Lombok Litera[k]si: Komunitas Literasi Anak Muda Yang Kini Jadi Satgas Gempa di Lombok

Senin, 06 Agustus 2018 | 16:42
http://instagram.com/pedrogondem

Gerakan Lombok Litera[k]si

HAI-Online.com - Julukan agen perubahan emang pas disandang anak muda, termasuk anak muda di Lombok yang tergabung dalam komunitasLombok Litera[k]si.

Bagaimana tidak,tim relawan Lombok Litera[k]si terus membantu memberikan informasi terkait kondisi gempa di sana.

Tak heran, sejak kejadian pada Minggu (5/8) kemarin, di mana daerah Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat yang kembali lagi diguncang gempa berkekuatan 7,0 SR, tim terus mengapdet kondisinya.

Laporan terbaru dikutip HAI.grid.id dari Kompas.com, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) Sutopo Purwo Nugroho, jumlah korban meninggal yang berasal dari Kabupaten Lombok Utara juga punya jumlah yang paling tinggi, yaitu 65 orang dari total 82 orang.

BACA JUGA:Anak Muda Gampang Sembuh dari Trauma Gempa, Begini Tiga Caranya!

Hingga saat ini, tim relawan Lombok Litera[k]si yang sedang berada di lokasi pun sampai siang tadi pukul 11, masih menginformasikan kejadian gempa susulan yang berlangsung sejak semalam.

Namun, keadaan sejauh ini sudah lebih baik dan cukup kondusif, terutama bagi masyarakat daerah Lombok Timur.

Selain itu, wilayah Lombok Utara yang letaknya paling dekat dengan titik gempa, masih cukup sulit diakses. Banyak jalanan dan bangunan yang rusak, termasuk bangunan pemerintahan. Jalan yang rusak juga cukup menghalangi akses para relawan yang ingin memberikan bantuan.

Maka dari itu untuk para relawan yang ingin datang ke daerah Lombok Utara, sebaiknya menggunakan kendaraan sepeda motor atau mobil bak terbuka. Jangan menggunakan mobil biasa atau bis, karena jalan dan jembatan di daerah itu sedang rusak parah dan akan sangat berbahaya untuk dilewati.

Walaupun keadaan masih cukup kacau, untungnya nggak menghalangi pergerakan para relawan yang sedang memberi bantuan ke lokasi-lokasi pengungsian warga, juga posko bantuan. Para relawan ini berasal dari berbagai daerah dan organisasi juga komunitas. Salah satunya adalah komunitas Lombok Litera[k]si.

Komunitas Aksi Literasi

Komunitas Lombok Litera[k]si (LL) ini adalah sebuah komunitas yang ingin memberikan dampak literasi pada orang-orang di sekitarnya. Caranya adalah membuat berbagai event dengan elemen literasi di dalamnya. Event inilah yang kemudian disebut aksi. Hal ini kelihatan banget dari nama komunitas ini sendiri, yaitu Lombok Litera[k]si, menitikberatkan pada aksi dan huruf K yang diberi tanda kurung.

"Awalnya LL ini cuma grup kecil yang tujuannya bukan untuk komunitas. Hanya grup liburan, tapi kami ingin liburannya agak beda. Ingin liburan yang memberikan dampak buat sekitarnya, tapi nggak mau terikat. Setelah kegiatan Sembalun 2, akhirnya banyak relawan yang maksa agar LL jadi komunitas," jelas Roziyan Hidayat atau yang dikenal juga sebagai Ojan, salah satu co-founder Lombok Litera[k]si.

Kalau ibaratnya sih, ngasih riak di air yang tenang, LL pengen jadi batu yang dilempar, yang bikin riak itu. Nanti gelombang-gelombang setelahnya adalah dampak yang diberikan, yaitu buat relawan yang ikut kegiatan atau buat orang-orang yang ngeliat publikasi mereka.

Sejak berdiri pada Agustus 2017 lalu, Lombok Litera[k]si sudah mengadakan beberapa kegiatan yang asik banget. Diantaranya adalah, kegiatan Sembalun 1 dan 2 yang merupakan kegiatan sharing masalah pendidikan di luar Lombok, cerita dan dongen untuk anak-anak lokal, dan interaksi dengan warga sekitar. Sementara Sembalun 2 diadakan lebih besar dan terorganisir daripada pendahulunya. Ada 3 kegiatan, yaitu Leadership Workshop, Gerakan Membaca, dan Science Fest.

Kegiatan Sembalun 2 sendiri adalah cikal bakal dibentuknya LL. "Awalnya ada 11 orang sebelum LL jadi komunitas. Yaitu, Bendol, Ditta, saya, Dome, Ai, Azin, Didin, Nova, Astriy, Ayik, dan Azkia. Setelah resmi jadi komunitas, anggota bertambah sama Azin, Juhri, Fian, Fuad, dan Awan."

Jadi Relawan Saat Gempa Lombok

Lombok Litera[k]si yang pada prinsipnya emang mau banget memberikan manfaat untuk warga sekitar dan memberikan dampak yang terus menerus, pasti nggak tinggal diam pas ada kejadian gempa di Lombok kayak sekarang ini. Banyak anggota LL dan para relawan yang gabung dengan LL, udah ikut bantu para korban sejak gempa Lombok 29 Juli kemarin.

Sementara sejak kejadian gempa 7,0 SR kemarin, LL sudah jadi wadah kolaborasi hampir semua pihak di Lombok Timur. "LL jadi kayak wadah info, semua orang naro info dari dinas-dinas terkait, komunitas-komunitas, dan tim relawan yang langsung sedang ada di lokasi," tutur Ojan.

Anggota dan relawan dari LL ini juga sudah secara aktif disebar ke berbagai daerah yang terkena dampak gempa di Lombok. Daerah jelajah dipusatkan di Sembalun dan Sambelia. Selain mengirim anggota dan relawan, LL juga melakukan pendataan terlebih dahulu dan penilaian soal daerah mana yang belum mendapat bantuan pemerintah dan relawan lain dari luar Lombok.

"Biasanya bantuan pada numpuk di posko. Jadi kami menargetkan daerah ini untuk dikasih bantuan. Kami ngumpulin duit dan barang-baran kebutuhan yang dirasa paling penting. Data didapat dari tim medis lapangan dan tim survei.

Setelah ngumpulin donasi di 4 posko, kami juga bikin tim untuk minta sumbangan ke warga-warga desa dan keliling di jalanan kota. Setelah itu duitnya dibelanjain jadi barang-barang dan makanan. Barang-barang itu lalu dipaketin dan dikasih ke daerah yang udah didata tadi," jelas Ojan.

Para pengungsi memang sangat membutuhkan barang-barang tertentu yang kurang tersedia di posko pengungsian. Seperti kelengkapan medis,kelengkapan keluarga, kelengkapan hygiene, pakaian hangat dan tenda darurat, serta air bersih.

Media Sosialdan Kolaborasi

Menjadi komunitas dengan banyak anak muda yang terlibat di dalamnya pasti menimbulkan rasa penasaran. Apa alasan para anggota dan relawan LL untuk mau bergerak memberikan bantuan baik langsung ataupun tidak saat terjadi bencana gempa Lombok ini.

"Kami nggak kepikiran sebenernya untuk turun sekarang in, cuma kemarin kami dapat info kalau keadaan kacau. Yaudah, kami bikin semacam satgas gitu, murni impulsif, karena nggak pernah ada di program kami," kata Ojan.

Semangat ingin menimbulkan riak inilah yang mendorong LL untuk terus bergerak mengubah keadaan. Mereka ingin, ketika para anak muda bergerak, gerakan tersebut akan dilihat oleh anak-anak. Dan anak-anak kemudian akan bisa merubah cara pikir mereka tentang bagaimana seharusnya ketika mereka tumbuh dewasa, dan akhirnya akan melakukan apa yang dilakukan oleh anak muda di generasi sebelum mereka.

"Kami ingin menciptakan semacam siklus, kami ingin anak-anak bisa tertularkan oleh semangat yang kami bawa. Tagline kami itu 'bahagia bersama dengan berbagi, belajar, dan menginspirasi'."

Pas ditanya tentang apa sih langkah-langkah yang bisa dilakukan sama anak muda-anak muda lainnya di luar komunitas LL ini kalau mau melakukan hal yang serupa, Ojan ngasih dua langkah kunci. Menurut dia, dengan pesatnya perkembangan media sosial sekarang ini, bisa jadi potensi besar yang harus dimanfaatkan.

"Dengan pake media sosial, bisa banget sampai ke pihak-pihak tertentu yang nggak mungkin kita reach langsung. Ini gue sadari pas kami pakai media sosial, di grup relawan tiba-tiba ada banyak perwakilan dari instansi dan orang-orang yang bisa akses ke dinas terkait maupun perusahaan. Media sosial kalau dipake dengan baik, imbasnya luar biasa," aku Ojan.

Lombok Litera[k]si

Poster penggalangan dana bantuan gempa Lombok oleh Lombok Litera[k]si

Selain media sosial, kolaborasi antar komunitas juga adalah poin penting dalam pergerakan LL selama ini. LL memang selalu kolaborasi bareng komunitas lainnya. LL akan mengambil data dari komunitas-komunitas yang ada, kemudian dikurasi, dan disebarkan kembali pada orang-orang yang bisa dengan mudah mengakses data tersebut.

Terlalu banyak komunitas berbeda di Lombok, tapi komunitas-komunitas tersebut hampir semuanya bergerak sendiri-sendiri. Dengan adanya kolaborasi, baik informasi, kekuatan, maupun bantuan yang bisa dilakukan otomatis akan semakin besar. (*)

Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa/ HAI

Tag

Editor : Fadli Adzani