HAI-Online.com – Belum bisa melanjutkan kuliah bukan akhir dari segalanya. Serius deh. Buat kalian yang mungkin belum bisa melanjutkan kuliah di tahun ini, apalagi kalo hasil pada 3 Juli nanti belum cukup beruntung untuk bisa lolos SNMBTPN 2018, nggak perlu kelamaan baper apalagi sampai frustasi.
Kalo emang niat banget pengen kuliah, pilihan untuk mendaftar di beberapa kampus swasta atau mencoba berbagai jalur alternatif masuk PTN seperti yang udah dijelasin di beberapa artikel sebelumnya juga bisa kalian lakuin.
Tapi, untuk kalian yang merasa udah nggak “mood” untuk melanjutkan perjuangan berjuang mendapatkan “kursi” kuliah, HAI bakal memberi pandangan untuk “masuk” jalur alternatif lain.
Jalur yang ini bukan untuk cari kampus lain, tapi memulai untuk “membuka jalur” untuk masa depan tanpa harus melewati bangku kuliah!
Apakah tanpa kuliah masa depan nggak suram? Orang tua bakal setuju nggak ya? Inget, yang namanya nggak kuliah itu bukan berarti sama sekali nggak ada kegiatan atau terus-terusan bangun tidur siang terus jadi males-malesan.
Kalo belum ada bayangan juga, coba nonton video dari Om Deddy Corbuzier.
Gimana? Udah ada bayangan? Nggak usah kebanyakan ragu atau mikir lagi, baca dulu artikel ini sampe habis. Semoga aja, ada faedah yang bisa kalian dapetin setelahnya. Enjoy!
1. Mantap Memiih “Jurusan”
Walaupun nggak kuliah, bukan berarti kita nggak bisa memilih “jurusan”. Pastinya “jurusan” di sini bukan jurusan kuliah, tapi memilih apa yang akan kita kerjakan selama nggak kuliah.
Pilihan Jurusannya ada apa aja? Buanyak, bos!
Tapi, HAI bakal membantu kalian semua untuk lebih objektif dalam menentukan pilihan dan fokus. Mau memilih “jurusan” dengan objektif mendapatkan uang atau pengalaman ketika memilih untuk nggak kuliah?
Nah, untuk jenis kasus yang ini, HAI ngobrol dengan salah satu YouTuber yang baru aja mencapai 1 juta subscriber, Michael Souw.
Buat kalian yang nggak kuliah hanya karena nggak lolos SNMBTPN, harus denger pengalaman pahit dari YouTuber yang terkenal berkat konten Mobile Legends di channel YouTube-nya ini.
Mulai dari nggak naik kelas, sampai berbagai bisnis gagal, semuanya hal pait itu doi lakukan dan rasakan.
"Gue merasa nggak berguna (kuliah), daripada kuliah cuma buat nyari cewek?! Akhirnya gue keluar kuliah dan mulai bisnis kecil-kecilan, kayak cuci motor. Di situ gue menyadari kalau gue bego, akhirnya gue cari yang berguna buat gue," ujar Michael Souw ketika main ke kantor HAI.
Nggak cuma buka usaha cuci motor, ia juga pernah membuka usaha dimsum dan juga rental PS 3, Dan, semuanya gagal!
"Orang tua gue ngebebasin gue untuk lakuin apapun, asal nggak kriminal. Intinya bisnis dan dagang, dan gue nggak nyerah. Mungkin gue sudah gagal 10 kali," lanjutnya.
Nah, kebayangkan gimana resikonya ketika memilih uang di awal “karir”?
Abis denger cerita dari seorang Michael Souw, kita bisa jadi lebih bisa menyiapkan mental kalo mau langsung usaha, jangan gampang nyerah kalo nggak langsung untung!
Anggap aja, kegagalan itu bagian dari “perkuliahan” di University of Lyfe, alias Kampus Kehidupan di dunia nyata.
Buat kalian yang ingin berbisnis atau buka usaha, baiknya, rajin-rajin dulu ikutan seminar atau kursus tentang dunia entrepreuner yang udah banyak digelar dimana-mana.
Intinya, jangan ragu buat modal dalam bentuk ikutan berbagai jenis kursus atau seminar keterampilan dulu, sebelum terjun berbisnis. Nggak kuliah, bukan berarti nggak belajar, dong?
Ya, kalo belum ada uang untuk ikutan kursus atau seminar, coba beli paket internet kouta per-bulan, lalu banyak cari referensi dari internet dan YouTube aja dulu.
Pokoknya, mulai dari hal-hal kecil. Minimnya modal jangan jadi alasan untuk kalian jadi “malas” cari pengalaman. Meskipun, hanya sekadar pengalaman dari dunia digital.
Kalo diibaratkan di dunia kuliah, dalam tahap ini kita tengah menjalani proses kuliah semester awal sampai pertengahan. Jadi, makin kebayang, kan?
2. Fokus Dalami Bidang Minat
Nah, kalo kalian udah tau memilih “jurusan”, hal yang selanjutnya mendalami bidang dari jurusan yang telah dipilih sebelumnya.
Inget, ini saatnya benar-benar mendalami, bukan hanya sekadar tau atau paham. Kalian harus benar-benar “ngelotok” tentang bidang yang akan kalian jalani.
Contoh kasusnya, misalnya, kalian udah mantap untuk memilih “jurusan” atau kegiatan yang fokus menghasilkan uang, lalu kalian dikasih modal sama orang tua untuk urus tambak lele. Terus, kudu ngapain?
Nah, ilmu yang kalian miliki jangan hanya soal cara mengembangbiakan, memberi pakan, atau merawat empang. Contoh 3 hal ilmu standar dalam ternak lele itu udah pasti harus diketahui.
Ilmu-ilmu soal distribusi, mencari dan dealing dengan konsumen baru atau langganan, bahkan untuk proyek jangka panjang pengembangan juga harus diperhatikan.
Kebayang nggak ribetnya bahkan melebihi dari mereka yang kuliah? Bedanya, kalo kuliah paling masalahnya hanya soal teori dan ujian, ketika kita milih untuk usaha untuk mencari uang di dunia nyata, resikonya adalah kegagalan bahkan sampai kebangkrutan!
Itu tadi contoh kalo ketika mendalami jurusan yang fokus untuk mendapatkan uang. Kalo kita fokus untuk cari pengalaman dulu, contoh mendalami bidangnya seperti apa?
HAI beberapa waktu lalu sempat ngobrol santai dengan salah satu sosok kreatif yang karirnya sukses lewat mengembangkan passion-nya, dia adalah Pandji Pragiwaksono.
Yap, salah satu comic paling berpengaruh dalam stand up comedy di Indonesia ini bercerita tentang bagaimana orang yang nggak kuliah pun bisa memiliki peluang yang sama untuk sukses. Pandji pun bercerita dari sudut pandang industri di Stand Up Comedy Indonesia.
“Sejujurnya, kebanyakan para comic stand up comedy yang ada sekarang itu banyak yang nggak kuliah, lho,” bilang Pandji.
Tapi, nggak kuliah bukan berarti nggak cari pengalaman, salah satu contoh mencari pengalaman untuk mengisi waktu awal ketika kita nggak kuliah adalah dengan melakukan observasi di lingkungan kita sendiri, atau sebuah keresahan yang kita rasakan.
Karena, stand up comedy menang berasal dari keresahan kita tentang sebuah hal atau fenemona yang ada.
“Kalian bisa mulai dengan ikut open mic di kota kalian, ikut komunitas dan belajar dari situ dan berkembang disitu juga,” tambah pria yang udah beberapa kali menggelar tur dunia dengan stand up comedy-nya tersebut.
Kalo memang udah cukup pede, ikutan kompetisi stand up comedy seperti di Kompas TV juga bisa jadi pilihan. Kalo lolos, lumayan banget kita bisa branding nama, dan kenal banyak orang sekaligus kesempatan mendapat uang.
Kalopun nggak lolos, seenggaknya pengalaman dan berkenalan dengan banyak orang juga bisa jadi modal, dong?
Kalo diibaratkan di dunia kuliah, dalam tahap ini kita tengah menjalani proses kuliah semester tengah dan akhir, mulai dari proses magang sampai sidang skripsi. Hmm…, layak “lulus” nggak?
3. Fokus + Konsisten + Fun = Sukses!
Udah yakin memilih bidang yang akan dikerjakan, udah mantep juga ilmu soal bidang tersebut, terus selanjutnya, apa yang mesti dilakuin?
Akhirnya, kita bisa dibilang udah sampai momen terpenting dalam meniti maa depan tanpa kuliah. Yap, di sinilah kita udah saatnya mengembangkan networking.
Apa, sih, pentingnya networking? Oke, kita bisa ambil contoh kasus dari salah satu seorang menteri “nyentrik” yang ada di Kabinet Kerja Pak Presiden Jokowi saat ini.
Udah banyak banget artikel atau berita yang menceritakan sosok Ibu Menteri Kelautan dan Perikanan yang sukses menjadi seorang menteri tanpa mempunyai ijazah Sarjana. Tanpa malu, Ibu Susi pun nggak mengelak kalo dia hanya memiliki ijazah SMP!
Bermodal Ijazah SMP, kok, bisa jadi menteri?
Eits, kita jangan pernah terpaku sama status ijazah terakhir, tapi soal pengalaman dan dalamnya seseorang menguasai sebuah bidang!
Ibu menteri kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 hanya memiliki ijazah SMP. Beliau sempat merasakan duduk di bangku SMA Negeri 1 Yogyakarta, namun terpaksa berhenti di kelas 2.
“Saya yakin sekolah ngggak cocok. Kalo dipaksakan juga nggak akan kemana-kemana,” ujar Ibu Susi dalam salah satu wawancara.
Kegigihan dan kerja keras Ibu Susi ketika memutuskan untuk nggak sekolah, ia bekerja keras untuk membuktikan pilihannya nggak salah.
Singkat cerita, pada 1983 Ibu Susi mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya berkembang, dan pada 1996 beliau mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek "Susi Brand".
Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Ibu Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.
Didukung suaminya, Christian von Strombeck, seorang Jerman yang lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan pilot di Indonesia, pada 2004 Ibu Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 Miliar menggunakan pinjaman bank.
Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang.
"Cari pekerjaan yang anda suka. Berkarir, berfikir, ber-eksplorasi dengan kegembiraan. Kalau anda gembira, tenaga anda juga besar. Kalau tenaga anda juga besar, anda akan mencapai hal yang lebih besar. Kalau anda tidak suka, cari yang anda suka, belajar yang anda suka. Kegembiraan adalah energi," ujar Ibu Susi tentang rahasia suksesnya.
See? Ibu susi benar-benar menjalankan semuanya, persis seperti urutan yang udah HAI jelaskan di atas. Mmenjalani sebuah “jurusan” hidup untuk mencari uang, yang dimatangkan oleh pengalaman, dan berhasil meraih kesuksesan dari menjalin networking yang baik selama ia menjalani karirnya sebagai pengusaha selama ini hingga bisa menjadi menter seperti sekarang.
Gimana? Udah makin yakin untuk memulai?