Cara Keluar dari Lingkaran Kekerasan dalam Pacaran

Rabu, 28 Februari 2018 | 14:15
Hai Online

Dark Side of Love

HAI-Online.com – Pasti udah sering dong denger seseorang bilang ke pacarnya, “Aku ingin memilikimu sepenuh hati.” Ciailaaahh... Tapi, pernah denger yang mirip-mirip kaya gitu, kan, ya?

Emang, sih, biasanya, kalau kita sepakat berpacaran sama seseorang, memang hati kita resmi jadi milik pacar kita. Betul kan? Kita jadi pasangannya dalam melakukan banyak hal. Nemenin ngerjain tugas, meluangkan waktu di akhir pekan untuk jalan bareng doi, dan tiap malam chatting sampe ngantuk.

Sampai sebatas itu, “saling memiliki” dalam pacaran adalah hal yang wajar. Lain soal kalau ada satu pihak yang pengen “menguasai” pacarnya demi memuaskan keinginannya.

Nah, dari di titik inilah dimulai "masalahnya".Kekerasan dalam pacaran sendiri menurut Nike Nadia, founder komunitas Help Nona memiliki dua kata kunci utama, yaitu adanya kontrol dan kekuasaan.

“Kekerasan dalam pacaran karena adanya ketimpangan, ada yang mengontrol dan dikontrol, ada suara yang nggak didengar oleh salah satu pihak,” ucap Nike dalam diskusi “Kekerasan dalam Pacaran” di Jakarta.

BACA JUGA:Fakta Foto Bugil Remaja: Dianggap Tanda Sayang, jadi Mantan Foto Disebar

Kalau udah gitu, pacarannya jadi menyimpang tuh. Dia minta (baca: maksa) pacaranya untuk foto bugil, melakukan kekerasan fisik saat bertengkar, bahkan sampe membatasi aktivitas pacarnya.

Gawat nggak sih? Lebih gawatnya lagi, fenomena ini terjadi di kalangan remaja, bro! Temen-temen kita sendiri mungkin diam-diam mengalaminya. Atau jangan-jangan loyang lagi baca artikel ini pernah jadi pelakunya? Coba simak cerita lengkap dari investigasi yang tim HAI lakuin beberapa hari lalu.

Sebut aja D, salah satu narasumber yang HAI temui, pernah menjadi korban dari kekerasan dalam pacaran. Cewek ini bahkan kerap dipaksa untuk melakukan hubungan seks yang nggak biasa. Waduh

“Gue tuh pertama kali ‘gitu-gituan’ (berhubungan seksual) sama dia (mantan) dan gue cuma jadi pemuas dia aja gitu, bahkan dia pernah nyuruh gue cari teman yang bisa diajak threesome,” tutur D, cewek yang mengalami kekerasan dalam pacaran dan bikin dia depresi berat.

Awalnya menurut D, cowok yang kini sudah jadi mantan pacarnya itu mengajaknya sambil bercanda dan mulai fantasiin temannya.

“Eh Si X kayaknya bisa ya diajak threesome, ajak coba, deh,” tutur D meniru ajakan mantan pacarnya itu dulu.

D pun risih dan marah, bahkan menangis gara-gara mantan pacarnya sering banget mengajak hal itu. Siklus ini pun terjadi berulang kali. Bukan itu aja, D pun mendapat bentuk kekerasan dalam pacaran lainnya, yaitu psikis saat dia dan keluarganya acap kali dihina dan direndakan, bilang D pelacur, dan perkataan menyinggung fisik D.

BACA JUGA:Katanya Sayang, Kok, Pacarannya Pake Kekerasan?

Hal ini bikin keluarga, khususnya ibu D menangis dan memintanya untuk menyudahi hubungan tersebut. Kekerasan fisik pun juga dialami D, yakni adanya pukulan, cakaran, cubitan, dan tamparan yang menyasarnya.

“Ngebales pernah, tapi dibales lagi. Gila ya dan tetap pacaran. Sebenarnya gue sadar dia tuh nggak baik, tapi nggak tahu kenapa gue masih yakin aja gitu, dia bakalan berubah,” tambah D.

Selama dua tahun menjalin kasih, D merasa sangat dibutakan cinta. Bahkan perselingkuhan juga terjadi dalam hubungannya dengan sang mantan. Tapi, lagi dan lagi D masih terus memaafkan mantannya itu. Depresi yang dialami D malah membuat mantannya ini menyebutnya gila. D pun pergi ke psikiater dan dihipnoterapi.

Pengalaman D ini tentu bikin kita meridik ngeri dibuatnya. Mungkin ini hanya satu di antara banyak contoh kekerasan dalam pacaran lain yang selama ini disimpan rapat-rapat banyak orang. Misal foto-foto cewek tersebar ke media sosial, termasuk grup-grup khusus yang isinya cowok-cowok berpikiran kotor. Ini tentu jadi momok menakutkan lantaran nggak ada persetujuan dari si cewek perihal penyebaran dokumentasi tersebut. Namun, banyak cewek yang bingung menyikapi ini dan hanya bisa meringis atas perbuatan sang pacar.

BACA JUGA:Pacar Posesif Itu Racun! Curhatan Korban dan Pengakuan Pelakunya Ini Buktinya

How To Escape

Sebenarnya apa yang terjadi dengan D dan anak muda lain? serta mengapa mereka nggak bisa keluar dari hubungan yang toxic itu?

D sendiri mungkin bisa dikatakan mengalami cycle of abuse. Menurut Nike, lingkaran itu bermula dari adanya fase ketegangan (mulai dari perbedaan pendapat dan hal sederhana lain), lalu fase kekerasan, fase permohonan maaf, dan fase bulan madu. Setelah mengalami cycle of abuse sekali, nggak jarang kalau hubungan masih terus berjalan akan terjadi kekerasan yang lebih parah dan cepat terjadi.

Ternyata untuk keluar dari hubungan yang penuh racun itu nggak gampang. Banyak faktor yang memengaruhi dari keputusan tersebut. Contohnya, nih, menurut Uli, salah satu pengacara di LBH APIK, karena adanya ketergantungan dengan pasangan dari berbagai lini, ancaman pelaku, dan nggak adanya dukungan dari lingkungan sekitar. Diming-imingi akan disebar foto atau video syur yang tanpa izin direkam pacar bisa dalih hubungan susah berakhir.

Lo tahu nggak sih, kalau ternyata angka kekerasan dalam pacaran itu tinggi? Cewek pun masih rentan jadi korban kekerasan tersebut. Data dari catatan Tahunan 2017 Komnas Perempuan menyebutkan, selama 2016 ada 259.150 kekerasan terhadap perempuan. Dalam angka itu, 2.171 kasus ranah personal di antaranya terjadi di kekerasan dalam pacaran.

“Dan dalam ranah personal pelaku kekerasan seksual tertinggi adalah pacaran dengan 2.017 kasus,” ujar Indraswari, Ketua Subkomisi Pemantauan Komnas Perempuan kepada Kompas.com

Angka tersebut mungkin hanya sebagian dari kasus kekerasan yang terjadi lantaran cuma berdasar laporan dari Pengadilan Agama dan lembaga mitra pengadaan layanan di 34 provinsi. Masih banyak orang, termasuk remaja yang menyimpan rapat-rapat cerita soal kekerasan yang dialaminya selama pacaran.

BACA JUGA:5 Fakta tentang Penyakit Bernama Posesif dan Cara Mengobatinya

Jadilah Support System

Kalau lo punya temen yang sedang pacaran dan menunjukkan gejala-gejala terjadinya kekerasan dalam hubungan mereka, ada baiknya lo langsung bertindak deh.

“Untuk keluar dari hubungan (yang toxic) nggak bisa sendiri, perlu orang lain,” kata Keith dari Jakarta Feminist.

Korban kekerasan dalam pacaran harus menemui teman, keluarga, dan mencari komunitas agar bisa mendapatkan support system.

“Harus pergi secepatnya ketimbang mempertahankan hal-hal menyakitkan,” ujar Uli.

Korban juga mesti cari aktivitas-aktivitas lain yang bisa bawa hidup lebih semangat dan positif. Memang belum ada aturan khusus yang membahas kekerasan dalam pacaran, tapi kasus ini diseret ke ranah hukum lewat beberapa aturan lain.

Misal, kalau tersebarnya foto atau video syur dengan UU ITE. Dalam hal ini, korban bisa minta bantuan lewat berbagai lembaga hukum. Selain itu, ke depannya mesti paham soal kekerasan dalam pacaran. Seperti konsekuensi atau bahayanya kasih foto-foto syur ke pacar dan bentuk deteksi dini lain adanya kekerasan dalam pacaran.

Bagi lo yang nggak mengalami langsung, tapi melihat teman jadi korban, perlu adanya kesadaran dan keaktifan juga. Mulailah untuk peka dan mengajaknya berbincang. Tapi, jangan ada pemaksaan dan penyudutan ya dalam cerita itu. Selain itu bicarakan permasalahan tersebut dengan pihak yang dirasa lewat dapat bersikap objektif dan bijak.

Sedangkan bagi kalianyang merasa jadi pelaku kekerasan dalam pacaran, kayaknya sudah saatnya lo sadar. Minta maaf mungkin bisa jadi langkah awal untuk menebus kesalahan zaman dulu.

Selain itu, saatnya paham juga kalau hal-hal negatif yang lo lakukan bisa berujung fatal. Mulai dari trauma dan depresi ke pacar, luka fisik, sampai jeratan hukum yang bisa lo terima. Khusus untuk lo yang suka menyebarkan foto atau video syur pacar, saatnya menghentikan tindakan itu. Meskipun hanya di-share ke grup, itu sudah bisa dijerat bentuk penyebaran pornografi loh!

Resikonya? Penjara! Mau?

Tag

Editor : Hai Online