HAI-online.com - Seminggu ini aksi terorisme nggak henti-hentinya terjadi. Dari mulai kerusuhan di penjara Mako Brimob Depok, bom di gereja Surabaya, bom di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo,d an yang terbaru, bom di Mapolrestabes Surabaya.
Karena tragedi ini, sekolah-sekolah di Surabaya diimbau untuk meliburkan diri. Dampak terorisme juga dirasakan sekolah.
Karena itu, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui mengajak pihak sekolah untuk berperan aktif dalam melawan bahaya terorisme. Guru dan kepala sekolah diajak untuk melakukan 7 Hal ini:
1. Sediakan waktu bicara pada siswa tentang kejahatan terorisme. Siswa sering menjadikan guru tempat mencari informasi dan pemahaman tentang apa yang sedang terjadi.
2. Bahas secara singkat apa yang sedang terjadi meliputi fakta-fakta yang telah terverifikasi. Jangan membuka ruang terhadap rumor, isu, dan spekulasi.
3. Beri kesempatan siswa untuk mengungkapkan perasaannya tentang tragedi/kejahatan yang terjadi. Nyatakan dengan jelas rasa duka kita terhadap para korban dan keluarganya.
4. Arahkan rasa kemarahan pada sasaran yang tepat yaitu pada pelaku kejahatan, bukan pada identitas golongan tertentuyang didasari pada prasangka.
5. Kembali pada rutinitas normal. Terorisme akan sukses apabila mereka berhasil mempengaruhi kehiupan sehari-hari dan kehidupan kebangsaan kita.
6. Ajak siswa berpikir positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak tragedi dan masalah dengan tegar, gotong royong, semangat persatuan dan saling menjaga.
7. Ajak siswa berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, petugas kesehatan yang telah melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikanlah lebih banyak tentang sisi kesiapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
BACA JUGA:#HAIFiles 1998: Selasa Berdarah di Trisakti, Reformasi dan Remaja
Selain itu, demi menjaga ketenangan dan nggak meluasnya dampak ketakutan dari aksi teror ini, Kemendikbud juga mengimbau pada setiap pelaku dunia pendidikan untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Agar tidak membagikan foto-foto atau video kerusakan dan korban. Foto dan video yang mengerikan adalah salah satu wujud teror dan provokasi. Menyebarkan foto dan video seperti itu merupakan tujuan dari teroris. Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris.
2. Tidak membagikan informasi/kabar yang tidak jelas sumbernya. Bisa jadi yang kita sebar adalah hoaks dan merupakan strategi memperbesar dampak teror melalui media sosial.
3. Tetap buka mata dan telinga, jaga kejernihan pikir; bersatu dalam doa dan solidaritas.
Mari bersatu melawan terorisme, kawan!