Masa Orientasi Siswa Baru SMA Dianggap Membosankan Karena Dipegang Oleh Guru  

Kamis, 09 Agustus 2018 | 14:32
GIO / HAI

(Ilustrasi) masa orientasi di sekolah sekarang dianggap membosankan

HAI-online.com - Masa-masa awal sekolah kali ini agak beda, nih. Soalnya, sejak terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 18 Tahun 2016 tentang pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru, masa osrientasi siswa (MOS) atau sekarang berubah nama jadi masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), nggak serame dan seseru dulu lagi.

Ada perbedaan yang jelas saat kita dihadapkan dengan MOS jaman dulu dengan MOS jaman sekarang. Dulu, OSIS merupakan panitia utama dalam menyelenggarakan MOS. Semua agenda dibuat oleh kepanitiaan OSIS, sedangkan guru-guru hanya sedikit memberikan pengarahan dan materi. MOS jaman dulu juga terasa lebih menakutkan bagi sebagian siswi, takut kena gertak oleh senior.

Sementara jaman sekarang, khususnya di tahun 2018 ini, kegiatan MOS murni diselenggarakan oleh sekolah dengan kepanitian utama adalah guru. Semua susunan acara dibuat dan dilaksanakan oleh panitia guru. OSIS hanya berperan sebagai pengarah dan kakak pendamping dari gugus-gugus. MOS tahun ini sekitar 80% waktunya dihabiskan di dalam ruangan alias mendengarkan materi yang sudah disiapkan.

Cek Juga:Dari Tentang Bully Sampe Tawuran, Ini JawabanSenior TentangHal Yang Ditakuti Junior Di Sekolah

Anak baru ngerasa bosen

Monotonnnya masa orientasi udah diakui sama para anak baru. Arsyalia Witri contohnya, peserta MOS dari SMAN 2 Cibinong. Doi ngaku bosen dengan masa orientasi di sekolah.

“Gue sih lebih suka MOS yang kayak jaman dulu. Lebih seru aja dan nggak ngebosenin. Nggak melulu di kelas dengerin materi. Ya, walaupun ada sedikit senioritasnya, gue sih lebih suka yang gitu. Lebih ada kenangannya,” kata siswi yang biasa dipanggil Acha itu.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Rendi, “Kalo gue sih lebih suka yang dikerjain, soalnya lebih menantang aja, seru juga. Ya paling agak repot karna rumah gue jauh dari sekolah. Tapi selebihnya sih oke-oke aja.”

Namun, hal yang bertolak belakang disampaikan oleh Rizkiawan. Dia bilang seneng-seneng aja sama sistem MOS yang sekarang. Dia bilang bahwa sistem MOS yang seperti tahun ini lebih menyenangkan. Terlebih lagi, menurutnya, dengan sistem MOS yang seperti sekarang, sudah nggak ada lagi yang namanya bullying dan kekerasan.

“MOS yang kayak gini juga bisa dikenang kok. Malah akan lebih banyak pengalaman senengnya dari pada pengalaman buruk,” katanya.

Gilang dari SMK Warsito juga pendapat senada. Dia ngerasa seneng-seneng aja karena di sekolahnya, kakak-kakak OSIS tetap terlibat di acara untuk bikin games. “Selama MPLS kami main games. Lebih banyak serunya. Karena kakak pembinanya juga asik,” kata Gilang.

OSIS Jadi Gabut

Karena udah dipegang guru, para anggota OSIS pun nggak banyak kerjanya untuk masa orientasi. Itu yang dirasakan oleh Qattan Putra selaku pengurus OSIS SMAN 2 Cibinong

“MOS yang kayak gini juga bisa dikenang kok. Malah akan lebih banyak pengalaman senengnya dari pada pengalaman buruk,” katanya.

Di beberapa sekolah, OSIS masih dilibatin. Tapi, ya gitu, deh. Geraknya nggak leluasa. Udah gitu, maunya guru sering beda dengan maunya OSIS.

"Roundown udah diatur sama pembina MPLS, jadinya OSIS sempet direvisi sama guru kesiswaan," ungkap Ivana wakil Ketua OSIS SMK Waskito

“MOS dipegang guru ya bener-bener sebatas ngenalin program sekolah. Kaku. Udah gitu kalo ada jadwal yang mundur, OSIS nggak bisa ngapa-ngapain. Semisal gurunya telat dan jadwal jadi mundur, ya udah. Walaupun OSIS udah cerewet banget kalo ada peserta didik baru yang ngaret, tapi kalo gurunya juga pada ngaret, ya bisa apa,” kata Aurel dari SMAN 2 Cibinong.

Aurel berpendapat seharusnya sekolah nggak perlu segitu membatasinya keterlibatan senior. Ikutnya senior di dalam MOS nggak selamanya berarti bakal ada senioritas, kok!

Pihak sekolah berpendapat

Ibu Sumitri selaku Pembina OSIS dan ketua panitia MPLS 2018 mengatakan bahwa kegiatan MPLS sebenarnya hanya bertujuan untuk memperkenalkan siswa baru kepada lingkungan sekolah yang mencakup budaya, kebiasaan, cara belajar, tata tertib, dll. Beliau juga mengatakan bahwa sistem MOS yang baru merupakan perubahan ke arah yang positif dimana tidak ada senior dan junior, melainkan sama sebagai siswa.

Menurut beliau, soal materi yang banyak dan cenderung membosankan itu tergantung bagaimana penyampaianya dari guru pemberi materi. “Sebenarnya bukan soal di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas bisa mengondisikan bahwa pada saat menyajikan materi itu menarik, maka anak tidak akan bosan karena ada berbagai cara untuk menarik minat anak itu,” kata Ibu Sumitri. Beliau sendiri berharap bahwa MPLS ini bisa membawa siswa nyaman belajar dan merasa memiliki selokah serta dapat meningkatkan prestasinya.

So guys, kalo kalian sendiri gimana nih? Asikan yang jaman old atau yang jaman now?

Penulis: Adelia - SMAN 2 Cibinong

Hadistia - SMK Warsito

Tag

Editor : Rizki Ramadan