Biar Gercep, 7 Film Bencana Ini Tunjukin Cara Jitu Penyelamatan Diri!

Senin, 06 Agustus 2018 | 20:00

Tom Holland main di film bencana alam

HAI-Online.com – Nggak banyak film bertema bencana alam yang rilis pada tahun 2018, selain The Hurricane Heist dengan bencana badainya di Amerika dan film fiksi Skyscrapper dengan tragedy kebakaran yang disengaja oleh sekelompok manusia.

Eniwei, HAI nggak bakal membandingkan dua film tersebut. Terkecuali, beberapa film yang bakal dibahas berikut ini adalah deretan film yang punya cerita seru saat kejadian bencana.

Garis besarnya, bukan cuma cerita seru yang bakal dibeberkan HAI.grid.id melainkan bagaimana film ini mencontohkan kita (penonton.red) untuk gerak cepat, tanggap, sigap dalam menghadapi bencana dan upaya penyelamatan diri.

BACA JUGA:Anak Muda Gampang Sembuh dari Trauma Gempa, Begini Tiga Caranya!

Film bencana memang mengumbar sensasi kengerian, tapi yang terpenting adalah kita belajar juga nih gimana bisa selamat dan bahkan ikut menyelamatkan nyawa orang lain dalam keadaan darurat.

Kuy, belajar dari 7 Film Bencana yang sukses nunjukin cara penyelamatan diri yang jitu!

Skyscraper (2018)

Judulnya emang mirip banget sama lagu milik Demi Lovato yang rilis tujuh tahun lalu, Skyscraper.

Namun, di film yang masih tayang di sebagian bioskop Indonesia itu menyoal Dwayne Johnson a.k.a. The Rock dan keluarganya yang terjebak kebakatan buatan penjahat di gedung pencakar langit.

Bikin deg-degan sih, kali ini Dwayne Johnson berperan sebagai Will Sawyer, seorang mantan tentara US yang bakatnya awesome banget laksana dewa.

Daakui HAI, adegan Will Sawyer di gedung pencakar langit di Hongkong itu menegangkan dan teramat mustahil dilakukan orang biasa.

Skyscraper

Bagusnya film ini punya sisi lain, yaitu keluarga Sawyer yang setidaknya memberi pesan buat kita bagaimana survive ketika menjadi korban kebakaran.

Neve Campbell (Sarah Sawyer) amat sigap menangani kebakaran. Dia tahu bagaimana melindungi diri dan dua anaknya dari asap kebakaran dengan simply hacks yang mestinya bisa dicontoh masyarakat awam.

Belum lagi, sebagai ibu, Sarah juga tahu bagaimana memanfaatkan alat-alat rumah tangga sebagai senjata dalam menyelamatkan anak-anak. Selain pada nantinya, bantuan suami dan kepolisian mendukung aksi penyelamatan tersebut.

Yang terpenting, penonton dituntun buat gercap menghadapi dan menangani orang yang nggak bertanggung jawab penyebab musibah di gedung tempat tinggal.

The Wave (2014)

Film asal Norwegia ini punya cerita nyata soal kejadian bencana dahyat yang terjadi pada tahun 1934, yaitu di sebuah daerah bernama Geiranger di Norwegia.

Jauh sebelum musim tsunami di beberapa negara, kala itu penduduk dan wisatawan Geiranger dihantam ombak tsunami yang meluluh-lantakkan daerah tersebut

Peristiwa bencana alam tersebut menginspirasi lahirnya film berjudul The Wave yang rilis pada 2014 sialm.

Meski begitu, Roar Uthaug, selaku sutradara mengubah setting lamanya menjadi lebih ke masa kini, dimana sudah ada banyak penggunaan GPS dan alat-alat canggih pendukung profesi geologis, Kristian, sang tokoh utama.

Yap, Kristian (Kristoffer Joner) sepertinya punyapassiondi bidangnya, untuk itulah ia seakan punya firasat bahwa akan ada kejadian alam yang bisa membahayakan daerahnya.

Benar saja, ia bersama timnya telah menemukan bahwa pendeteksi air di beberapa titik di gunung batu tersebut hilang ditelan bumi. Alat kontrol di ruangan kerja mereka pun mencatat sejumlah kerusakan yang terjadi. Meski sempat mengecek lokasi yang rusak, dengan kemampuan Kristian membaca data yang lebih cermat, ia memprediksi aka nada tsunami yang akan terjadi.

