Black Mirror Udah Jadi Kenyataan: Di China, Orang yang Punya Nilai Sosial Rendah Bakal Sulit Beli Tiket Pesawat dan Kereta

Selasa, 20 Maret 2018 | 03:45
Alvin Bahar

Suasana di Wenzhou, China

HAI-ONLINE.COM - Mulai bulan Mei depan, warga China yang dapat nilai rendah di sistem sosial kredit bakal kesulitan membeli tiket pesawat atau kereta, seperti statement dari National Development and Reform Commission negara tersebut.

China berencana menerapkan sistem kredit sosial (secara resmi disebut sebagai Skor Kredit Sosial atau SCS) pada tahun 2020. Meski resminya baru dua tahun depan, beberapa kebijakan sudah menggunakan sistem tersebut.

Seperti apa sistem SCS?

SCS tampaknya relatif sederhana. Setiap warga negara di China, yang sekarang berjumlah 1,3 miliar penduduk, akan dinilai menggunakan skor yang akan jadi catatan publik dan dapat diakses untuk umum.

Skor ini diperoleh dari perilaku sosial mereka, seperti kebiasaan, rutinitas membayar tagihan, dan interaksi sosial. Skorini akan menunjukkan seberapa kuat seseorang dapat dipercaya dan mendapat peringkat di publik. Lebih jauh, skor ini mempengaruhi kelayakan mereka terhadap sejumlah layanan (jenis pekerjaan, pegadaian, sekolah anak-anak mereka).

Cek: Jadi Duta Pangan Jepang-ASEAN, Melody JKT48 Bangga Karena Ilmunya Saat Kuliah Jadi Bermanfaat

"Layanan" ini nggak dijadwalkan berjalan lancar sampai tahun 2020, namun China telah memulai implementasi SCS secara sukarela menggandeng sejumlah perusahaan swasta.

Perusahaan yang menerapkan SCS termasuk China Rapid Finance, yang merupakan mitra jaringan sosial raksasa Tencent, dan Sesame Credit, anak perusahaan dari perusahaan afiliasi Alibaba Ant Financial Services Group (AFSG).

Menurut media lokal, SCS Tencent hadir dengan aplikasi chat QQ-nya, di mana skor individu berada dalam kisaran antara 300 dan 850. Terdapat lima subkategori: koneksi sosial, perilaku konsumsi, keamanan, kekayaan, dan kepatuhan.

Nggak disetujui semua orang

Gambaran nilai sosial di China
Rencana ini masih menimbulkan pro-kontra. Anurag Lal, CEO sekaligus President perusahaan Infinite Convergence, nggak menyetujui ide tersebut.

"Bagaimana Anda mendefinisikan perilaku orang pada hari ke hari? Orang melakukan begitu banyak hal yang berbeda karena berbagai alasan, dan kalo konteksnya nggak dihargai, hal itu dapat disalahartikan," katanya.

Skor sosial yang diusulkan China ini dinilai melebihi kebijakan negara totaliter, bahkan menjauhkan hak privasi warganya sendiri.

Mirip Black Mirror

Sistem ini mengingatkan kita akan serial Black Mirror. Serial bertema teknologi ternyata nggak melulu identik dengan kesan futuristis bernuansa cerah. Saat ngelihat Black Mirror, kamu akan nemuin sisi gelap teknologi modern pada kehidupan manusia.

Contohnya lihat saja episode yang berjudul Nosedive (Season 3/2016). Nosedive mengisahkan saat para manusia dinilai dengan sistem rating. Semakin tinggi rating seseorang, semakin banyak keuntungan dan kemudahan dalam menjalani hidup.

Akhirnya, orang yang ratingnya tinggi pun hanya mau bergaul dengan yang memiliki rating setara.

Kurang lebih, hal seperti ini bisa saja terjadi di negara tirai bambu sana. Duh, serem juga ya...

Tag

Editor : Alvin Bahar