HAI-online.com - Pasti ada di antara kamu yang punya teman pintar dan kalau ujian nilainya bagus. Padahal kalau ditanya, dia ngakunggak belajar. Mereka juga nggak nyontek. Bertanya-tanya kenapa bisa mereka bisa meraih nilai bagus? HAI punya nih curhatan dari mereka yang dianggap seperti itu oleh teman-temannya. Siapa tahu kamu bisa mengamali cara belajar mereka nih.
M. Rifqi Fadhilah - Teknik Elektro, UMY
Waktu SMA, teman-temen guemanggil gue"golden boy"-nya guru. Kebetulan waktu SMA pernah direbutin tiga guru Matematika, Fisika, dan Kimia buat ikut OSN. Tapi, akhirnya gue milih untuk Matematika dan itu ngebuat guru Fisika gua jadi ngehukum gua gitu kayak nggak adil.
Pernah ujian itu yang lain soalnya sama, dia buat 1 lembar soal beda khusus gue dan duduknya di meja guru. Tapi, karena gue ngerasa bisa, gua nggak pelit ilmu buat ngajarin kalau kepepet ya gue kasih jawabannya langsung karena gua cowok dan nggak mau ribet. Banyak juga orang yang nggak suka gitu gue ngebantu angkat nilai orang. Di situ gue ngerasa risih.
Mungkin itu (dinilai bisa dapat nilai bagus, padahal seperti nggak belajar dan nggak nyontek) gua anggap kelebihan gua di mana bisa cepat buat paham sama sesuatu yang baru dan punya cara belajar sendiri. Jadi orang kalau ngeliat gue ya senang main gitu, aktif, tapi teori pelajaran nggak ketinggalan.
Menurut gue tuh belajar yang efektif jangan lama-lama. Cukup kayak lo perhatiin apa teorinya atau rumusannya langsung dicoba ke contoh soal gitu. Jangan terlalu lama berkutik di teori atau ngafalin rumus-rumus, tapi lebih ke pengaplikasian sama contoh-contoh soal aja langsung.
Athira Jasmine Syahira - Teknik Elektro, Universitas Indonesia
Adanya opini ke gue mungkin karena mereka nggak lihat gue belajar, makanya gue suka dibilang pintar, dll. gitu. Padahal, sebenarnya gue belajar juga dan kadang gue juga banyak nggak ngerti gitu kok sama aja sama orang-orang.
Kalau gue sendiri sukanya bikin rangkuman dulu gitu dan harus dimulai dari bab yang paling awal terus ngurut ke belakang. Habis itu gue coba ngertiin giu baru gue coba ngerjain soal-soal latihan. Dan gue baru bisa belajar kalau sudah mood dan harus mood untuk belajar biar masuk. Dulu waktu sekolah gue sebelum belajar ngelakui semua yang gue mau lakuin dulu, jadi pas gue belajar nggak keganggun atau kepikiran yang lain-lain gitu.
Zahra Yusuf - Ilmu Hubungan Internasional, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hmm pendapat kayak gitu (dinilai bisa dapat nilai bagus, padahal seperti nggak belajar dan nggak nyontek) sebenarnya udah sering gue dengar sejak SD sampai sekarang. Bukan maksud sombong sih, cuma menurut gue, belajar nggak harus lama dan menyita waktu. Buat gue belajar itu sebentar asal bisa menyerap pelajaran dengan maksimal. KetikaSMA, gue sebagai anak IPA dengan kesulitan gue mencerna pelajaran yang ada hitungannya, gue bisa rangking 1 atau 2 di setiap semester. Padahal, kalau diperhatiin selama di sekolah kerjaan gue kalau nggak main voli, ikut nonton futsal, atau asik organisasi. Di saat gue main voli dsb itu, teman-teman gue yang lain sibuk ikut les tambahan, dll.
Gue bersyukur sih sebenarnya ada di keluarga yang nggak memaksa gue buat terus belajar, tapi justru mereka membebaskan gue melakukan apa yang gue suka. Justru yang bikin gue suka belajar adalah kesenangan gue terhadap pelajaran itu sendiri. Misalnya, dari dulu gue suka banget belajar bahasa Inggris, cita-cita gue adalah ketika gue ketemu Harry Potter, gue bisa ngobrol sama dia karena gue yakin dia nggak bisa bahasa Indonesia. Wkwkwk. Aneh sih, tapi itulah kekonyolan yang membuat gue semangat belajar bahasa Inggris.
