Review Album The Panturas: Mabuk Laut Nggak Pernah Seasik Ini

Senin, 12 Maret 2018 | 09:45
Rizki Ramadan

The Panturas

Penulis: Nabyl Rahardjo

HAI-online.com -The Panturas selalu punya hubungan dengan laut. Bukti pertama, band Jatinangor yang digawangi dari Abyan Zaki Nabilio (Vokal & Gitar), Rizal Taufikurrohman (Gitar), Surya Fikri Asshidiq (Drum) dan Bagus Patria (Bass) ini nggak tinggal di tepi pantai atau dekat pantai melainkan pegunungan. Kedua, setelah ngerilis tunggalan“Fisherman’s Slut” di 2016 lalu yang menceritakan pekerja seks komersial yang dibawa nelayan.

Kini, setelah “mengarungi” lautan karya mereka selama 3 tahun dan mencicil lagu-lagu tunggalannya, The Panturas merilis album penuh bertajuk “Mabuk Laut” dalam format cakram padat berisi 7 lagu.

Mendengarkannya dari lagu pertama, “Tenggelamkan!” hingga lagu terakhirnya “Fisherman’s Slut”, lo pasti sepakat utnuk menyebut bahwa The Panturas adalah band yang patut diperhitungkan.

Lo pasti bakal nemuin unsur surf rock yang kental banget, tapi ada juga nada-nada khas indorock kayak Tielman Brothers cs. The Panturas membawakannya dengan santai, modern dan lugas.

Eksplorasi musik yang cenderung luas mereka lakukan ngebikin The Panturas ini nggak ngebosenin dan monoton layaknya pattern lagu-lagu surf rock dan rock n’ roll yang gitu-gitu aja.

Walau emang masih banyak riff gitar andalan band-band surf rock kebanyakan tapi pemilihan karakter sound gitar dengan memasukkan lick ciri khas indie rock (sebut saja The Strokes atau The Libertines) yang lekat dengan permainan overdrive dan delay dipadu dengan permainan drum bertempo cepat menjadi daya jual band ini.

Unsur punk yang ada pada track kedua mereka yang berjudul “Fish Bomb” membuat rekaman ini juga semakin seru.

Lagu “Gurita Kota” menarik untuk kita cerna liriknya:

“Berwajah congkak, mereka sikat habis aspal hitamnya,

kebun binatang keluar lantang keras dari dalam mulut”

Itulah penggambaran ala The Panturas yang tepat tentang situasi jalanan Ibu Kota Jakarta dan kota –kota besar lainnya.

Nomor favorit saya adalah “Arabian Playboy” yang tak terduga terdapat sebuah kolaborasi istimewa bersama Oscar Lolang. Beda dari format solonya, lepas dari gitar akustik yang selalu ia bawa ke mana-mana. Oscar Lolang dalam track ini memberikan sentuhan yang sangat mewah. Kemampuannya memainkan emosi lewat bertutur kata adalah daya magis lagu ini.

Satu lagi yang bakal bikin lo suka sama The Panturas adalah kekhasan sajian visualnya. Entah itu terwujud dalam kemasan album atau pun penampilan para personelnya ketika pentas.

Singkatnya, untuk lo yang butuh menu baru dari musik Indonsia, The Panturas adalah pilihan yang tepat untuk ngantar kuping lo ‘orgasme’.

Tag

Editor : Rizki Ramadan