6 Maskot Piala Dunia Yang Dianggap Aneh Sepanjang Masa

Jumat, 29 Juni 2018 | 11:35

Maskot-maskot Piala Dunia

HAI-Online.com - Sejak Piala Dunia Inggris 1966, negara yang menjadi tuan rumah ajang empat tahunan punya tradisi ngusung maskot Piala Dunia. Bahkan bisa dibilang, adanya maskot Piala Dunia bikin banyak turnamen olahraga ikutan bikin maskot.

Biasanya, maskot dalam turnamen olahraga dipilih berdasarkan apa yang jadi representasi sekaligus wujud keprihatinan negara tersebut.

Misalnya, kalo buat Asian Games 2018 ini, Indonesia ngusung Bhin-Bhin (Burung Cendrawasih), Kaka (Badak Bercula Satu), dan Atung (Rusa Bawean). Ketiga mewakili rasa optimisme, kekuatan, strategi dan keindahan.

Di sisi lain, juga ada keprihatinan dan ajakan buat ngelestariin hewan-hewan itu yang hampir punah.

Tapi, apa jadinya kalo maskot ajang olahraga atau Piala Dunia punya maskot yang nggak keren-keren amat? Bahkan beberapa pengamat ngungkapin kalo beberapa maskot ini adalah yang teraneh sepanjang masa.

Dilansir dari FourFourTwo, ini dia 6 maskot Piala Dunia teraneh sepanjang masa. Cekidot!

Juanito (Meksiko 70)

DPA

Pada tahun 1970, Mexico dipilih jadi tuan rumah Piala Dunia edisi ke sembilan. Mereka ngusung maskot bernama Juanito. Juanito adalah anak laki-laki asli Meksiko yang berusia 11 tahun.

Lengkap dengan topi sombrero ala Meksiko dan pakaian lengkap buat sepakbola, Juanito diusung sebagai maskot Piala Dunia 1970. Tapi lucu aja, anak 11 tahun tapi perutnya macem kelebihan gizi. Hehehe..

Yang paling aneh, buat apa coba perutnya dilihatin?

Pique (Meksiko 86)

Pique

Entah nggak belajar dari pengalaman atau gimana, tapi Meksiko lagi-lagi bikin maskot yang aneh. Bahkan banyak orang bilang, lebih parah dari Piala Dunia 1970.

Kembali dipilih sebagai tuan rumah pada 1986, Meksiko ngusung maskot Pique. FYI, Pique ini adalah jenis tumbuhan lada jalapeno khas Meksiko. Tetep pertahanin topi sombrero dan kostum lengkap pemain sepakbola, Pique berpose sambil pegangan di bola yang gedenya sebadannya.

Bola segede gitu, doi maininnya gimana coba?

Ato, Nik, dan Kaz (2002)

Ato, Nik, Kaz 2002

Masuk ke era millenium, tahun 2002 Piala Dunia digelar di dua negara, Korea Selatan dan Jepang. Anyway, Piala Dunia 2002 jadi Piala Dunia pertama yang digelar di luar benua Amerika dan Eropa.

Harusnya hal itu jadi pertimbangan kan kedua negara ini bikin maskot yang sekeren mungkin. Tapi ngelihat Ato, Nik, dan Kaz yang diusung jadi maskot banyak orang yang mikir keras, 'ini kok maskot apa alien?'.

Footix (1998)

Footix 98

Piala Dunia 1998 menjadi piala dunia yang spesial. Soalnya, Prancis yang terpilih sebagai tuan rumah juga menjuarai ajang sepakbola terakbar ini.

Sejak saat itu, kutukan juara Piala Dunia nggak lolos fase group terjadi. Mungkin gara-gara Prancis pernah bikin maskot seaneh ini. Hehehe..

Ciao (1990)

EMPICS Sport
Peter Robinson

Ciao, the official mascot for the 1990 World Cup

Italia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 1990. Kali ini, negara yang terkenal dengan spaghetti dan pizza ini ngusung maskot bernama Ciao.

Kalo ngelihat maskot Ciao ini ironis, mengingat betapa sepakbola Gli Azzurri termasuk yang ditakuti saat itu. Tapi maskot Ciao nggak mencerminkan betapa bahayanya sepakbola Italia.

Mereka bikin maskot tumpukan balok yang ngebentuk manusia, disesuaikan sama bendera Italia. Yang aneh, kenapa kepalanya diganti bola coba. Terus yang mau dimainin apa kalo bola dijadiin kepala?

Naranjito (1982)

DPA
DPA DEUTSCHE PRESS-AGENTUR

Saat Piala Dunia 1982 yang berlangsung di Spanyol, federasi sepakbola El Matador nunjuk Jose Maria Pacheco ngedesain maskot Piala Dunia. Menurut penuturan Pacheco, doi ngehindarin desain banteng dan tamborine.

Tapi kenapa yang dipilih jeruk? "Saya melihat jeruk, dan mengapa tidak membuat maskot dari buah segar itu?," ujar Pacheco.

Akhirnya diusunglah Naranjito sebagai maskot Piala Dunia 1982. Sah-sah aja, sih, bikin buah jadi maskot. Tapi itu nggak ada hubungannya sama sekali dengan timnas Spanyol!

Artikel ini pertama tayang di FourFourTwo dengan judul "Ranked! Every World Cup mascot from worst to best"

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya