HAI-ONLINE.COM -“Mo Salah! Mo Salah! Mo Salah! Running down the wing, Salah, la, la, la, la, la, Egyptian King!”
Kira-kira, teriakan dan nyanyian seperti itulah yang diserukan oleh puluhan ribu penggemar Liverpool di Anfield setiap kali menonton pertandingan The Reds, tempat Mohamed Salah mencetak gol atau memberikan assist yang membuahkan kemenangan untuk anak-anak asuh Jurgen Klopp.
CEK JUGA:10 Fakta Mohamed Salah, Pemain Mesir yang Sering Disamakan dengan Lionel Messi
Pemain berusia 25 tahun yang memiliki nama lengkap Mohamed Salah Ghaly itu sedang menjadi sorotan pencinta sepak bola. Pasalnya, Salah, yang berposisi sebagai pemain sayap, telah mencetak 36 gol bersama Liverpool dalam 41 pertandingan di semua kompetisi musim ini. Jumlah golnya itu mengalahkan striker-strike elit dunia, Lionel Messi salah satunya. Maka dari itu, nggak lebay kalau Salah disebut sebagai pesepakbola yang fenomenal saat ini.
Namun, sebelum si pemain bola berambut keriting ini mendapat julukan “pahlawan”, “pangeran” hingga “raja”, Salah pernah merasakan pahitnya bermain sepak bola di posisi yang ia benci, sampai menangis karena nggak bisa mencetak gol.
Masa Kecil Mohamed Salah
Salah lahir pada 15 Juni 1992, di sebuah tempat bernama Nagrig, Gharbia, yang terletak tidak jauh dari ibu kota Kairo. Di sana, ia diperkenalkan dengan sepak bola sejak kecil.
Nggak seperti anak-anak kecil di Asia, Eropa atau Amerika yang bisa bermain bola di rumput hijau, Salah dari kecil sudah belajar menggocek, mencetak gol hingga memberi umpan di lapangan berdebu yang menjadi tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu.
Teman-teman semasa kecilnya tahu kalau Salah bakal menjadi seorang pesepakbola profesional, setidaknya menjadi pemain Timnas Mesir di masa depan. Namun, saat itu, mereka bingung, bagaimana Salah yang berasal dari kota kecil bisa mencapai impiannya?
Jawabannya datang dalam ketika Pepsi League, kompetisi sepak bola untuk anak-anak muda di kota Tanta, yang nggak jauh dari kampung halaman Salah. Ia akhirnya berangkat ke Tanta untuk mengikutinya
Gabung Arab Contractors FC Sebagai Bek Yang Haus Gol
Terdapat sebuah klub Mesir yang ternyata sudah memerhatikan Salah sejak bermain di Pepsi League, mereka adalah Arab Contractors FC atau yang dikenal dengan nama El Mokawloon, yang mengundang Salah ke Kairo untuk berlatih bersama mereka pada tahun 2010.
El Mokawloon memang nggak memiliki nama sebesar klub-klub mesir seperti Zamalek atau Al-Ahly, akan tetapi, El Mokawloon percaya kepada talenta-talenta muda, itulah mengapa Salah masuk radar mereka.
Salah dikenal sebagai anak muda yang sopan dan disiplin. Setiap kali pulang ke rumah, ia langsung beribadah dan tidur agar badannya terus fit untuk bermain bola.
Ketika masuk ke tim utama, posisi pertamanya adalah pemain bertahan, bukan striker atau pemain sayap seperti sekarang.
Terdapat cerita unik yang terjadi pada dirinya. Di sebuah pertandingan, di mana Salah dimainkan, timnya menang 4-0, namun Salah menangis. Mengapa? Karena ia nggak mencetak gol.
Dari situlah, para pelatih mulai melihat kalau Salah lebih cocok bermain di posisi menyerang karena ia selalu haus gol.
Menapaki Eropa Dengan Dukungan Penuh Mesir
Seorang petinggi di El Mokawloon, Ibrahim Mahlab, yang menjadi Perdana Menteri Mesir periode 2014-2015, adalah orang yang sangat berperan penting atas kepindahan Salah dari Mesir ke Eropa. Ia mendorong Salah untuk berkarier di Eropa
Sebuah klub dari Swiss Super League, Basel FC, telah memerhatikan gaya permainan Salah yang sangat cocok dengan sepak bola Eropa. Kala itu, tim besar Swiss tersebut mengadakan pertandingan persahabatan dengan Mesir U-23, Salah masuk di babak kedua dan langsung mencetak dua gol. Beberapa waktu kemudian, Salah dikontrak selama 4 tahun oleh Basel secara resmi pada 15 Juni 2012.
Sejak saat itu, iabermain di liga elit Eropa, mencetak gol demi gol di Liga Champions 2013/2014, sampai pada akhirnya, Basel FC bertemu dengan Chelsea. Dari dua pertandingan Basel FC selalu menang. Salah mencetak dua gol.
Sama seperti kisah yang membawanya dari Mesir ke Basel, Chelsea juga kepincut dengan permainan Salah, hingga pada Januari 2014 Salah diboyong ke Stamford Bridge. Dengan begitu, Salah memecahkan rekor sebagai pemain Mesir pertama yang merumput bersama Chelsea.
Sebenarnya, ketika masih di Chelsea, Salah sempat ingin dipulangkan ke Mesir karena negara itu memiliki wajib militer yang harus dijalani oleh masyarakatnya, namun, ia diizinkan tetap berkarier di Inggris sebagai pesepakbola setelah Mahlab, yang dulu pernah menjadi rekannya di El Mokawloon, mengizinkannya.
Bertualang di Serie A
Pada 2 Februari 2015, Chelsea setuju untuk meminjamkan Salah ke tim Italia, Fiorentina, selama 18 bulan. Ditukar dengan Juan Cuadrado
Pada 6 Agustus 2015, Salah dipinjamkan ke AS Roma dengan pilihan untuk mengontrak dirinya secara permanen. Di akhir musim, Salah mendapatkan penghargaan Player of the Season di Serie A, dan menjadi pencetak gol terbanyak AS Roma dengan 15 gol dan 6 assist. Bahkan, ia pernah mencetak hat-trick untuk AS Roma ketika melawan Bologna pada 6 November 2015.
Sukses di Liverpool FC
Mendapatkan predikat Player of the Season di AS Roma ternyata membuat Salah diincar oleh klub-klub elit Eropa lainnya, salah satunya Liverpool, tim dari Inggris yang berhasil mengontrak Salah secara resmi pada 22 Juni 2017. Salah juga menjadi pemain Mesir pertama yang bermain untuk Liverpool.
Banyak yang mengatakan kalau Salah merupakan pembelian terbaik Liverpool pada musim ini. Gimana nggak, ia sudah mencetak 36 gol di musim pertamanya. Itu berarti, Salah merupakan pemain Liverpool dengan gol terbanyak di musim pertamanya.
Kariernya di Liverpool menjadi bukti kalau Salah saat ini menjadi salah satu pemain paling “berbahaya” dan tentu saja, diincar oleh klub-klub besar dunia. Nggak berlebihan rasanya kalau menyebut Salah sebagai salah satu pesepakbola elit dunia bersama dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Berhati Mulia
Walau sudah berada di derajat yang tinggi, Salah nggak pernah lupa akan kampung halamannya. Bahkan dirinya selalu kembali ke Nagrig setiap bulan Ramadan tiba hanya untuk memberikan hadiah kepada anak-anak di sana.
Ia juga membelikan alat-alat gym untuk sebuah pusat olahraga di sana, membangun lapangan bola yang terletak di sekolah Ayyad Al-Tantawy, tempat dulu ia menimba ilmu, dan bahkan memberikan uang untuk para pasangan yang ingin menikah di sana. Lebih dari itu, Salah telah memberikan harapan baru nggak hanya untuk Nagrig, namun juga untuk Mesir.
Kamu mau tahu apa yang Salah lakukan ketika rumahnya kemalingan saat dirinya sedang memperjuangkan sepak bola negaranya di Stadion Alexandria? Bukannya menghukum sang maling, ia malah memberikan uang kepada maling tersebut untuk mencari pekerjaan.
Salah merasa bahwa setiap orang memiliki kesempatan, kesempatan untuk memperbaiki diri mereka masing-masing, terutama mereka yang ada di negaranya.
“Ia melakukan sebuah pekerjaan yang luar biasa. Kamu mau tahu apa rahasianya? Kesopanannya. Dia seorang superstar namun hidup sebagai seseorang yang sederhana. Ia menggunakan kemampuannya untuk melayani negaranya. Kamu bisa melihat seberapa penting Mesir untuknya ketika dia sedang menyanyikan lagu kebangsaan,” ujar Mahmoud Fayez, asisten manajer timnas Mesir.
Pahlawan Mesir
Mesir sudah hampir 30 tahun nggak masuk ke ajang sepak bola paling bergengsi di dunia, Piala Dunia. Namun, semua itu berubah ketika Salah masuk ke timnas Mesir, di mana ia berhasil membawa Mesir menang 2-1 atas Kongo dan membawa negaranya ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Kala itu, pertandingan dihelat di Stadion Alexandria, Mesir, di mana puluhan ribu masyarakat datang untuk mendukung perjuangan para pemain timnasnya.
Seusai menang, Salah diangkat, digendong, diarak-arak ke sekeliling stadion, menandakan bahwa pemuda berusia 25 tahun ini adalah spesial, nggak hanya jago dalam bermain bola, namun dianggap sebagai pahlawan dan juga penyatu negara.