Dari sinilah, penonton mulai merasakan ketegangan film sambil mengetahui beberapa cara menyelamatkan diri jika terjadi gempa dan tsunami. Seperti juga film-film bencana lainnya, secara tidak langsung beberapa hal yang dilakukan Kristian dalam menghadapi bencana seakan membuka mata penonton bagaimana harus bersikap dengan benar.

Namun yang namanya film, pasti saja ada bagian yang mengajak penonton untuk merasakan suasana tegang dan ikut dalam kepanikan. Apalagi, film ini cukup sukses memberikan efek-efek CGI yang menjadikan kita merasakan apa yang dirasakan para pemerannya.

Kabarnya, untuk membuat efek film ini terasa nyata, konon pembuatan film ini telah menghabiskan lebih dari 40.000 liter air setiap hari untuk membuat adegan tsunami. Selain itu, para aktornya juga melakukan sendiri semua adegan tanpa adanya pemeran pengganti.

Yang seru, meski dialognya berbahasa Norski, penonton bisa belajar teknik-teknik penyelamatkan diri, keluarga dan kemudian orang lain.

Basic penyelamatan diri dari bencana tsunami disimulasikan dengan baik dalam film tersebut. Ya, meski ada pelajaran yang seharusnya nggak dipetik juga terutama di bagian istri Kristian menyelamatkan nyawa anaknya.

Meski begitu tetap saja ada beberapa kondisi yang mau tidak mau harus dilakukan meski itu pahit. Yang jelas, menonton The Wave, penonton bisa lebih peduli sama lingkungan sambil tetap siaga dan waspada menjadi warga bumi di manapun berada.

The Imposible (2012)

Naomi Watts dan Tom Holland yang main, bro

Mirip dengan upaya penyelamatan diri dari kejadian Tsunami di film The Wave, justru film terdahulunya The Impossible (2012) malah punya acara yang lebih baik lagi dalam menanggapi kejadian saat dan paska diterjang tsunami.

Film ini diangkat dari kisah nyata sebuah keluarga berkebangsaan Spanyol yang berjuang melawan ganasnya tsunami yang terjadi di Indonesia dan Thailand pada 2004 lalu.

HAI akui, adegan Naomi Watss dan Ewan McGregor yang membintangi film ini, berhasil menghipnotis para penontonnya. Wajar kalo Naomi Watts (Maria) masuk nominasi aktris terbaik di Academy lantaran perannya tersebut.

Yang perlu digarisbawahi, film keluarga ini mengajarkan bagaimana survive ketika berenang di gulungan ombak besar, bertengger di pohon saat air laut meluap, sampai bagaimana keluarga ini menemukan anggota keluarga lainnya sungguh mengharukan.

Kita juga dibuat gemas dengan adegan anak-anak Maria yang ternyata punya bekal pendidikan yang baik bagaimana menghadapi kejadian dan orang-orang korban bencana. Salut dan jitu!

The 33 (2015)

Bencana ini terjadi di area penambangan di Atacama, Chile. Di sana ada 33 manusia yang tertahan di bawah tanah karena sedang mencari nafkah. Bukan satu dua malam mereka terkurung di goa melainkan lebih dari 2 bulan lamanya yaitu di kedalaman 2300 kaki atau sekitar 701 meter di bawah permukaan tanah.

Di antara mereka ada yang bilang, “Ini seperti dikubur hidup-hidup”.

Begitulah, kalau ada yang ingat kejadian nyata 33 penambang di Chile yang terjebak selama 69 hari di bawah tanah pada tahun 2010 silam, maka gambaran ceritanya tertuang kembali dalam sebuah film berjudulThe 33.

Kalau melihat pemberitaan, media mencatat 5 Agustus 2010 merupakan hari naas bagi 33 penambang San Jose di gurun Atacama, Chile. Sebab secara mendadak, para penambang yang baru akan memulai penggalian tanah pada hari pertama kerja mengalami musibah. Salah satu jalur penambang mengalami retak untuk kemudian rapuh dan meruntuhkan area bebatuan yang sejatinya mengandung tembaga dan emas yang merupakan sumber mata pencaharian penambang.

Sayangnya, Atacama sejak puluhan tahun terus digali tanpa mempertimbangkan struktur tanahnya sehingga ia mulai rapuh dan mengancam keselamatan para penambang. Alhasil, tambang San Jose runtuh dan membuat 33 penambangnya terkurung di kedalaman 2300 kaki atau sekitar 701 meter di bawah permukaan tanah.

Upaya penyelamatan pun dilakukan, namun yang bikin kesal, area evakuasi bencana yang disediakan perusahaan tidak terawat. Tangga menuju jalan keluar tidak pernah terselesaikan, bahkan bekal makanan dan obat-obatan yang tersedia sangat terbatas.

Dari situlah seorang Antoni Banderas (Mario Sepulveda) bergerak untuk mengatur semuanya sampai rekaman kisah penderitaan 33 penambang ini mengundang emosional dan mengharukan.

The Martian mungkin menyelamatkan satu orang yang terjebak di planet Mars, namun dalam film The 33, kita menyaksikan upaya penyelamatan 33 orang yang terjebak di dalam bumi.

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari film yang disutradarai Patricia Riggen ini sehingga kita harus menontonnya.

Selain belajar tentang bagaimana menjadi orang baik_pekerja yang baik, drama yang juga diadaptasi dari buku nonfiksi karyaHector Tobaryang berjudul:Deep Down Dark: The Untold Stories of 33 Men Buried in a Chilean Mine, and the Miracle That Set Them Freeini mengajarkan kita tentang cinta dan dedikasi keluarga, masyarakat, kepemimpinan dan ilmu pengetahuan yang menjadikannya berguna.

Ada yang bilang film ini menegangkan, menyeramkan sekaligus mengharukan. Pelajaran hidupnya, tentu soal mengendalikan egoisme meski saat kondisi terburuk sekalipun.

San Andreas (2015)

Film ini bercerita tentang bencana longsor di San Fernando Valley yang mengakibatkan seorang pengemudi bernama Keren harus terbanting akibat mobilnya terguling dan masuk jurang. Untungnya mobil Keren tersangkut diantara bebatuan.

Di sinilah Ray (Dwayne Johnson) pertama kali memulai aksi penyelamatannya.

Kebetulan, dia adalah seorang pilot helikopter penyelamat untuk Departemen Pertahanan. Berkat usaha Ray, Keren pun bisa diselamatkan (spoiler, genk).

adegan di San Andreas

Cerita baiknya, bencana ini mirip dengan gempa di Lombok yaitu diwarnai gempa bumi berskala 7.1 SR yang menghancurkan bendungan Hoover dan mengakibatkan seorang ilmuwan meninggal. Nah, seorang ilmuwan lainnya, Lawrence (Paul Giamatti) terkejut akan hal ini. Pasalnya gempa yang terjadi di Nevada merupakan tombol awal gempa lainnya yang akan menyusul ke Los Angeles dan San Francisco.

Tak lama berselang, gempa susulan betulan terjadi. Gempa berkekuatan 9 SR itu menghancurkan seluruh wilayah di Los Angeles dan San Francisco. Disinilah penonton belahar bagaimana melindungi dan menyelmatkan diri dari bencana yang datang bertubi-tubi.

Edukasi menuju titik kumpul sampai dengan mengetahui titik reruntuhan mengajarkan kita sigap menghadapi bencana. Belum lagi upaya penyelamatan awal bagi korban yang terluka.

Into The Storm (2014)

Sorotan kejadian bencana dimulai dari SMA Silverton tempat Trey (Nathan Kress) dan kakaknya Donnie (Max Deacon) bersekolah. Mereka berdua ditugaskan oleh Ayah mereka Gary Fuller (Richard Armitage) yang juga wakil kepala sekolah untuk mengabadikan momen perpisahan sekolah.

Dari sini saja, penonton sudah diajak belajar tanggap jika mengalami badai yang besar jika sedang berada di gedung sekolah. Apalagi ini badai topan tipe EF5 yang mematikan, tentu berpikir dan bertindak tepat akan bisa menyelamatkan nyawa.

Namun, kepanikan masal terjadi dimana-mana. Belum lagi Donnie ikut terjebak saat membantu teman sekolah yang ia sukai Katyln (Alycia Debnam-Carey) di sebuah pabrik, itu membuat suasana semakin runyam.

Adegan Into The Storm

Lewat film ini, kita tak hanya dihimbau untuk selalu siaga akan bencana yang bisa saja terjadi tiba-tiba melainkan juga cerdas menelaah gejala alam.

Yang paling HAI sukai dari film ini adalah bagaimana upaya kepala keluarga melindungi anak-anaknya yang remaja dengan cara-cara yang seharusnya bisa ditiru jika badai beneran datang, tentu dengan perhitungan dan kesungguhan bertahan hidup. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya