Kontroversi Akun Instagram @Sundayspeaks Harusnya Bikin Kita Sadar Semua yang Ada di Google Bisa Kita Save, tapi Bukan Berarti Kita Boleh Menggunakannya

Rabu, 18 April 2018 | 06:15
Alvin Bahar

Akun Instagram @sundayspeaks

HAI-ONLINE.COM - Siapa di sini yang suka save gambar dari Google terus menggunakannya untuk di-post di media sosial? Atau malah parahnya, digunakan buat tugas sekolah atau kuliah. Jangan lagi deh.

Mungkin kamu udah tau kontroversi akun Instagram @sundayspeaks, yang mencatut desain poster karya mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk acara Forum Film Fisipol (FFF) UGM 2016. Desain karya Tatya Layung Nareswari dan Muhammad Furqon ini kemudian diketahui baru-baru ini dimodifikasi sama acara Mind Your Words yang digagas Sunday Speaks.

Toh, meski udah diminta klarifikasi oleh para pencipta desain gambar tersebut dengan baik-baik, @sundayspeaks nggak memberi tanggapan atau meminta maaf. @sundayspeaks malah terkesan menganggap para desainer poster FFF membesar-besarkan masalah. Panitia @sundayspeaks juga malah menanggapi protes para desainer poster FFF dengan nggak sopan.

Cek: Kenalin Nih Hana Kimura, Pegulat Muda Cantik Jepang Keturunan Indonesia

“Terima kasih sudah mampir, sebelumnya saya perlu luruskan. Pertama, saya nggak mengambil gambar ini di situs Fisipol. Ada dua situs yang memuat gambar ini waktu melakukan pencarian di Google, pertama di kedaikebun.com dan satunya lagi kalau nggak salah di ugaipiyauto.blogspot.com. Dan persoalan hak cipta, kami pikir dengan gambar tersebar di internet, itu sudah jadi konsumsi publik dan kami melakukan sedikit modifikasi untuk kepentingan edukasi, kegiatan diskusi terbatas pada hari minggu. Kedua, iklan yang kami buat nggak dipublikasi secara luas, tapi untuk komunitas terbatas di kota Manado, dan nggak pula untuk kepentingan komersil atau mencari keuntungan,” tulis Muhammad Iqbal, panitia @sundayspeaks, lewat akun @sir_muhammad_iqbal dalam kolom komentar di Instagram yang kemudian di-screenshoot oleh Tatya Larung, karena akun @sundayspeaks dan Iqbal sudah diprivat.

Yap, karena mencari di Google, mereka memutuskan untuk menggunakannya. Mereka pikir foto yang ada di internet sudah jadi milik publik dan bisa digunakan seenak jidat.

Apakah pernyataan tim @sundayspeaks benar? Salah banget. Soalnya, nggak semua hal yang bisa kita temukan di internet adalah milik kita lho.

Google kini sudah hilangkan fitur view image, supaya gambar nggak dicuri

Pada Jumat, 16 Februari kemarin, Google tiba-tiba menghilangkan tombol “view image” dari fitur pencarian gambar Google Images. Padahal, tombol tersebut merupakan hal penting yang memungkinkan pengguna Google melihat dan mengunduh gambar tanpa perlu meninggalkan laman search atau mengunjungi situs tempat gambar dimuat.

Dengan dihilangkannya “View Image”, maka yang tersisa adalah tombol “Visit”. Pengguna pun terpaksa menekan tombol ini dan mengunjungi situs pemuat gambar apabila ingin mengunduhnya.

“Kami meluncurkan beberapa perubahan di Google Images untuk bantu menghubungkan pengguna dengan situs yang berguna,” kicau Google dalam sebuah tweet di Twitter. “Ini termasuk menghapus tombol View Image. Tombol Visit tetap ada, jadi pengguna bisa melihat gambar dalam konteks situs yang memuatnya,” lanjut Google.

Keputusan Google pun menuai kontroversi. Sebagian warganet sudah mulai banyak mengeluhkan proses pencarian gambar yang jadi makin ribet. Apalagi, konten di sebuah situs web bisa saja berubah dan tak lagi memuat gambar seperti yang muncul dalam hasil pencarian Google Image Search.

Sang raksasa internet rupanya meneken perjanjian dengan agen penyedia stock photo Getty Images yang pada 2016 mengajukan gugatan anti-trust atas Google ke Komisi Eropa. Getty Images menilai fitur search sang raksasa internet sering digunakan untuk mencuri dan memakai gambar tanpa izin atau atribusi kepada pemiliknya, termasuk Getty Images.

Getty bersedia mencabut gugatan, lalu melisensikan aneka konten miliknya untuk dipakai di produk dan layanan Google. Salah satu syaratnya, Google mesti menghapus tombol View Image tadi.

“Untuk yang bertanya, betul bahwa perubahan-perubahan ini dalam rangka penyelesaian kami dengan Getty Images,” sebut Google dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari BBC, Minggu (18/2/2018). “Langkah ini didesain untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pengguna dengan kekhawatiran pemilik konten. Kami menghargai keduanya,” lanjut Google.

Semua foto di internet ada lisensinya

Ide atas akses universal terhadap karya ilmiah, pendidikan, dan budaya dimungkinkan dengan adanya Internet, namun sistem hukum dan sosial kita nggak selalu dapat mewujudkan ide tersebut. Makanya, kita perlu tau sama lisensi di internet!

Aktivitas mencari dan menggunakan gambar secara daring, khususnya melalui alat pencari gambar Google, perlu dibekali dengan pengetahuan tentang hak penggunaan setiap gambar yang ditemukan.

Dikutip dari Creative Commons Indonesia, pengetahuan tersebut bermanfaat untuk menjawab pertanyaan seperti:

Apakah gambar yang tersedia dapat digunakan secara langsung tanpa meminta izin? Apakah boleh gambar tersebut digunakan dalam aktivitas komersial? Dapatkah gambar-gambar tersebut diubah dan digubah?

Dengan memanfaatkan alat penyaring “Hak Penggunaan” di mesin pencari gambar Google, pengguna gambar dapat mengetahui apa yang boleh dan nggak boleh dilakukan terhadap gambar yang ditemukan. Alat penyaring ini membantu kamu untuk menemukan gambar-gambar berlisensi terbuka yang tersedia di situs web penyimpanan gambar seperti Wikimedia Commons, Flickr, maupun Pixabay.

Namun, perlu diingat bahwa gambar-gambar berlisensi terbuka bukan berarti tanpa hak cipta. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hak penggunaan gambar yang diberikan, kamu dapat mengunjungi situs web-situs web tersebut dan membaca ketentuan lisensi terbuka yang diterapkan. Gambar-gambar yang muncul biasanya merupakan gambar berlisensi Creative Commons dengan ketentuan yang berbeda-beda. Yang artinya, paling nggak kamu dapat menggandakan (mengunduh) dan menyebarkan kembali gambar tersebut, tanpa izin langsung pencipta.

Nah, jangan sampai kita malah menggunakan karya orang lain tanpa izin ya!

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya