HAI-ONLINE.COM - Berbeda pekerjaan berbeda pula cara untuk menikmatinya. Tetapi, belum tentu semua orang bisa “menikmati” pekerjaan mereka. Generasi milenial kayak kita misalnya. Cara untuk menikmati pekerjaan terbilang cukup unik. Pasalnya, mereka nggak hanya memikirkan kesejahteraan atau pemasukan yang mencukupi, namun juga membutuhkan eksistensi, kebebasan berekspresi, dan passion. Sehingga, mereka justru lebih menikmati pekerjaan yang menekankan pada work-life balance.
Lantas, jenis pekerjaan apa yang dinilai memiliki tingkat work-life balance yang tinggi?
Mengacu data Jobplanet.com tahun 2016, profesi User Interface/User Experience (UI/UX Developer) menempati posisi teratas dalam hasil riset pekerjaan dengan work-life balance. Pekerjaan yang berhubungan dengan perancangan antarmuka dan user experience sebuah program (aplikasi website dan mobile ataupun perangkat lunak) ini jadi profesi paling seimbang antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Hal ini diakui oleh Senior UI Designer for Unify Design System Tokopedia, Fauzan Arief. Baginya, pekerjaan yang ia tekuni sejak tahun 2014 ini adalah yang paling dapat memenuhi kriteria work life balance. “Di satu sisi pekerjaan ini butuh fokus yang tinggi, tapi di sisi lain pekerjaan ini juga memberikan ruang berkreasi yang nggak terbatas. Ini yang menurut saya bikin pekerjaan sebagai UI designer itu paling menyenangkan,” ucap Fauzan.
Work Life Balance dengan DJ
Sebagai UI Designer, Fauzan atau yang akrab disapa Ochan bertanggung jawab untuk memastikan kemudahan dan kenyamanan pengguna aplikasi Tokopedia, termasuk hal-hal detil seperti kesenadaan warna, jenis huruf dan gambar, letak tombol, dan elemen lainnya.
Untuk dapat mengembangkan mood yang bagus sehingga dapat berkonsentrasi pada pekerjaan, DJ dipilih pria kelahiran 1990 ini sebagai selingan. “Sambil mengisi waktu luang saya biasanya suka DJ. Tapi bukan DJ yang di club gitu, saya seringnya malah dipanggil DJ komplek, haha,” ucapnya sambil tertawa. “Saya biasanya sering dipanggil buat jadi DJ di acara-acara kantor, atau tampil di acara kantor sendiri. Ini seru banget dan ini juga jadi cara saya untuk dapetin work life balance. Di mana lagi kan, bisa seru-seruan sambil jalanin hobi.”
Menurut Ochan, menekuni profesi sebagai UI designer sekaligus menjalani hobi sebagai DJ merupakan perpaduan yang pas, karena keduanya bisa saling mengisi satu sama lain. “Berasa hampa kalo bekerja tanpa musik. Tipe musik yang saya dengar juga mempengaruhi desain yang saya buat,” ucap Ochan. “Desain kan soal selera, bagaimana supaya menarik dan bikin pengguna betah berlama-lama buka aplikasi. Kalo dari saya sebagai desainernya saja sudah merasa hampa, gimana pengguna yang lihat desain saya.”
Lingkungan Kerja Jadi Faktor Penting
Kalo dilihat lagi dalam beberapa tahun ke belakang, profesi UI Designer masih terbilang baru di Indonesia. Studi mengenai profesi ini juga belum banyak ditemukan. Fauzan sendiri mengaku selama ini mempelajari ilmu tersebut secara otodidak. Untuk itu menurutnya, selain kemampuan mendesain, seorang UI Designer dituntut untuk terus mau belajar dan terbuka terhadap ide-ide baru, dan suasana ini sangat ia dapatkan di tempatnya bekerja.
“Fasilitas yang diberikan kepada karyawan, fleksibilitas, rekan kerja yang hebat, kebebasan berekspresi. Buat saya ini sudah jadi komponen sempurna buat dapetin work life balance. Plus, saya juga diberikan kesempatan untuk menyalurkan hobi DJ saya di acara-acara kantor,” ucapnya sambil tertawa.
Suasana kantor yang nggak kaku dan kekinian juga mendorong semangatnya untuk terus memberikan hasil pekerjaan terbaik. “Buat saya, kantor itu sudah seperti rumah kedua, saya bisa belajar dan berkreasi. Suasanya yang homie bikin ide-ide segar mudah keluar dari kepala saya,” tutup Ochan.