Perjuangan Umat Manusia Mencari Ujung Pi yang Sampai Sekarang Belum Ketemu Jawabannya

Rabu, 14 Maret 2018 | 02:30
Alvin Bahar

Pi Day

HAI-ONLINE.COM - Pi alias 3,14 sudah nggak asing, apalagi buat kita yang masih sekolah. Hampir setiap orang pernah memakainya, ya seenggaknya semasa sekolah untuk menghitung luas lingkaran atau volume bola.

Meski demikian, nggak banyak yang tahu tentang Pi, proses penemuannya hingga misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan. Banyak yang cuma menggunakan atau menghafalkannya, tanpa memaknai.

Rabu (14/3) adalah waktu yang tepat untuk mengenal Pi. 14 Maret selalu diperingati sebagai Pi Day. Tanggal ini dipilih sebab dalam format penulisan bulan/tanggal (3/14) tepat merepresentasikan Pi.

Pi telah dikenal selama 4000 tahun. Pi merepresentasikan hubungan antara keliling dan diameter lingkaran. Meski demikian, belum diketahui siapa yang sebenarnya menemukan Pi.

Angka Pi yang dikenal saat ini, 3,14, adalah pembulatan. Sebenarnya, angka Pi adalah 3,141592653.... Ujung Pi, alias angka desimal dari Pi belum ditemukan. Perlombaan menemukan Pi yang seakurat mungkin alias sebanyak-banyaknya angka di belakang koma dalam Pi adalah salah satu yang menarik untuk diamati.

Cek: 5 Fakta Unik Matematika yang Berhasil Diungkap Remaja 13 Tahun

Masyarakat Babilonia yang melakukan penghitungan menyebutkan bahwa angka Pi adalah sedikit lebih besar dari 3. Besarnya kira-kira 3 1/8 atau 3,125. Sementara, matematikawan Mesir melakukan penghitungan lagi dan menemukan bahwa Pi adalah 3,16049. Kedua angka tersebut tentu saja belum akurat.

Matematikawan Yunani, Archimedes of Syracrus (287-212 SM), mulai mendekati keakuratan. Dengan menggunakan poligon, ia menyatakan bahwa Pi adalah 3,1485. Di belahan timur, matematikawan Cina Zhu Chongzhi (429-500 M), semakin mendekati keakuratan. Ia menyatakan dalam pecahan bahwa Pi adalah 355/113 atau 3,1415929.

Kemajuan pencarian Pi mulai terjadi abad 15 dan 17. Matematikawan India (Madhava) dan Jerman (Gottfried Leibniz) menemukan seri Madhava-Leibniz. Pi dinyatakan hingga 11 angka di belakang koma.

Lahirnya lambang Pi

Tahun 1707, mulailah diperkenalkan lambang Pi dalam aksara Yunani. William Jones, matematikawan dari Welsh, adalah yang mengenalkannya. Meski demikian, lambang itu baru dipopulerkan oleh Leonhard Euler pada 1737.

Hingga sebelum era komputer, perhitungan Pi yang paling akurat adalah yang dilakukan D.F Ferguson. ia berhasil menghitung nilai Pi hingga 620 angka di belakang koma.

Pada era selanjutnya, kemajuan besar diperoleh. Tahun 1947, perhitungan dengan kalkulator membuahkan hasil nilai Pi hingga 710 angka di belakang koma. Sementara itu, Takahashi Kanada pada tahun 1999 berhasil menghitung hingga 206.158.430.000 angka di belakang koma dengan Hitachi SR800.

Tim Universitas Tokyo berhasil menghitung hingga 1.241.100.000.000 angka di belakang koma. Rekor terbaru dipegang oleh oleh Shigeru Kondo dan Alexander Yee yang dengan superkomputernya berhasil menghitung Pi hingga 5 triliun angka di belakang koma. Kondo dan Yee membutuhkan waktu 90 hari untuk menghitung Pi hingga 5 triliun angka di belakang koma. Sebanyak 20 hard disk eksternal dibutuhkan. Verfikasi membutuhkan waktu 68 jam.

Setelah Pi, ada Tau

Hingga kini, ujung dari Pi belum ditemukan. Bahkan, Pi mungkin nggak memiliki ujung. Satu per satu rekor penghitungan Pi akan terkalahkan seiring waktu. Sementara Pi masih digemari dan berbagai kalangan, kini dikenal Tau. Nilai Tau adalah 2 kali Pi, alias sekitar 6,28. Bilangan ini mulai dikenalkan sejak tahun 2001 dan mulai mendapat banyak dukungan.

Tau dianggap memiliki kelebihan dibanding Pi. Salah satunya, Tau dianggap lebih mudah dipahami dibanding Pi sehingga membantu awam dalam memahaminya.

Entah Pi atau Tau yang dipilih, peringatan Hari Pi bisa jadi kesempatan bagi siapa pun, terutama oranguta dan pendidik, untuk mengenalkan matematika. Ada banyak cara untuk merayakannya. Massachusets Institute of Technology, misalnya, mengirimkan surat keputusan pada calon mahasiswa pada Pi Day pukul 6.28 waktu setempat. Ini semacam kompromi antara Tau dan Pi.

Di Indonesia, beragam kegiatan sederhana bisa dilakukan. Permainan yang membantu mengkomunikasikan konsep Pi bisa dilakukan di kelas atau di rumah. Selamat Hari Pi!

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mencari "Ujung" Pi"

Tag

Editor : Alvin Bahar