Gue lebih senang belajar sebentar dengan metode mind mapping. Setiap habis baca gue pasti nulis bacaan yang gue pahami, kemudian gue ngejelasin dengan keras-keras di depan kaca berusaha memberikan pemahaman ke diri gue sendiri. Malah gue sering diliatin orang karena gue suka berdialog dengan otak gue sendiri, karena gue kayak orang gila yang ngoceh sendiri. Selain itu, gue senang mengulang hal-hal yang gue suka dan betapa mengesalkannya semua mata kuliah di kampus UIN itu gue suka, apalagi kalau dosennya enak dilihat wkwk.
Jadi, mau nggak mau kadang bikin 2-5 catatan yang sama pada satu materi. Apalagi kalau mau ujian dan gue nggak bisa belajar serius kalau ada teman, yang ada malah ngerumpi. Makanya orang jarang ngelihat gue belajar, bahkan teman dekat gue sendiri pasti jarang lihat gue belajar.
Gemma Ramadhan Santana - Sastra Perancis, Universitas Padjadjaran
Mungkin mereka ngeliat saya selalu santai saat ada tugas UTS, UAS, dll. Sebenarnya mereka nggak liat saya waktu luang saya di kosan, sebenarnya saya sih belajar. Kenapa opini terbentuk menurut saya banyak orang yang mungkin seperti saya santai-santai saja dilihatnya, tapi nilainya mungkin nggak bagus akademiknya ya itu karena mereka di belakang ya memang nggak ada usahanya untuk belajar. Karena mungkin melihat orang seperti saya aja bisa, kenapa dia ngga.
Belajar juga saya biasa saja. Saya kalau lagi ingin belajar ya belajar, karena memang suka belajar bahasa. Mungkin passion saya, jadi kayaknya gampang aja untuk mencerna apa yang saya pelajari. Waktu liburan lalu juga saya sempat menjadi guide Perancis di Bali selama 28 hari. Itu juga membantu saya dalam berbahasa Peranci secara lisan. Jadi, sebenarnya saya lebih suka belajar bahasa di luar text book. Itu yang membantu saya sepertinya sih.
Duwy Sartika - Hubungan Masyarakat, Universitas Padjadjaran
Kalau ada yang bilang aku nggak belajar dan nggak nyontek, nggak juga. Tapi memang nggak nyontek. Jadi SMA aku itu asrama dan saringan dari seluruh Indonesia. Semua anak-anaknya memang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan ambis-ambis gitu. Selingkungan itu kalau masuk kamar semua orang belajar.
Aku pribadi nggak kayak mereka yang ambis-ambis, belajar seperlunya saja. Kalau metode belajar aku lebih ke kebut semalam, nggak kayak belajar dari lama-lama. Tapi, dari belajar itu aku pastiin mana yang memang bakal masuk, ya harus aku hafalin. Jadi ngira-ngira gitu mana materi yang penting. Jadi benar-benar mastiin mana materi yang di ujian besok sudah aku kuasain. Seenggaknya 80% dari materi itu aku kuasai walau nggak ampe 100% dan bikin hatiku tenang mau ujian.
Kalau pas kuliah sendiri, di Fikom memang jarang ujian tertulis. Kalau itu balik lagi ke kebut semalam. Nah, untuk bagaimana bisa dapat nilai-nilai bagus itu sebisa mungkin aku mastiin give it my best. Aku berusaha ya pusing ya memang pusing untuk memikirkan hal yang terbaik. Aku lebih ke tipe suka menghadapi challengesbaru. Dari situ mau nggak mau jadi belajar. Toh ke depannya apa yang aku pelajari bisa jadi bekal.
Orang nggak lihat mungkin karena memang lingkungandan kondisi. Karena aku belajarnya di kosan, sendiri, dan prefer belajar sometimes sudah masuk ke tengah malam atau tidur dulu, lalu subuh belajar. Aku milih timing-timing waktu belajar. Ketika orang sudah nggak belajar, aku mengkondisikan diri untuk belajar.
(Penulis: Dewi Rachmatika)