Kita Memang Nggak Bakal Bisa Hidup Tanpa Plastik, Tapi Kita Bisa Kendalikan Penggunaannya

Selasa, 12 Juni 2018 | 13:38

Kita Memang Nggak Bakal Bisa Hidup Tanpa Plastik, Tapi Kita Bisa Kendalikan Penggunaannya

HAI-ONLINE.COM - Menyingkirkan plastik sepenuhnya sangat nggak mungkin, tetapi juga nggak perlu. Apa yang perlu kita lakukan adalah belajar untuk berhenti menggunakan plastik berkualitas rendah, menggantinya dengan plastik kualitas bagus. Pekan lalu, para ilmuwan mengungkapkan jumlah mikro plastik yang semakin meningkat di lapisan es di Laut Arktik, serta di dalam endapan seluas dua kilometer di bawah Great Ocean Bight. Senator Australia dari Partai Hijau Peter Wilson mengatakan krisis daur ulang Australia saat ini menunjukkan mengapa plastik harus dihapuskan dari kehidupan sehari-hari. Tetapi dapatkah masyarakat berfungsi tanpa plastik? Dan apakah ada plastik yang layak disimpan?Profesor Anthony Ryan, seorang profesor kimia fisik di Universitas Sheffield, mengatakan bukan plastik yang jadi masalah, tetapi bagaimana orang memilih mengatasi plastik. " Plastik nggak buruk. Apa yang dilakukan orang-orang dengan plastik itu yang buruk," katanya."Alasan kita membuang plastik dari TPA dan masuk ke laut adalah karena ada kolusi antara produsen pengemasan dan konsumen untuk menggunakan plastik sekali pakai," katanya. Profesor Ryan mengatakan sebelum konsumen terlepas dari ketergantungan pada kenyamanan berbelanja dan mulai menolak plastik sekali pakai, penyedia plastik akan terus memproduksinya. "Itu kenyamanan dengan harga termurah," katanya. Dia mengatakan bukan konsumen atau produsen yang harus membayar biaya mengumpulkan dan mendaur ulang limbah. Sebaliknya, masyarakatlah yang harus menanggung biaya itu. "Tragedinya yaitu kita membuang sampah ke pekarangan orang lain," katanya.

Bagaimana menyingkirkan plastik berkualitas buruk?

Profesor Ryan menegaskan perlunya aturan untuk menghentikan penggunaan plastik berkualitas rendah, yaitu plastik sekali pakai. Produsen plastik dan pemerintah di seluruh dunia, katanya, harus memutuskan plastik mana yang paling baik digunakan untuk bahan pengemasan. Saat ini nggak ada aturan sama sekali, sehingga produsen bisa menggunakan bahan kemasan apa pun yang mereka inginkan. "Seringkali kita dapati film multilayer. Begitu banyak plastik yang berbeda dalam satu film. nggak mungkin dipisahkan serta pra-proses," katanya. "Mereka menyediakan segala macam manfaat film tebal dari satu plastik yang dapat kamu gunakan berulang-ulang," jelasnya. "Saya sarankan agar kita kembali memikirkan masa depan dan kembali untuk mengisi ulang paket," katanya."Jadi mengisi ulang botol minuman, membeli barang-barang tanpa kemasan, menggunakan kemasan berulang-ulang dan memilih kenggaknyamanan agar lebih ramah lingkungan." Dia mengatakan plastik nggak harus berakhir di tempat pembuangan akhir dan menekankan penggunaan kembali produk-produk tertentu, seperti botol. "Di Jerman, mereka memiliki skema deposit dimana botol plastik dicuci dan diisi ulang," katanya. "Ketika saya kecil, orang mencuci dan mengisi ulang toples. Kalo saya ingin sebungkus keripik, saya membawa botol kosong itu ke toko dan mengumpulkan deposit". "Misalnya kalo kita memberi botol plastik nilai ekonomi, maka mereka akan dikumpulkan, diisi ulang dan digunakan kembali." Karena plastik adalah molekul panjang, mereka nggak bercampur, jadi nggak ada yang dapat dilakukan dengan limbah dari tempat sampah tanpa banyak tenaga kerja untuk memisahkan berbagai jenis plastik. Solusi yang ditawarkan Profesor Ryan yaitu memiliki polietilen standar, PET, dan nilon yang dapat digunakan untuk membuat botol dan kotak yang dapat digunakan kembali. "Maka nggak akan ada kebocoran ke lingkungan, karena barang-barang pengemasan itu akan memiliki nilai intrinsik meskipun ada skema deposit," katanya.

Kehidupan tanpa plastik nggak mungkin

Profesor Ryan mengatakan untuk membayangkan seperti apa bentuk kehidupan tanpa plastik, kita hanya harus melepaskan setiap barang dan pakaian yang terbuat dari plastik polimer. "Setiap pakaian yang kita kenakan akan hilang," katanya. "Bahkan kalo terbuat dari kapas, itu terbuat dari polimer dan polimer itu disebut selulosa." "Dan kalo dilihat lebih dalam, kekhawatiran tentang adanya mikro plastik dimana-mana, mereka dengan mudah jadi mikro plastik alami seperti serat selulosa." Dia mengatakan banyak kebingungan seputar plastik beracun. “Kalo itu berlangsung selamanya dan nggak aktif, itu nggak bisa beracun pada saat yang sama," katanya. Profesor Ryan mengatakan kalo seseorang mengonsumsi potongan-potongan plastik kecil, maka usus hanya akan melakukan tugasnya dan membersihkan sampah tersebut. "kamu nggak akan berakhir dengan tumpukan microbeads berkeliaran di perut," katanya. "Semuanya akan dibersihkan seperti yang lainnya."Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Benci Plastiknya, tetapi Kendalikan Penggunaannya"

Tag

Editor : Alvin Bahar