3 Kisah Jatuh Bangun Band Indie Lokal, Perlu Disimak Biar Band Kamu Langgeng!

Kamis, 15 Februari 2018 | 06:45
Alvin Bahar

Burgerkill

HAI-ONLINE.COM - Punya karier sebagai band atau artis independen artinya harus bisa menggantungkan hidup pada kreativitas dengan minimnya sokongan dana dari produser atau music label. Yap, indie dan masalah kayaknya emang lekat banget. Tapi, masalah itu bisa diselesaikan kok. Kalo nggak percaya, coba cek kisah jatuh bangun 2 band indie di bawah ini!

1. Burgerkill

Burgerkill
Awal 2004 adalah momen yang benar-benar berbeda dalam perjalanan karier mereka. Saat itu, mereka telah menjadi artis dari sebuah label besar, jadwal promo ke berbagai dalam skala nasional mereka lakukan. Tentunya, termasuk ke HAI. Saat itu, Tiga Titik Hitam dan Terlilit Asa jadi gacoan sampai digarap video klipnya.

Masih di tahun yang sama, Burgerkill benar-benar mencuri perhatian setelah mampu menjadi pemenang dalam ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) di tahun 2004, dalam kategori Best Metal Production. Oh , iya, sejak penggarapan album kedua ini, Ugum telah emngudnurkan diri sebagi gitaris, dan posisinya digantikan oleh Agung, yang sebelumnya tercatat sebagai gitaris Jeruji.

Efek bergabungnya mereka ke major label memberikan pengaruh yang cukup besar, hingga ada permintaan agar album album perdana mereka dirilis ulang oleh Sony Music. Setelah album repacked itu, Burgerkill sempat merasakan rehat sejenak dan kembali aktif pada pertengahan 2005.

Nah, untuk kedua kalinya, posisi drum kembali berubah dalam perjalanan karier Burgerkill. Kali ini, Toto memilih untuk cabut dari band karena akan fokus dengan pekerjaannya di luar musik. Padahal, saat itu, Burgerkill tengah dikejar target deadline dari label untuk segera merampungkan album terbaru.

Baca Juga: 4 Fakta Tentang Kolaborasi Mocca dan Viki Burgerkill

“Pada saat itu intinya saya sudah nggak enjoy, lagi, mungkin pikiran saya udah ditempat lain, dari pada hal itu menimbulkan banyak konflik di kepala saya, ya sudah, saya keluar,” ujar Toto.

Dalam kondisi mendesak itulah, akhirnya Abah Andris kembali ke habitat lamanya di belakang set drum. Ajaibnya, Abah juga “menghajar” semua take bass untuk album Beyond Coma and Despair.

“Harus edanlah album ini,” celoteh abah dalam dokumenter We Will Bleed.

Apa yang dikatakan Abah memang menjadi kenyataan. Album ini seperti menjadi pertanda era baru untuk Burgerkill. Banyak perubahan terjadi dalam band ini, selain akhirnya mereka memutuskan keluar dari Sony Music, beberapa minggu sebelum album ini dirilis, sang vokalis, Ivan, menghembuskan nafas terakhirnya karena penyakit yang telah cukup lama menggrogoti tubuhnya, termasuk dalam proses rekaman album ini, daya tahan tubuhnya mulai melemah.

Wafatnya Ivan Scumbag sempat membuat Burgerkill depresi berat. Bahkan Eben sempat berpikir untuk membubarkan band tersebut.

Namun dalam kondisi duka ini, rencana untuk launching harus tetap berjalan, sehingga Yadi dari Motordead didapuk sebagai vokalis sementara untuk menggantikan peran almarhum Ivan. Pada momen ini pula, Abah benar-benar fokus kembali menjadi seorang rrummer, dan posisi bassist akhirnya pindah ke tangan Ramdan.

Untuk posisi vokalis pengganti Ivan, mereka sempat mengadakan audisi, dan akhirnya terpilihlah Vicky dari Heaven Fall, yang sampai sekarang masih bertindak sebagai vokalis Burgerkill.

Keputusan merekrut Vicky tepat. Meski tentunya Vicky nggak bisa sepenuhnya menggantikan sosok Scumbag, sosoknya diterima Begundal. Mereka terus hidup hingga sekarang, merilis album Venomous, bahkan meraih penghargaan Metal As F**k di Metal Hammer Golden Gods.

2. Pure Saturday

Pure Saturday
Kondisi scene independen Bandung kala 90an memang didominasi oleh musik-musik keras seperti metal dan grunge. Ketika muncul Pure Saturday, tentunya banyak yang heran. Namun siapa sangka, umur band ini jauh lebih panjang dari sejumlah kawan seangkatan, meski diterpa masalah tak henti-henti.

Kesuksesan Pure Saturday berawal dari meniru terobosan Pas Band. Langkah mereka dimulai dengan modal Rp. 1 juta plus pinjaman Rp. 500.000 dari Ambar, manajer Pas. Setelah menjualnya melalui sistem mail order, hasil kerja samanya dengan majalah Hai, Pure Saturday kemudian dilirik Ceepee Production yang bertindak sebagai distributor. Belakangan, Puppen menyusul pula lewat cara serupa. Single Kosong membuat Pure Saturday semakin dikenal oleh kalangan anak muda di Indonesia.

Musik mereka sederhana namun mudah ditangkap dan lirik yang mereka bawa mengusung tema sosial. Hal ini justru membawa angin segar bagi pecinta musik di tanah air.

Setelah asik berindie ria, PS menerima tawaran major label untuk album kedua. Album ini di beri nama Utopia dan dirilis di bawah bendera Aquarius Musikindo. Karena kesibukan dengan keluarga dan bisnis, Pure Saturday sempat menghilang dari dunia musik Indonesia. Sang vokalis, Suar, meninggalkan Pure Saturday pada tahun 2004.

Setelah pencarian panjang, akhirnya Satria "iyo", sang manajer band, mengisi posisi vokalis. Umur Iyo, sebagai vokalis, bersama band ini nggak panjang. Kurang lebih hanya dua tahun. Dan ia menggarap album terakhir Pure Saturday, Elora, sebagai album pertama sekaligus terakhirnya bersama dengan band ini.

Pada awal kemunculannya, Iyo memang menuai banyak cercaan. Karena sebenarnya, secara obyektif, ia nggak punya modal yang cukup secara skill untuk menjadi personil Pure Saturday. Ia nggak bisa bernyanyi dengan mantap dan ia nggak bisa bermain gitar. Ditambah lagi personanya yang lebih dulu dikenal sebagai pemain bas kelompok rock ugal-ugalan Teenage Death Star. Modalnya hanya cinta tulus akan band ini. Pure Saturday pada waktu itu sedang dilanda kebingungan mencari vokalis setelah vokalis lama, Suar Nasution, mengundurkan diri.

Itu tercermin dari beberapa pertunjukan awal Pure Saturday bersama Iyo. Beberapa set berakhir dengan kekecewaan. Karena Iyo nggak bisa menggantikan Suar Nasution dengan maksimal. Tapi, kontroversi pasti selalu menemukan akhir. Cinta orang akan Pure Saturday ternyata lebih besar. Tekanan pun berlalu begitu saja. Orang mulai menerima bahwa Pure Saturday yang hari ini memasukan Iyo di dalam, sebagai vokalis.

Tapi, semangat mereka belum padam. Iyo kembali ke Pure Saturday dan perlahan tapi pasti, sosoknya diterima penggemar. Rasa cinta Iyo terhadap Pure Saturday memang sangat besar, nggak ada yang bisa menghalanginya. Kolaborasi mereka berlanjut ke Grey yang dirilis pada 2012 silam.

Apa rahasia PS hingga selalu bertahan? Selama dua puluh tahun, mereka telah meletakkan pondasi penting dalam bermusik yang seringkali dilupakan oleh musisi-musisi yang sekedar ingin tenar. Bersenang-senang. Bersenang-senang bersama tepatnya. Karena mereka sadar bahwa mereka nggak pernah sendiri.

3. Rocket Rockers

Rocket Rockers
Setelah 13 tahun berjalan bersama, Rocket Rockers akhirnya kehilangan vokalisnya, Ucay. Hal tersebut langsung diumumkannya lewat akun twitter dari Ucay, @ALakaUCAY di mana per 1 Januari 2013 dirinya nggak lagi bersama ikon poppunk asal Bandung tersebut.

Ditinggal Ucay, Rocket Rockers nggak mencari vokalis baru. Mereka cukup berempat saja, dengan Aska mengambil alih tugas vokalis utama. Sayang, Rocket Rockers sempat mendapat kritikan ketika merilis single perdana dengan formasi berempat lewat Jangan Dulu Tenggelam. Dalam lagu yang terdapat di track 3 itu, nuansa pop punk yang identik dengan ketukan drum padat dan menghentak nggak nampak.

Untungnya, rasa pesimisme umat Pop Punk Indonesia atas Rocket Rockers terbayar ketika album merekam jejak dirilis November 2014 lalu. Sejak track pertama, telinga kita langsung digempur oleh komposisi rhythm section yang padat. Komposisi chord yang dipilih juga bakal mengingatkan akan Green Day era Dookie.

Jam terbang tinggi dalam memainkan Pop Punk selama belasan tahun adalah bahan bakar utama Aska cs. untuk menampilkan aransemen-aransemen unik sampai sekarang. Vokal Aska di album ini memang terasa sangat powerful, seakan menjadi pembuktian kalau ia layak menjadi frontman, setelah era Rocket Rockers "rezim" Ucay karam.

Kebukti juga, setiap show mereka masih ramai sama Rocket Rockfriends. Intinya, fanbase mereka memang gede banget. Nggak hanya rajin manggung, Rocket Rockers juga merilis album Merekam Jejak dan tur bareng sejumlah band lain. Well, dengan bertahan selama lebih dari 15 tahun, dan tetap berdiri kokoh setelah diterpa beragam cobaan, setuju kan kalau Rocket Rockers salah satu band Indonesia terkeren?

Tag :

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya