Cerita Dibalik Artis Doodle dan Karya Hitam Putih

Selasa, 16 Januari 2018 | 10:30
Hai Online

Keren, Abis!

Hai-Online.com - Kekuatan doodle atau quick drawing Wonderyash terletak pada minimnya warna yang digunakan. Idealis, konsisten, dan berani mengaplikasikan satu warna saja, hitam dan putih.

Sorry, we can’t provide more colors. Black is all we have. Kurang lebih seperti itu gambaran tentang karya seorang Ayash Haryanto. Cewek bertubuh mungil ini mulai gemar membuat doodle atau quick drawing hanya dengan menggunakan media tinta saja, lho! Terus, apa yang spesial? Toh cuma tinta, semua orang juga bisa mengerjakannya kalau hanya corat-coret saja. Tinggal siapin kertas gambar dan bolpoin, kan? Ngga ribet dan ngga pakai lama.

Ayash yang sudah beberapa kali terjun langsung dalam pameran-pameran berskala lokal dan nasional, bahkan ikut terlibat sebagai artis pengisi dalam Jakarta Biennale 2015 tahun lalu, mengaku kalau dirinya akan terus fokus menggunakan pewarnaan hitam putih dalam menggambar karena dirinya merasa lebih percaya diri dengan satu warna dasar. Pernah suatu ketika Ayash menggambar menggunakan watercolor, tapi lagi-lagi, Ayash merasa nggak puas dengan permainan warnanya.

“Sejujurnya, aku kurang capable dalam memainkan warna, itu alasan mengapa aku lebih fokus pada hitam dan putih. Dalam hati yang paling dalam sebenernya sangat amat ingin belajar dengan teknik warna, tapi udah terlanjur nyaman. Akhirnya lebih fokus ke hitam putih. Lagipula, hitam putih itu pengaplikasiannya mudah.” ucap lulusan DKV Universitas Trisakti ini.

UDAH TAU BELUM?Terungkap! Foto-Foto Asli Kecelakaan Titanic di Tahun 1928

Jika dilihat di semua karya Ayash yang diunggah melalui akun instagramnya @wonderyash, perempuan kelahiran tahun 1992 ini nggak pernah memamerkan karya dengan warna lain selain hitam putih. Meski hanya menggunakan satu warna saja, namun karya Ayash ngga pernah membosankan untuk dinikmati atau sekadar di-love. Dalam artian, doodle Ayash nggak monoton meski hanya dalam balutan warna hitam putih dan berukuran mini.

Sejak 2012, Ayash sudah merasa cukup menguasai kedua warna tersebut (hitam putih), karena itu dia sudah merasa nyaman dan berani menggunakan hitam putih terus menerus meski terkadang dia pribadi mengaku pernah merasa bosan dan iseng-iseng mencoba menggambar dengan watercolor.

“Aku nggak pernah takut dibilang monoton. Malah merasa kalau inilah caraku berkarya dengan minim warna yang memberikan kepuasaan tersendiri.” tangkas pemilik rambut pendek ini.

Nah, dalam mencari ide, Ayash benar-benar melingkari dunia inpirasinya dari musik, kegiatannya sehari-hari, dan juga lingkungan sekitar. Maka jangan heran, ketika melihat karyanya, mata kita akan dihadapkan pada karakter-karakter band yang dia sukai, mulai dari Bad Religion, The Smiths, Black Flag, Thin Lizzy, AC/DC, Black Sabbath, Joy Division, serta beberapa karakter gambar yang “menyinggung” kehidupan sosial dengan catcher nyleneh. Kuncinya, ada di pertemanan.

“Tema yang paling dekat dengan karya-karyaku adalah musik. Hampir sebagian besar dari keseluruhan karya yang kubuat influence-nya dari musik. Untuk doodle atau quick drawing biasanya memang kecil, paling besar di ukuran A5. Hehehe. Dan biasanya, sehari aku menggambar 1 sampai 2 kali aja.” ujar penggemar Raymond Pettibond ini.

Ya, artwork milik Ayash memang nggak jauh berbeda dengan idola panutannya, Raymond Pettibond. Terkadang, dia sisipkan psycho-drawing dengan karakter tengkorak, darah, pisau, dan sepasang manusia yang saling menyakiti namun terlihat baik-baik saja. Atau bahkan, perempuan dengan tatapan mata tajamnya, namun masih anggun dipandang mata. Duh, lumayan spooky dan nyentrik juga, ya?

Penulis: Afra

Tag

Editor : Hai Online