HAI-ONLINE.COM - Jagat media sosial Twitter sedang ramai dengan tagar seruan #deletfacebook sejak Selasa, 20 Maret 2018.
Kampanye #deletfacebook ini semakin menjadi populer setelah Brion Acton ikut menuliskan tweet melalui akunnya yang berbunyi "Ini sudah waktunya #deletefacebook."
Pasalnya, tweet tersebut dikeluarkan oleh pendiri WhatsApp, aplikasi pesang singkat terbesar di dunia yang telah dibeli Facebook pada tahun 2014 seharga 19 miliar dolar AS (Rp261 triliun).
CEK JUGA:
Acton diketahui telah keluar dari WhtasApp pada tahun 2017 lalu.
It is time. #deletefacebookApa yang dilakukan Acton telah memicu ketakutan investor yang menyebabkan saham Facebook jeblok 9% selama dua hari terakhir, melansir The Guardian (21/03/2018).— Brian Acton (@brianacton) 20 Maret 2018
Ini adalah dampak dari skandal yang sedang dihadapi oleh facebook.
Di Amerika Serikat, Federal Trade Commisson sedang menyelidiki dugaan pelanggaran perjanjian 2011 tentang privasi data pengguna yang dilakukan oleh Facebook.
Ini merupakan tindak lanjut setelah adanya laporan sebuah perusahaan bernama Global Science Research yang memanen informasi pengguna Facebook.
Informasi dimana perusahaan tersebut telah menyalahgunakan 50 juta profil Facebook dan memberikannya kepada Cambridge. Analytica.
Cambridge Analytics diduga disewa oleh Donald Trump untuk menggunakan jutaan data pengguna agar mereka terpengaruh kemudian memilih Trump pada pemilu AS 2016 lalu.
Isu ini dibocorkan oleh mantan pegawai Cambridge Analytics bernama Christopher Wylie, yang kini akun facebook, instagram, dan WhatsAppnya ditangguhkan oleh Facebook.
Sedangkan di Inggris, anggota parlemen memanggil pimpinan FacebookMark Zuckerberg, untuk memberikan kesaksian bahwa isu tersebut adalah berita palsu.
Baik Zurk sendiri atau pun Kepala Operasi Facebook Sheryl Sandberg belum membuat pernyataan publik tentang skandal tersebut.
Tapi seorang juru bicara Facbook memberikan komentarnya sebagai berikut seperti dikutip dari The Guardian.
"Mark, Sheryl dan tim bekerja sepanjang waktu untuk mendapatkan semua fakta dan mengambil tindakan yang tepat, karena mereka memahami keseriusan masalah ini."
“Seluruh orang yang bekerja di perusahaan marah, kami tertipu."
"Kami berkomitmen untuk menegakkan kebijakan melindungi informasi orang dan akan mengambil langkah apa pun yang diperlukan," begitu pungkasnya.