg dalam salah satu adegan di Mile 22

HAI-Online.com - Film action thriller terbaru Hollywood, Mile 22, resmi tayang di Indonesia mulai 21 Agustus hari ini.

Film garapan Peter Berg ini punya nilai istimewa di publik Indonesia,pasalnya salah satu aktor laga kebanggaan kita, Iko Uwais, ikut ambil bagian di dalamnya. Nggak cuman sebagai figuran, Iko menjadi salah satu pemeran utamanya, sob!

Terlepas dari seorang Iko Uwais, HAI mau ngomongin soal filmnya dulu secara keseluruhan. Jadi, film ini bercerita soal sebuah unit taktis elit yang disebut Overwatch.

Timberanggotakan 7 orang ini dipimpin sama James Silva (Mark Wahlberg) dan Alice Kerr (Lauren Cohan). Unit ini beroperasi dengan mengabaikan hukum, supaya bisa menjaga Amerika dari ancaman.

Misi terbaru mereka, adalah untuk mengawal seorang informan kunci dalam sebuah misi penting. Mereka harus mengantar Li Noor (Iko Uwais) ke bandaradalam jarak tempuh22 mil dari kedutaan Amerika ke pesawat militer yang sudah menunggu.

Plot holes super bingung

Film Mile 22 kerasakurang greget dan super ngebingungin. Sejak awal, para penulis skripsepertinya cuman sekadar ngasih plot perintilan dengan adegan aksi tembak-tembakan yang dominan.

Film dibuka dengan misi pasukan Overwatch di sebuah rumah. Rumah itunampaknya diisi sama para teroris asal Rusia yang nggak tahu lagi harus ngapain. Pasukan Overwatch kemudian menyerang rumah itu beserta isinya.

Mereka menyandera para "teroris" dan berusaha ngambilin data serta benda yang disimpan dalam brankas.

Di sini plot hole super besar udah mulai kerasa.Sejak awal cerita kerasa bolong banget dan bikin penonton jadi bingung, sebenernya apa sih yang lagi terjadi. Kenapa tim Overwatch menyerang rumah itu, emang apa yang mereka lakukan? Dan di sini penonton dibiarin bingung.

Setelahnya, film dipercepat sampai 16 bulan kemudian sejak kejadian itu. Diceritakan tim Overwatch lagi ada di Indocarr, sebuah negara di Asia Tenggara. Di sana mereka sedang melakukan misi untuk mengambil sebuah bahan peledak super berbahaya yang ilang, yang mereka sebut "fear powder".

STXFilms

Mark Wahlberg dan Iko Uwais

Plot holes demi plot holes mendominasi film ini. Film ini sama sekali nggak koheren. Bahkan HAI ngerasa kalo di paruh pertama film, adegan yang disuguhkan cuman kayak adegan-adegan kekerasan yang nggak berkesinambungan sama sekali. Adegan ini dimunculkan gitu aja tanpa ada tujuan yang jelas. HAI bahkan bingung, apa plot film ini nyambung satu sama lain apa nggak.

Film ini sering banget munculin potongan-potongan adegan yang kayak ngasal gitu. Sering kerasa nggak nyambung sama sekali sama alur utama cerita. Misalnya, di paruh kedua film ini mulai rada fokus tujuannya. Yaitu nganterin Li Noor ke bandara.

Tapi, ada beberapa potongan adegan yang memperlihatkan sekelompok orang Rusia yang merencanakan sesuatu. Tapi nggak tahu apaan. Selain itu, sosok Li Noor yang emang misterius, diceritakan dikejar-kejar sama pihak pemerintah Indocarr karena dianggap berkhianat.

Di sini penonton nggak dikasih tahu dia berkhianat apa, apa sih kerjaan Li Noor sebenarnya di pemerintahan. Pun bagaimana perkenalan Li Noor dan Alice, informasi macam apa yang suka di suplai.

Penonton bener-bener dibikin bingung dengan segala hal yang terjadi. Membuat HAI sendiri pas nontonnya berkali-kali harus mikir rada keras dulu buat bisa memproses apa dan kenapa suatu hal terjadi.

Film aksi yang cuman tembak-tembakan doang

STXFilms

Lauren Cohan

Setelah tujuan tim jadi lebih terfokus, film mulai masuk ke paruh kedua. Tim Overwatch harus nganterin Li Noor ke bandara. Di sini lucunya, plot masih aja nggak jelas. Tujuannya sih jelas, tapi penceritaannya tetep aja banyak bolongnya.

