HAI-Online.com - Ngomongin film sci-fi buat remaja, film pertama yang muncul di pikiran kita kemungkinan besar sih The Hunger Games. film adaptasi novel karya Suzanne Collins ini emang udah beres 3 tahun lalu. Tapi, posisinya di hati para pecinta film sampe sekarang masih kerasa banget, sob.
Beberapa aspek khas The Hunger Games dan film sci-fi remaja lainnya bisa kita temukan dengan mudah dalam film The Darkest Minds yang baru aja rilis. Selain itu, film ini dijanjikan bakal sekeren Stranger Things karena kesamaan produser.Film karya sutradara Jennifer Yuh Nelson (Kung Fu Panda) muncul sebagai film sci-fi remaja di tengah-tengah sepinya genre sejenis.
Film yang juga diadaptasi dari novel karya Alexandra Bracken ini menceritakan soal Ruby Daly (Amanda Stenberg), seorang remaja yang selamat dari penyakit mematikan yang menyerang anak-anak dan sudah membuat sebagian besar anak-anak di dunia mati. Ruby dan anak-anak yang berhasil selamat dari penyakit ini ternyata mendapat dampak lain, mereka jadi punya berbagai macam kekuatan supranatural.
Kekuatan ini kemudian membuat pemerintah takut, dan berusaha untuk merehabilitasi anak-anak ini di sebuah camp untuk mengelompokkan dan mengontrol mereka.
Ruby berhasil melarikan diri dibantu oleh Cate (Mandy Moore), seorang dokter yang bekerja untuk The Children's League, sebuah organisasi bawah tanah yang berusaha untuk melawan sikap semena-mena pemerintah.
Tapi karena suatu kejadian Ruby kabur dari Cate, dan akhirnya malah ketemu sama 3 remaja pelarian lainnya. Liam Stewart (Harris Dickinson), Chubs (Skylan Brooks), dan Zu (Miya Cech). Bersama-sama mereka nyari sebuah camp khusus anak-anak yang selamat yang katanya terletak di East River.
BACA JUGA:Formula Basi Film Horor Tak Akan Membuat Slender Man Jadi Ikon Setan Baru: Sebuah Review
Secara keseluruhan, The Darkest Minds menurut HAI bisa tampil sebagai sebuah film yang menyegarkan dan menghibur, sob. Dengan elemen drama, fantasi, dan romance yang coba ditonjolkan, film ini bisa banget jadi tontonan ringan kalian.
Tapi, di beberapa aspeknya film ini masih punya masalah yang cukup besar dan berpengaruh sama nilai filmnya sendiri. Pertama, film ini mengusung cerita sci-fi dengan tokoh utama remaja dengan kekuatan supranatural yang berusaha untuk bisa mempertahankan diri sendiri.
Hal itu menurut kalian mirip nggak sih, sama beberapa cerita film sci-fi yang terkenal beberapa tahun ke belakang? Kayak film The Hunger Games yang udah sempet disebutin di atas, atau seri X-Men dan bahkan Divergent?
HAI sih ngerasa mirip banget, sob. Banyak elemen-elemen yang dicontek sama film ini. Mulai dari tokoh-tokoh utama yang emang remaja dan mereka punya kekuatan supranatural keren. Itu kan X-Men banget. Lalu dengan cerita dunia dystopia dan eksploitasi remaja serta anak-anak, dan bahkan tokoh utama wanita yang sedang berjuang untuk jadi heroine, jelas banget itu elemen The Hunger Games dan Divergent.
Hal-hal ini sebenernya nggak apa-apa sih, karena menurut HAI film ini cukup bisa menunjukan kalau mereka agak berbeda. Tapi sayangnya itu malah jadi bumerang, sob. Karena mau nggak mau kita bakal ngebandingin film ini sama film-film sci-fi yang jadi elemen acuan mereka.
Selain pace cepet yang bikin cerita punya plotholes, film ini juga nggak memberikan karakterisasi yang mendalam selain tokoh Ruby Daly sendiri. Penonton kurang dikasih kesempatan untuk bisa terikat dan punya empati sama para karakternya.
Beberapa tokoh bahkan kayak cuman lewat gitu aja. Macam tokoh Lady Jane yang diperankan sama Gwendoline Christie. Atau orang-orang dari The Children's League sendiri. Penonton nggak bisa eksplor lebih jauh siapa mereka.
Untungnya film ini punya sinematografi yang cukup asik. Elemen drama dan romance-nya bisa keliatan pas dan cukup menarik hati. Terus juga ada elemen komedi yang sesekali bisa mencairkan suasana kelam yang ada di beberapa bagian film. Cukup menghibur juga.
Yaaaa, kalau kalian mau nonton film ini sih, HAI rekomendasikan nggak terlalu berekspektasi terlalu tinggi, sob. Cukup pengen merasa terhibur aja dengan film yang ringan dan cukup menghibur ini. Oiya, satu lagi, hati-hati ya ending film ini selain ngegantung juga bikin sakit hati, hehehe.
Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa