Kisah Traveler Cupu Mendaki Tebing Kematian di Kowloon Peak Hongkong

Selasa, 23 Januari 2018 | 03:45
Rizki Ramadan

Pemandangan dari Kowlooan Peak

Cerita ditulis oleh Rasyid Sidiq dan Qevin Auffar, mahasiswa asal Yogya,untuk HAI-Online.com

Jum’at, 12 Januari lalu, adalah hari ketiga gue berada di Hong Kong. Nggak ada kepentingan apapun kecuali emang merayakan libur kuliah. Kebetulan, gue nggak traveling sendirian, bareng satu temen baik gue namanya Qevin. Seminggu sebelum berangkat ke Hong Kong, Qevin emang paling getol nyari spot mana yang apik buat disinggahi untuk sekedar berfoto-foto ria.

Dari sekian list yang kita bikin, paling oke ada yang namanya Victoria Peak (Lo semua yang pernah ke Hong Kong pasti tahu tempat ini). Semacam puncak dengan ketinggan 552 m dimana lo bisa liat Hong Kong dari atas langit. Sayangnya, tempat itu udah mainstream alias pasaran banget buat turis, menurut kami berdua aja sih. Peace!

Akses kesananya pun sangat mudah, tinggal naik Peak Tram (sebangsa kereta funicular). Tapi ya, lo akan ngantri berjam-jam buat dapetin kereta itu. Walaupun sensasinya emang seru sih, katanya. Oke, kita skip pembahasan soal Victoria Peak dan Peak Tram ini!Nah, selain Victoria Peak yang menggugah selera, si Qevin ini akhirnya nemu “Peak” (baca: puncak tertinggi) lain yang lebih cihuy bin ajegile buat disamperin hasil dari penelusurannya tiga malam suntuk di berbagai blog dan channel YouTube.

Well, namanya Kowloon Peak dengan ketinggan 602m. Puncak ini lebih epic dari Victoria Peak menurut kami dan beberapa backpacker dunia yang pernah ke sini. Soalnya, masih jarang turis yang tahu dimana lokasinya. Aksesnya pun cukup sulit, nggak segampang kalau ke Victoria Peak. Kenapa? Lo bakal diharuskan hiking atau trekking kalau mau menaklukan tempat ini. Sebagai pelancong cupu nan belagu dan nggak hobi naik turun gunung, cukup bikin down kita berdua awalnya. Adu mulut pun iya. Maklum cuy, ini negeri orang, gue sendiri belum bikin asuransi, dan ya kalau ada apa-apa siapa coba yang bertanggung jawab? Kamu? Ah, lebay!

Sebenernya, hari itu kita nggak masukin jadwal Kowloon Peak buat dikunjungi. Dari pagi kita udah muter-muter ke Garden of Stars (Avenue of Stars) lanjut ke Choi Hung Estate. Semacam estate di Hong Kong yang nge-hits abis buat foto-foto instagramable. Btw, spot ini juga masih jarang turis yang tahu, lho! Maklum, selain dikelilingi banyak gunung dan lautan, Hong Kong juga surganya hunian bertingkat.

Kami pun lanjut ke Diamond Hill buat menyusuri Chi Lin Nunnery, Nan Lian Garden, dan UNIQLO Plaza Hollywood. Nah, kelar dari situ niatnya mau ke Tian Tan Buddha atau kalau nggak Disneyland. Ternyata cukup jauh cuy, alias kudu banyak ganti line stasiun MTR (bukan MRT ya!). Okelah, setelah melahap chicken curry dan chicken kimchi khas Seven Eleven Hong Kong seharga 23.90 HKD, akhirnya obrolan itu pun muncul.

Gue: “Gimana kalau langsung ke Kowloon Peak aja? Soalnya sejalur nih!”

Qevin: “Besok aja, jauh banget lho, kalau siap naiknya sih, nggak masalah!”

Gue: “Oke, siap nggak siap let’s go aja udah!!!”

Qevin: “Okelah, jangan loyo lho, masih jam 14.15 nih belum kesorean (sambil ngecek apple watchnya)”

Yap! Kami sepakat dan niat trekking bermodal celana jeans dan hoodie ala kadarnya ke tempat yang cukup asing nan tinggi, Kowloon Peak. Nggak lupa, beli bekal air mineral dulu biar nggak mati kehausan di jalan. Sesuai informasi yang kita dapat sebelumnya, untuk ke tempat ini kita harus balik lagi ke Choi Hung dari Diamond Hill. Turun di stasiun MTR Choi Hung, langsung nyari mini bus nomor 1A dengan tujuan Sai Kung. Tapi, yang musti diinget, tujuan kita bukan Sai Kung ya, kita harus maksa berhenti di Fei Ngo Shan. Si Qevin udah siapin foto batu nisan bertuliskan Fei Ngo Shan tuh, buat ditunjukkin ke supirnya biar paham kalau kita turunnya disitu. Disinilah banyak drama terjadi! Jeng…jeng!

Mini bus 1 A tujuan Sai Kung, cari aja sekitara stasiun MTR Choi Hung (Dok. Vignette)

Jangan lupa turun Fei Ngo Shan ya!
Setelah turun dari mini bus, gue dan Qevin pun dengan pedenya langsung menyusuri jalan Fei Ngo Shan yang banyak dihuni oleh kaum elite tanpa basa basi. Hampir setengah jam jalan, bolak balik nanya warga lokal yang lagi lari-lari sore, drama pertama pun terjadi. Gue diuber anjing liar Hong Kong! Hahaha. Mungkin badan gue bau daging Sevel tadi kali, ya? Untung selamat alias nggak kenapa-napa! Gue ditolong seorang kakek yang lagi gowes sepeda gunungnya. Aman!

Drama kedua, ditengah jalan yang semakin sepi, Qevin pun malah gundah gulana apakah benar jalan yang kita lalui bersama ini menuju Kowloon Peak? WHAT THE HE**!!! Setelah adu mulut lagi, cari info sana-sini, kita pun sepakat buat balik lagi ke tempat awal kami turun dari mini bus tadi. Balik ke start point gang Fe Ngo Shan. Hiks!

Sore pun kian nampak, Qevin menemukan pencerahan kalau sebenarnya jalan ke Kowloon Peak itu kearah kiri menuju jalan kecil dekat batu nisan Fe Ngo Shan. Akhirnya, kita mencari jalur ini, hingga bertemulah kami dengan sesosok kakek umur 50-an lebih asli Hong Kong lengkap dengan tongkat trekkingnya yang siap mendaki. Untung si kakek bisa bahasa inggris. Obrolan kami bertiga pun berujung pada dua pilihan untuk menuju Kowloon Peak. Pertama, harus trekking dengan trek yang cukup ekstrim di jalur yang hendak kakek lalui dan pilihan kedua yang nggak terlalu sulit bisa hiking di jalan semula tadi. Hiks! Walaupun, nanti tetep harus trekking juga, tapi treknya udah dibikinin sama warga lokal berupa jalan setapak bebatuan. Berhubung Qevin nenteng Dji Phantom 4, kita pun pilih ke jalur semula tadi dengan harapan lebih enteng naiknya.

Setalah hiking di jalanan aspal selama kurang lebih hampir sejam, akhirnya kita menemukan kode 328 di batu besar emperan jalan. Tandanya, kita harus banting stir ke kiri menuju jalanan lebih sempit yang dikelilingi hutan untuk memulai trekking. Drama ketiga pun terjadi, gue sendiri pesimis buat trekking. Maklum, selama di perjalanan kita selalu dihantui berita akhir tahun lalu kalau ada yang jatuh dan mati saat menuju Kowloon Peak. Insidennya nggak cuman sekali! Oya, tebing ini emang cukup ngeri menurut warga Hong Kong, makanya dinamai dan dikenal dengan Suicide Cliff (Tebing Kematian), dan puncaknya dinamakan Kowloon Peak. Berita yang bikin kami pesimis. Serem cuy!

Tanda 328, mulai untuk trekking
Tapi ya, berhubung nasi udah jadi bubur ayam goreng, si Qevin ngeyakinin gue kalau bakal aman-aman saja asal hati-hati dan selow aja naiknya. Ketolong banget deh sama cuaca yang lagi cerah, walaupun suhu normal Hong Kong waktu itu kisaran 9-15 derajat. Tentu di tebing ini lebih dingin hawanya.

Fiuhh! Akhirnya, trekking kami pun dimulai dengan santai tapi pasti. Treknya nggak sulit sih emang, tantangannya paling lo harus siap ngelewatin beberapa makam khas china di perjalanan. Kurang lebih setengah jam-an akhirnya sampai juga di puncak. Lega! Walaupun hawa super dingin makin merasuki tubuh gue dan kaki Qevin pun mulai keram. Lupakan! Saatnya siapkan kamera!

Sunset di Kowloon Peak. Epic!
Di puncak, kami ketemu dua cewek ABG Australia yang lagi khusyuk mengabadikan momen sore itu dan sepasang kekasih bule. Si kakek yang kita jumpai dibawah tadi bertemu kami lagi di puncak. Pikir kami, kuat banget nih si kakek. Walaupun, untuk turunnya, si kakek lewat trek yang kami lalui karena lebih enteng. Qevin pun langsung ngecek sinyal Dronenya, syukurlah ada! Hampir sejam kita menikmati sunset di tebing kematian melihat indahnya hiruk pikuk alam Hong Kong dari Kowloon Peak. Puas foto-foto, gue pun ninggalin kenang-kenangan yang nggak terlupakan dengan adzan magrib di Kowloon Peak. Wohoho, untung nggak salah lirik! Sayangnya videonya belum bisa gue share. Next time deh!

Malam pun tiba, dingin kian menjadi-jadi, kami pun bergegas pulang dengan mengandalkan senter hape sebagai penerang kegelapan. Oya, kalau naiknya tadi kita ke tolong mini bus untuk mencapai rute start (Fe Ngo Shan) dari kota, untuk rute pulangnya ini kami harus jalan kaki sampai statiun MTR Choi Hung (kota) selama kurang lebih dua jam-an dari puncak. Luar biasa! Benar-benar sebuah pengalaman traveling yang nggak biasa. Oya, cerita ini gue buat hanya untuk seneng-seneng aja dan penuh dengan unsur ketidaksengajaan. Siapa tahu, kalian penasaran dan tertarik menaklukan Kowloon Peak saat melancong ke Hong Kong? Ya lo bakal ngelihat Hong Kong dari puncak yang nggak biasanya sih. Harus nyobain sih, dijamin epic! Terima kasih. :)

Kawloon Park

Tag

Editor : Rizki Ramadan