Ternyata Ini Alasan Warna Ungu Jarang Jadi Warna Bendera Negara

Jumat, 29 Desember 2017 | 07:15
Alvin Bahar

Bendera Negara-negara Dunia

HAI-ONLINE.COM - Di dunia ini terdapat 196 negara berdaulat dan setiap negara tersebut memiliki benderanya masing-masing.

Dari semua bendera negara yang ada, tahukah kamu, bahwa ada satu warna yang jarang terlihat pada bendera-bendera tersebut?

Yap, warna ungu jarang sekali digunakan sebagai warna bendera negara. Kenapa, ya?

Cek deh: Kisah Cowok Bule yang Menemukan Jati Diri dan Arti Kehidupan di Suku Mentawai

Warna Kerajaan

Dahulu kala, ungu merupakan warna kerajaan. Pada abad ke-16 di Inggris, ratu Elizabeth I melarang orang di luar kerajaannya menggunakan warna ini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, bila ungu adalah warna kerjaan, kenapa Inggris nggak menggunakan warna ungu sebagai bendera nasional mereka?

Pewarna Ungu yang Langka

Ternyata ini ada hubungannya dengan biaya dan kelangkaan pewarna ungu. Pewarna ungu pertama dibuat pada abad ke-19.

Warna ungu tersebut diambil dari spesies siput yang langka dari laut Mediterania.

Siput tersebut nggak bisa langsung menghasilkan pewarna. Untuk menjadi pewarna ungu, harus melewati proses yang cukup rumit.

Untuk membuat satu gram pewarna ungu, dibutuhkan 10.000 siput. Jadi, warna ungu ini menjadi sangat langka dan hanya diperuntukkan bagi orang yang sangat kaya.

Tentunya biaya yang dikeluarkan akan banyak sekali kalo warna tersebut digunakan untuk bendera.

Tahun 1856, Penemuan Pewarna Ungu Sintesis

Namun, di tahun 1856 menemukan pewarna ungu menjadi lebih mudah setelah William Henry Perkin mengetahui cara untuk membuat pewarna ungu buatan atau sintesis.

Setelah itu, cara pembuatan warna ungu tersebut menyebar ke berbagai negara.

Di abad-20, beberapa negara mulai menggunakan warna ungu pada bendera mereka.

Namun, negara-negara yang berdiri sebelumnya, sudah telanjur menggunakan warna lain untuk mewarnai benderanya.

Artikel ini pertama kali tayang di Bobo dengan judul "Mengapa Warna Ungu Jarang Digunakan Pada Bendera Negara?"

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya