Hari Ini, 69 Tahun Lalu Tragedi Superga
HAI-Online.com - Jatuhnya pesawat FIAT G.212CP yang bawa rombongan klub Torino menjadi salah satu peristiwa kelam sepakbola dunia. Pesawat itu jatuh di bukti Superga, Turin, Italia. Peristiwa naas itu menewaskan 31 orang, termasuk 18 pemain Torio.
Salah satu yang tewas adalah ayah dari legenda Inter Milan Sandro Mazzola, Valentino Mazzola. Klub kota Turin, Torino emang nggak sementereng klub rival sekota Juventus ngoleksi Scudetto paling banyak di Serie A.
Tapi kehadiran Torino nggak bisa dianggap remeh. Mereka tercatat pernah meraih scudetto sebanyak tujuh kali dimanamasa keemasan Il Toro, pada tahun 1940-an.
Pada tahun 1943 mereka ngawinin gelar Coppa Italia dengan gelar scudetto, dan pasca Perang Dunia ke-2 di tahun 1946 sampai 1949 mereka kembali menjadi kampiun Serie A menyisihkan tim besar seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan.
Klub berjuluk Il Grande Torino atau Si Torino yang Besar emang bukan klub ecek-ecek. Soalnya mereka pernah diperkuat talenta timnas Italia macam Guglielmo Gabetto, Eusebio Castigliano,Mario Rigamonti dan Valentino "Vito" Mazzola.
Valentino Mazzola adalah salah satu icon klub Torino yang sangat disegani. Mazzola jadi kapten Torino sejak musim 1946/1947. Ia merupakan gelandang serba bisa. Bisa nyerang, bisa juga bertahan. Lompatannya bisa lebih tinggi dari bek-bek berpostur jangkung, lho.
Saat timnya sedang tertinggal, Mazzola bakal ngangkat kerah yang jadi sinyal buat rekan dan fansnya buat bilang,"Tenang, kita baik-baik saja."
Sayangnya Tragedi Superga menjadi akhir dari segala kejayaan Torino.
Saat memperkuat timnas Italia melawan Portugal pada 27 Februari 1949 di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Mazzola dkk mampu membekuk tim tamu dengan 4-1.Usai laga, kapten timnas Portugal Francisco "Xico" Ferreira ngundang Valentino yang memperkuat Torino di laga perpisahannya dengan sepak bola.
Xico yang main buat Benfica bermaksud pensiun karena alasan kesehatan dan punya niat bikin laga persahabatan pada 3 Mei 1949. Torino yang diperkuat Valentino pun setuju dengan mendapatkan izin dari Federasi Sepak Bola Italia.
Laga melawan Inter Milan yang seharusnya dilakoni Torino pada awal Mei tahun itu pun dimajukan pada 30 April. Di laga persahabatan Benfica ngalahin Grande Torino dengan skor 4-3. Pada 4 Mei 1949 skuat Torino beserta awak media pun bertolak kembali ke Turin.
Sayangnya di perjalanan pulang itu pesawat FIAT G.212 yang mereka tumpangi menjadi akhir kisah mereka. Saat masuk ke wilayah Italia pesawat dihadang cuaca buruk dimana awan begitu rendah dan hujan lebat.
Sore pukul lima waktu setempat pesawat yang mereka tumpangi pun menabrak bagian belakang gereja yang berdiri di bukit Superga. Cuaca buruk dimana terdapat kabut yang tebal dengan jarak pandang 40 meter dinilai menjadi penyebab kejadian itu.
Seluruh penumpang yang berjumlah 31 orang tewas dalam kecelakaan itu, termasuk pendiri harian Tuttosport,Renato Casalbore.
Tak seluruh skuat Torino Besar wafat dalam kejadian itu. Sauro Toma, pemain bertahan Torino, nggak bisa ikut gara-gara sedang cedera lutut. Begitu pula yang terjadi pada kiper kedua Renato Gandolfi yang kemudian diganti Dino Ballarin yang tewas saat kejadian itu.
Sementara itu pelatih timnas Italia, Vittorio Pozzo, juga absen untuk ikut karena berbagai alasan. Hal sama juga dirasakan presiden Torino, Ferrucio Novo, yang nggak ikut dalam perjalanan itu gara-gara sakit influenza.
Tragedi itu bikin luka dan trauma yang dalam buat Gli Azzuri. Bahkan timnas Italia berangkat ke Brasil buat Piala Dunia 1950 pakai kapal laut. Usai kejadian itu monumen berbentuk badan pesawat jatuh menabrak dinding gereja dibangun di kawasan tersebut.