Selain itu, adegan aksi yang disodorin juga nggak memuaskan. Kebanyakan didominasi sama adegan tembak menembak dan lempar-lemparan bom. Jadi ya, kebanyakan cuman suara ledakan-ledakan aja.

Sensasi pertarungan intens yang luar biasa menegangkan hampir nggak ada. Bahkan Mark Wahlberg hampir nggak pernah adu jotos dengan fisik. Iya, doi yang sebenernya bagus buat adegan pertarungan jarak dekat, malah cuman dijadiin seorang penembak jitu doang.

Adegan pertarungan yang sedikit menghibur malah dateng dari sosok Lauren Cohan. Di sini doi punya 1 scene yang cukup menghibur karena adegan pertarungannya cukup intens. Tapi yaudah, gitu aja. Selain Lauren Cohan yang menyodorkan adegan adu jotos cuma Iko Uwais.

Iko Uwais yang memukau

STXFilms

Iko Uwais

Untungnya, di sela-sela plot yang nggak beres dan adegan aksi yang nggak memuaskan, muncul Iko Uwais yang berhasil memukau penonton. Aksi Iko bertarung dengan gaya khas pencak silat, berhasil bikin adegan aksi di film ini jadi berkali lipat lebih baik.

Iko lagi-lagi ngasih penonton penampilan bertarung ala doi yang mamuaskan. Walaupun cuman ada 2 scene yang nampilin Iko bertarung, tapi 2 scene itu worth it banget. Keren banget sob!

Di sela-sela adegan aksi yang didominasi cuman sama tembakan senapan dan ledakan bom, Iko berhasil ngasih kesegaran dengan adegan baku hantam fisik yang berdarah-darah. Sesuatu yang emang kita cari banget di genre action thriller sebenernya.

FYI aja nih ya, Iko juga jadi koreografer buat adegan-adegan aksi yang ada dalam film ini loh. Keren banget kan? Dan untungnya adegan aksi doi di sini nggak sebrutal di The Raid kok. Jadi masih cukup aman buat kalian yang agak jijik sama adegan gore.

Film yang hampa banget

Dengan banyaknya plot holes ini otomatis berimbas sama keterikatan emosional penonton sama film, sob. Film ini menggunakan formula konklusi di akhir, yang bikin mereka banyak ngelemparin elemen dalam cerita di sepanjang film dan ngasih penjelasannya di akhir.

Formula ini sebenernya cukup menarik, kalau eksekusinya bagus. Sayangnya eksekusinya jelek banget. Elemen-elemen penting dalam film banyak yang kayak dilemparin gitu aja. Alhasil bikin penonton bingung. Dan kalau udah bingung, udah pasti susah deh untuk masuk ke dalam film.

Makanya, pas di ending semua plot mulai keliatan jelas. Mulai dari alasan kenapa ada pihak Rusia di sana. Li Noor tuh siapa sih, walaupun yang ini nggak jelas-jelas amat. Dan kenapa semua hal ini bisa kejadian.

Tapi, karena udah duluan dibikin bingung, pas di akhir semua jadi cukup jelas, respon HAI cuma, "oh gitu. yaudah". Nggak ada kepuasan tersendiri setelah tahu plot secara cukup jelas. Bikin film ini hampa banget.

Selain plot yang bolong, karakterisasinya juga nggak beres. Semua karakter dibikin menggantung. Nggak ada eksplorasi lebih jauh dan pendalaman karakter yang mantap. Bahkan buat leading rolenya, James Silva.

Penonton cuman dikasih sedikit intro soal masa lalu Silva. Bahwa doi adalah seorang anak istimewa dengan bipolar yang punya kecerdasan di atas rata-rata. Tapi sob, kecerdasan itu sama sekali nggak tampak dalam film.

Silva cuman digambarin sebagai karakter yang ngomongnya cepet, pemarah, ngerasa sok jago, tapi nggak bisa memecahkan suatu masalah dengan otaknya sendiri. Suatu hal yang berbanding terbalik sama intro-nya di awal film.

Pun sama karakter lain macam Alice Kerr yang diperankan sama Lauren Cohan, Bishop yang diperankan sama John Malkovich, sampai Li Noor-nya Iko Uwais. Semuanya ngambang banget. Bikin penonton susah buat empati sama mereka.

Intinya sih, film ini menurut HAI punya terlalu banyak plot holes sampai sulit banget buat dimaafin. Performa keren Iko Uwais sayangnya belum berhasil mendongkrak kualitas film ini.

(*)

Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa/ HAI

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya