HAI-ONLINE.COM - Sebelum gabung ke band hardcore Jeruji, nama Ginan Koesmayadi lebih dikenal sebagai aktivis dan founder Rumah Cemara. Tempat ini adalah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam perlindungan penderita HIV-AIDS di Indonesia. Berikut sejumlah fakta tentang Rumah Cemara:
Berdiri pada 2003
Tepatnya 1 Januari 2003, Ginan, Darwis, Ikbal, Patri dan Tanto mendirikan Rumah Cemara. Ide nama ini diambil dari sebuah serial Keluarga Cemara di sebuah stasiun televisi nasional yang menggambarkan potret keluarga sederhana tapi dekat satu sama lain.
Berdiri karena tak ada tempat aman untuk pengidap HIV/AIDS“Ide mendirikan Rumah Cemara sebetulnya muncul dari kegelisahan kami bahwa tidak ada tempat aman dan nyaman bagi pengidap HIV/AIDS atau pecandu napza untuk berbagi harapan serta motivasi,"ujar Ginan dalam sebuah wawancara.
Cek: Kisah Inspiratif Perjuangan Ginan Koesmayadi Menghapus Stigma HIV/AIDS
Indonesia tanpa stigma
Slogan “Indonesia Tanpa Stigma” menghiasi gerbang rumah itu. Menandakan jiwa yang melandasi orang-orang di dalam rumah itu. Ya, stigma, cap buruk dan tindakan diskriminatif bisa dilakukan oleh siapapun: keluarga terdekat, teman sepermainan, dan masyarakat luas. Malah, stigma bisa tumbuh dalam diri pecandu dan pengidap HIV/AIDS sendiri.
Nggak jarang stigma dan diskriminasi itu justru memperparah kondisi mereka. Nggak jarang, meredupkan semangat dan harapan yang lagi dibangun.
“Virus (HIV) nggak membunuh, justru stigma yang membunuh,” tegas Ginan.
Tak mau seperti yang lain
Rumah Cemara nggak mau seperti panti rehabilitasi lain yang secara nggak sadar masih menanam stigma kepada pasiennya sendiri. Di rumah ini, selain rehabilitasi, ada pelayanan yang dimotori oleh para penggagas yang masih sebaya.
Para pegiat ini tiap hari mendampingi pecandu yang ikut terapi Methadone di R.S Hasan Sadikin. Selain itu, pendampingan individu juga dilakukan bagi ODHA di klinik Teratai di rumah sakit yang sama.
Di kedua tempat itu Rumah Cemara melakukan dukungan individual untuk mengatasi berbagai masalah, memberi saran, dan mengubah perilaku para pecandu serta pengidap HIV/AIDS. Singkatnya, bersentuhan langsung dengan setiap orang yang didampingi.
Sepak bola untuk perubahan
Sejak pendirian Rumah Cemara pada 1 Januari 2003 oleh lima mantan pecandu napza, sepak bola awalnya dimainkan hanya sebatas memenuhi kebutuhan akan kegemaran. Ide pendirian RC, yaitu perubahan dalam masyarakat terjadi apabila perubahan dimulai dari dalam komunitas pengguna napza, mengubah peran sepak bola. Olah raga si kulit bulat yang melibatkan staf dan anggota RC dalam pertandingan sepak bola mingguan, termasuk pertandingan di penjara, membawa pesan bahwa kecanduan napza dan HIV/AIDS dapat diatasi dengan pola hidup sehat. Kegiatan kampanye Rumah Cemara melalui sepakbola diberi nama Football for Change. Rumah Cemara telah menorehkan prestasi. Tim sepakbola yang dikelolanya sukses menjuarai Homeless World Cup belum lama ini.