Dilema Antara Gaji dengan Jabatan? Berikut 5 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Memilih Dua Hal Tersebut

Rabu, 20 Desember 2017 | 03:00
Alvin Bahar

Kerja di Rumah

HAI-ONLINE.COM - First jobbers biasanya bingung sama dua hal ini. Gaji atau jabatan: mana yang lebih penting?

Yang lebih pragmatis mungkin lebih memilih kepastian slip gaji tetap, tapi mereka yang memiliki aspirasi tinggi mungkin lebih memilih jabatan yang memberi ruang untuk tumbuh.

Dengan pengecualian jenis jabatan yang sudah jelas dilihat dari namanya, terutama kata kunci spesifik seperti 'Kepala Departemen/Bagian', 'Direktur', atau ‘Pimpinan/Lead’, yang biasanya sudah dilengkapi dengan gaji tinggi karena senioritas dan keahlian yang dibutuhkan, gaji dan jabatan memang pilihan sulit.

Ada yang bilang, sebelum menentukan dua hal itu, penting juga untuk mempertimbangkan ukuran dan rekam jejak perusahaan yang bersangkutan. Perlu juga tau dengan lengkap detil jabatan yang akan kita lakoni.

Cek deh: 5 Tips Menabung Buat Kamu yang Kuliah Sambil Kerja

Perusahaan startup, misalnya, cenderung menampilkan jabatan tingkat tinggi dengan nama unik seperti Chief Technology Officer (Kepala Bagian Teknologi), Chief Marketing Officer (Kepala Bagian Pemasaran), dan variasi yang lebih berwarna seperti 'Director of Dollars and Cents' (Direktur Dolar dan Recehan/Kepala Bagian Keuangan) atau 'Social Media Wizard' (Penyihir Media Sosial/Kepala Bagian Humas), dan lain-lain untuk kandidat kayak kita. Gajinya juga lumayan.

Kerja di startup emang seru, tetapi bisa gagal dalam beberapa tahun pertama kalo nggak dikelola dengan baik. Jadi harus hati-hati kalo kamu mau kerja di startup yang cukup muda atau bisnis baru dalam beberapa tahun pertama operasinya.

Selain itu, faktor lain apa yang harus kamu pertimbangkan saat mencoba memutuskan antara pekerjaan yang dibayar lebih dengan jabatan pekerjaan yang lebih baik?

Inilah 5 faktor yang harus dipertimbangkan untuk memberi kamu beberapa perspektif:

1. Prioritas

Ilustrasi
Perjelas dulu prioritas kamu. Jabatan yang keren emang kece, tapi kalo upahnya jauh lebih rendah daripada pilihan B, dan kamu sangat membutuhkan dana, pilihannya sudah jelas.

Di sisi lain, kalo kamu stabil secara finansial dan dapet pekerjaan dengan gaji yang sedikit lebih rendah namun punya prospek pertumbuhan jangka panjang yang lebih baik, nah, ini tampaknya adalah pilihan yang lebih bijaksana.

2. Motivasi Dengan asumsi bahwa kamu nggak berada dalam kesulitan dan nggak terlalu membutuhkan gaji yang besar, pertanyaan selanjutnya adalah, "Apa yang lebih memotivasi kamu?"

Kita semua didorong oleh motivasi yang berbeda. Mengetahui motivasi pribadi adalah kunci agar tetap antusias dan produktif dalam pekerjaan.

Jadi, pikirkanlah apa yang membuat kamu lebih bersemangat: uang di bank, atau tanggung jawab yang lebih besar di tempat kerja?

3. Masa depan

Ilustrasi
Seperti apa tampilan masa depanmu? Apakah kamu melihat diri kamu melakukan hal yang sama lima tahun dari sekarang di perusahaan yang sama, atau apakah kamu melihat diri kamu berada pada posisi manajemen tingkat tinggi? Atau, mungkin kamu lebih suka menjalankan bisnis sendiri?

Apapun itu, menyelaraskan tujuan karier jangka panjang akan memastikan kamu tetap berada di jalur tepat untuk sampai ke tempat yang diinginkan selama lima tahun ke depan.

4. Naluri Kita sering cenderung mengabaikan naluri karena keraguan diri dan takut membuat keputusan yang salah. Padahal, studi ilmiah tentang intuisi telah membuktikan bahwa mempercayai naluri sering menghasilkan hasil yang lebih baik daripada mempercayai otak.

Jauh di lubuk hati, sebenarnya kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakukan. Kamu hanya perlu percaya pada diri sendiri.

5. Teman dan keluarga Bertanya pada teman dan anggota keluarga yang terpercaya untuk pertimbangan selalu menjadi ide bagus. Tanyakan pilihan mana yang mereka pikir harus kamu jalani. Kamu nggak perlu mengambil nasehat mereka, namun mendapatkan perspektif alternatif mengenai masalah ini dapat membantu memperjelas pikiran dan memfokuskan perhatian.

Ingat, mereka mengenal kamu dengan cukup baik sehingga mampu berkata jujur, tapi mereka juga bisa mengevaluasi pilihan kamu dengan tingkat keobjektivitasan yang lebih baik dari diri kamu sendiri.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya