Cerita Kuliah Kerja Nyata: Belajar Adaptasi di Tempat Baru

Selasa, 09 Januari 2018 | 10:15
Hai Online

Kuliah Kerja Nyata Banyak Faedahnya

HAI-Online.com - Siapa bilang kuliah cuma belajar di kelas aja? Ada kalanya ilmu yang dipelajari selama kuliah itu diterapkan dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Nah, pengabdian tersebut bernama Kuliah Kerja Nyata atau biasa disingkat KKN. Program ini biasanya dilaksanakan pada semester 5 atau 6 di masa perkuliahan. Eits, kalian belum tau ya apa itu KKN?

KKN adalah program yang mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mengabdi di suatu lingkungan dalam waktu sebulan penuh untuk menjalankan proyek yang udah dicanangkan dari kampus. Awamnya sih, sekelompok mahasiswa dari berbagai jurusan disatukan untuk menjalankan proyek tersebut. Dan, lokasi yang dipilih pun bukan kota-kota besar, melainkan desa-desa berkembang.

Tapi, kalau kalian pikir KKN itu membosankan, kayaknya kalian harus dengar dulu cerita dari Maudy dari Universitas Padjadjaran dan Muhammad Hafidz dari Universitas Negeri Solo ini. Dua mahasiswa ini udah merasakan langsung gimana asiknya KKN.

Mulai dari Maudy dulu. Cewek yang akrab disapa Momod ini baru aja menyelesaikan program KKN di Desa Babakan Jaya, Indramayu. Pada awalnya, cewek berdarah Minang ini juga berpikir kalau KKN itu nggak seru. Apalagi setelah ia membayangkan harus tinggal selama satu bulan bersama mahasiswa dari jurusan lain yang belum ia kenal.

“Kayaknya hampir semua mahasiswa berpikir kalau KKN itu garing banget, termasuk gue. Bakal awkard banget sebulan penuh di desa yang belum pernah kita sambangi dan harus tinggal bareng mahasiswa dari jurusan lain yang sama sekali nggak kita kenal,” aku Momod.

Memasuki Kehidupan Masyarakat Lokal
UDAH TAU BELUM?Apa Mata Pelajaran Sekolah Favorit Pelajar Zaman Now?

Tapi, setelah ia tiba di desa tersebut dan beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungan baru, Momod perlahan mulai merasakan keseruan KKN. “Pas gue sampe desanya, ternyata nggak yang pelosok banget kok, warganya ramah menyambut mahasiswa KKN di desa mereka. Terus, sama mahasiswa lainnya pun gampang adaptasinya, jadi ilang resahnya dari awal gue tiba di desa Babakan Jaya,” paparnya.

Di desa tersebut, Momod dan mahasiswa Universitas Padjadjaran lainnya diberikan tugas dari kampus untuk menyelesaikan permasalahan penduduk sekitar yang notabene mata pencahariannya adalah petani. Jadi, Momod dan rekan-rekan seperjuangan KKNnya harus membantu masyarakat sekitar agar ladang para petani terbebas dari hama dan juga memaksimalkan hasil panen.

“Jadi, kita semua udah dibekali terlebih dahulu soal masalah yang terjadi di desa itu oleh Dosen Penanggungjawab. Setelah tau masalahnya, baru deh semua anggota KKN beserta dosen memikirkan apa yang harus dicanangkan di desa tersebut,” bocor mahasiswi jurusan Sastra Perancis ini.

Setelah semua rampung, baru seluruh mahasiswa, termasuk Momod, memberikan penyuluhan perihal cara membasmi hama serta cara membuat hasil panen lebih maksimal, tentunya dibantu oleh dosen yang ahli di bidang tersebut.

Lain Momod, lain pula Muhammad Hafidz. Mahasiswa jurusan desain grafis ini dikirim ke Nusa Tenggara Timur, tepatnya di desa Sembalun. Nah, kalau disini, cowok yang akrab disapa Jarwo ini juga lebih santai dalam menghadapi program KKN-nya sejak awal.

“Gue orangnya santai sih, jadi nggak yang gimana-gimana banget pas tau bakal dikirim ke desa, terus tinggal selama sebulan disana dengan mahasiswa dari jurusan lain. Dibawa enjoy aja,” ungkap Jarwo santai.

Berbeda dengan Momod yang notabene desa yang penuh dengan petani, desa yang Jarwo sambangi ini merupakan desa pariwisata. Jadi, ia dan rekan-rekan membantu membuat tempat wisata alam di desa tersebut menjadi lebih maksimal dengan memberikan penyuluhan seputar cara menjaga alam, memaksimalkan promosi, dan lain sebagainya.

“Gue akuin, desa tempat gue KKN itu keren banget, wisata alamnya juara. Bahkan, desa Sembalun ini letaknya nggak jauh dari gunung Rinjani, gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Sayangnya, masyarakat lokal kurang paham cara memaksimalkan keindahan alam mereka,” papar Jarwo.

Setali tiga uang dengan Momod, Jarwo dan kawan-kawan juga diterima dengan sangat baik di desa tersebut. Ia sama sekali nggak merasa dikucilkan oleh warga lokal, malah disambut dengan hangat. “Asik banget, warga menerima kehadiran gue dan temen-temen KKN di desa mereka, welcome banget. Jadi, nggak perlu makan waktu lama untuk adaptasi,” ujarnya.

Udah gitu, masyarakat setempat pun cepat menyerap ilmu yang Jarwo, tim KKN, dan juga dosen penanggungjawabnya perihal ilmu kepariwisataan. Jadi, proses yang dilakukan relatif cepat.

Berbaur dengan warga sekitar

Berbaur dengan Masyarakat
Tugas utama Momod dan Jarwo selama KKN emang menjalankan proyek dari kampus. Tapi, bukan berarti hubungan mereka dengan masyarakat sebatas itu aja. Di luar tugas yang harus dikerjakan, mereka juga berbaur dengan warga sekitar agar lebih dekat dan akrab, supaya nggak hanya jadi tamu di desa tersebut.

“Ada kalanya gue dan temen-temen KKN ikut gabung dengan kegiatan harian masyarakat selain bertani. Kadang mereka mengadakan kumpul-kumpul, terus masak-masak, dan lainnya. Seru banget, rasanya kayak jadi masyarakat asli desa situ hehe,” ujar Momod.

Selain ikut kegiatan masyarakat, nggak jarang juga mereka mengisi waktu luang dengan mengajar anak-anak desa tersebut pelajaran ringan, seperti bahasa Inggris, matematika, dan olahraga. “Anak-anak di desa pasti antusias sama pendatang. Makanya, nggak jarang mereka bertamu ke rumah tempat kita tinggal sekadar untuk main-main. Tapi, dibanding main doang, gue dan kawan-kawan memilih untuk mengajarkan mereka pelajaran-pelajaran ringan. Mereka pun suka dengan apa yang kita ajarin,” tutur Jarwo.

Nggak cuma mengajar, Jarwo dan Momod pun juga dapat pelajaran seru dari anak-anak di desa mereka, yaitu mengenal bahasa daerah setempat. “Gue yang notabene bukan warga asli sana pastinya tertarik buat mempelajari bahasa daerah sana. Yaa, at least, bisa sedikit-sedikit aja lumayan buat komunikasi sama warga sana,” cetus Momod.

Kalau Jarwo, punya cerita seru saat ia dan teman seperjuangan KKN-nya diajak jalan-jalan oleh warga sekitar ke gunung Rinjani. “Kalo nggak gara-gara KKN, mungkin gue cuma tau gunung Rinjani dari tv dan internet. Pengalaman yang seru banget naik gunung bareng masyarakat sekitar,” ungkapnya antusias.

Selalu Menyisakan Cerita

Kurang lebih 30 hari tinggal bersama di satu rumah, membuat kedekatan antar mahasiswa semakin nggak berjarak. Yang tadinya canggung satu sama lain, kini semua merasa kayak udah berteman lama. Eits, nggak sedikit pula yang akhirnya cinlok karena intens banget ketemu dan interaksi saat KKN.

“Di kelompok KKN gue, banyak banget yang akhirnya jadian, padahal awalnya saling nggak kenal. Secara nggak langsung, KKN ini mencomblangi setiap mahasiswa yang masih berstatus jomblo haha,” bocor Jarwo sambil tertawa lepas.

Jauh berbeda dengan cerita Jarwo, di kelompok KKN Momod nggak ada sama sekali yang jadian, soalnya masing-masing udah punya pacar. Bukannya dapat tambatan hati, Momod dan kawan-kawan malah dapat pengalaman horor di rumah tinggalnya.

“Pernah sekali waktu kita semua digangguin sama penunggu rumah tempat kita tinggal. Semuanya panik dan nggak bisa tidur. Kita sampe minta tolong orang “pinter” setempat untuk mengusir penunggu rumah kita haha. Apes banget,” ungkap Momod dengan tawa yang miris.

Selain cerita dari kelompok KKN, Momod dan Jarwo juga punya cerita saat perpisahan dengan warga desa karena waktu KKN udah selesai. Mereka berdua mengakui, perpisahan dengan warga desa selalu terasa berat. Gimana nggak, sebulan penuh tinggal di desa tersebut, pastinya kedekatan mereka dengan masyarakat setempat udah erat banget.

“Agak sedih sih pas tau kalo waktu KKN udah abis dan gue beserta tim KKN harus kembali ke kampus. Warga pun menunjukkan sikap yang sama seperti apa yang kita rasakan. Mereka dengan beratnya mengizinkan kita semua untuk pamit,” curhat Jarwo.

Seru kan KKN? Makanya, janga underestimate dulu sama program pengabdian kepada masyarakat desa. Buktinya, banyak hal seru dan nggak terlupakan yang Jarwo dan Momod beberkan selama mengikuti porgam KKN di desa.

Nah, nanti giliran kalian yang merasakan serunya KKN, beradaptasi di desa serta teman-teman beda jurusan selama satu bulan penuh. Siapa tau, bisa menemukan tambatan hati juga kan selama KKN. Tsaaah.

Tag

Editor : Hai Online