Baru Mulai Kuliah di Luar Negeri? Ini 5 Tips 'Survive' Yang Perlu Kamu Perhatikan

Kamis, 18 Januari 2018 | 02:15
Rizki Ramadan

Mata Kuliah Hubungan Internasional yang Harus Diwaspadai

HAI-ONLINE.COM - Survival bukan cuma di hutan atau gunung. Bertahan “hidup” ketika melanjutkan studi di luar negeri juga bisa kita alami, supaya tetap nyambung, sehat, nyaman tinggal di negara yang kadang budayanya jauh dengan yang kita anut.

Jangankan hidup di luar negeri, mampir ke luar kota saat di Indonesia pun, kita bisa mengalami yang namanya culture shock. Nggak ngerti bahasanya, kaget sama kebiasaan masyarakatnya, sampe-sampe susah tidur gara-gara nggak biasa sama cuacanya. Karena itu, menjalani kehidupan sehari-hari di luar negeri itu ada tantangannya sendiri. Untuk membantu kamu survive, simak baik-baik tips berikut ini.

CARI PARTNER BAHASA

Bahasa Inggris emang bahasa internasional, tapi penguasaan bahasa setempat bikin kita bisa lebih luwes berinteraksi dengan warga, entah itu untuk urusan pergaulan atau kepentingan lain kayak jual-beli. Nah, walaupun kita udah kursus bahasa setempat sebelum berangkat, tapi itu belum menjamin kita bisa cas cis cus ngobrol sama warga sana. Perlu pembiasaan dulu!

“Gue udah belajar bahasa setahun di Jakarta. Tapi tetap gagap gitu kalau ngomong, karena nervous. Tapi di awal doang sih, selanjutnya normal,” kenang Bimo Ario yang kini di Jerman.

Untuk membiasakan diri, yang perlu kita lakukan adalah nekat memberanikan diri. Contoh Fira nih, “untuk sampai bisa ngobrol sama temen sekampus butuh satu bulanan. Aku beraniin ngajak ngobrol duluan, akhirnya nggak awkward lagi deh.”

Nah, biar lebih gampang lancar, kamu bisa juga minta tolong satu-dua temen kamu untuk membimbing dan kamu ajak tek-tokan ngobrol. Teman itu bisa mereka dari Indonesia yang lebih dulu ada di negara tersebut, atau ya temen baru kamu di sana. Intinya, jangan malu untuk nyoba!

BACA JUGA:Kiat Mengisi Formulir Beasiswa Nagri ala Ahmad Fuadi

WASPADA SAMA CUACA

Sebagai penduduk negara tropis, hijrah ke negara beda musim pasti bakal bikin tubuh kita perlu adaptasi lebih. Terutama untuk urusan suhu yang rendah. Untuk ngakalin, ya mau nggak mau kita kudu mempertebal pakaian, senggaknya di awal kedatangan. Seperti yang dilakukan oleh Fira.

“Di awal, aku kaget. Cuacanya dingin banget. Jadi harus pakai baju rangkap rangkap gitu,” cerita Fira. Cerita dari Intan di Australia perlu kita ingat juga nih, terutama untuk kamu yang tinggal di daerah yang cuacanya labil. “Sekolah gue kan letaknya pegunungan, jadi pasti suhu di sini berubah-ubah terus setiap hari. Walaupun lagi summer, tapi suhunya bisa serendah 10 derajat. Terus besoknya tiba-tiba panas cerah. Cuaca kayak gini ngaruh banget untuk kesehatan kan. Jadi harus bener-bener bisa jaga kesehatan sih.”

BELAJAR MASAK ITU WAJIB

Tanpa ngerti bahasa kita masih bisa hidup, tapi kalau tanpa makanan? Habis kita. Nah, masalahnya, selain cocok-nggak cocok sama lidah, makanan di luar negeri itu kadang harganya jauh banget dari harga warung nasi di sini.

Karena itu, kemampuan masak bakal membantu banget. “Kalau makan di restoran tiap hari bisa tekor. Mahal banget. Kalau di Jakarta aku jarang banget ke kompor, selama di sini aku sering nanya mama atau temen gimana

cara masak,” cerita Fira yang kuliah di Perancis.

Masak juga menolong kaum muslim yang hidup di daerah yang sepi daging sapi atau ayam. Contohnya Intan yang kuliah di Australia, “Mayoritas warga sini kan non muslim. Harus teliti dan tanya-tanya isinya kalau mau beli makan.”

PELAJARI BUDAYA BIAR NYAMBUNG

Bimo cerita, berbaur dengan temannya yang warga Jerman asli itu gampang-gampan susah. Pasalnya, mereka tertutup, dan to the point saat ngobrol. Nggak jarang juga mereka blak-blakan bilang kalau ada sikap kita yang nggak

mereka suka. ”Sering bikin sakit hati, sih. Apa yang mereka omongin ke kita ya itulah yang mereka maksud. Mereka nggak pake basabasi. Jadi kalau nggak suka sama kelakuan kita mereka blak-blakan bilang,” ujar Bimo

Untuk mengatasinya, Bimo lebih hati-hati lagi kalau mau berinteraksi. ”Kita harus bisa bedain posisi kita, sebagai kenalan doang, atau teman. Cara becandanya kan pasti beda.

”Intinya, kita kudu amati dan pelajari budaya warga setempat, untuk bisa asik berinteraksi dengan mereka. Dwinda yang tinggal di India pun jadi tahu kalau berinteraksi dengan warga setempat ia kudu jago dulu kontrol emosi. ”Orang India itu nggak seramah indonesia. Budayanya keras,” papar Dwinda.

GEBET CEWEK SETEMPAT? JUSTRU PERLU!

“Ada beberapa temen yang aku kenal pacaran sama orang sini, menurut aku itu juga bisa membantu banget untuk membiasakan kita untuk ngomong Prancis. Dan temen aku itu jadi jago Prancisnya,” Fira, mahasiswa Supdemod, Lyon, Prancis

“Asik sih kalau ngegebet cewek di sini. Heha. Untuk nyobain pengalaman baru. Tapi di sini kulturnya beda, (kalau nge-date) mereka terbiasa makan, bayar bioskop split bill (bayar masing-masing, RED). Cowok bisa aja bayarin, tapi itu bukan budaya di sini,” Bimo Ario, mahasiswa Universität zu Köln, Jerman.

(PENULIS: JEANETT/MERY/SATRIA/KIRAM)

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya