HAI-ONLINE.COM - Sekarang, album musik nggak melulu identik dengan CD dan bayar. Udah banyak tuh band yang setuju gratiskan albumnya. Bahkan bisa dibilang mereka adalah band besar yang punya banyak fans setia. Jualan CD pun dijamin laku.
Tapi, di balik gratisnya karya mereka ada alasan tersendiri. Untuk negara seperti Indonesia, gratis identik dengan kualitas yang kurang baik atau kurang memadai. Tapi nggak tuh di industri musik. Contohnya seperti Yes No Wave Music, sebuah netlabel asal Yogyakarta, adalah pionir wadah musisi independen yang ingin merilis karyanya melalui metode unduh secara cuma-cuma. Musisi berprofil tinggi pun kemudian mulai melakukan hal yang sama.
Contohnya, Koil pernah gratisin album Black Light Shines On. Naif pernah gratisin album Let's Go. Bahkan, Efek Rumah Kaca ngegratisin semua karyanya. Kenapa 3 band ini setuju gratiskan albumnya?
Cek deh: 3 Band Dangdut Lawas Ini Manggung di Acara Indie
Efek Rumah Kaca: Menggratiskan Karya Sebagai Suatu Tindakan Balas Jasa
Semenjak 1 November 2013 kemarin, Efek Rumah Kaca telah menggratiskan lagu-lagunya beserta semua jenis proyek musik yang lain (ERK RMX dan Pandai Besi). Bahkan, Sinestesia yang baru rilis Desember 2015 kemarin juga akhirnya digratiskan. Apa sih yang bikin Efek Rumah Kaca melakukan hal cukup "nekat" ini?
“Rilisan fisik penting sih, tapi bukan berarti kalau gak ada rilisan fisik, hidup jadi berantakan. Yang utama, yang bikin hidup gak berantakan, ya musiknya itu sendiri. Format rilisan itu pemanisnya,” ucap Cholil, dikutip dari situs resmi Efek Rumah Kaca.
Adrian, sang bassist menambahkan, sikap Efek Rumah Kaca ini adalah tindakan balas jasa buat internet. “Selama ini, kami sudah banyak di untungkan dengan berbagai referensi musik yang didapatkan secara gratis melalui internet. Bila membuka file-file lagu di komputer saya, bisa dibilang sekitar 10% adalah karya musisi dalam negeri yang saya dapatkan dengan membeli CD-nya, sedangkan 90%-nya adalah karya-karya musisi dalam dan luar Indonesia yang saya dapatkan gratis melaluli internet. Rasanya, presentase ini cukup signifikan mempengaruhi wawasan musik saya, termasuk yang tertuang pada musik Efek Rumah Kaca," tulisnya.
Koil: Meneruskan Pesan Bob Marley
Gimana rasanya kalau kamu adalah personel band besar, udah lama nggak rilis album, dan saat albumnya rilis malah digratiskan? Koil pernah melakukan ini untuk album Black Light Shines On, yang dirilis gratis 2007 silam. Kenapa?
"Kegunaan teknologi itu untuk membuat semuanya makin murah, alasan kita ngasih free download di deathrockstar.info sebetulnya yah semacam ‘hadiah’ lah untuk fans, untuk semua fans koil tentunya, 6 tahun nggak ngeluarin album dan pas keluar bisa download gratis kan cukup menyenangkan, kenapa di DRS? karena hubungannya deket aja, lebih jelasnya tuh gini, bentuk MP3 lagu-lagu baru Koil bisa kamu download atau kamu kopi-kopi antar teman-teman, terserah," jawab Otong dalam interviewnya bersama The Bastards of Young.
Alasan lainnya adalah, Bob Marley! "Gue hanya berusaha meneruskan pesan Bob Marley untuk membuat dunia ini a free world, dimulai dulu dengan free mp3 gapapa kata beliau…" lanjut Otong lagi.
Naif: Bikin Pembajak Bete
Naif juga pernah menggratiskan karya mereka. Album berjudul Let's Go, dulu bisa didapatkan secara cuma-cuma di sebuah majalah musik, dan versi digitalnya bisa diunduh bebas. Alasan utamanya adalah pembajakan. Mending digratisin sekalian, kata kuartet ini.
"Kalau kami kontrak dengan perusahaan rekaman untuk memproduksi dan merilis album ini, dari setiap copy album (CD atau kaset) kami yang terjual, kami dapat Rp1.000. Karena kami berempat, tiap orang cuma dapat Rp250," papar Emil, dikutip dari Kompas.com.
"Kalau album ini terjual, katakanlah, 60.000 copy, kami dapat Rp60 juta. Alhamdulillah, uang sejumlah itu bisa kami dapat dengan hanya sekali manggung 45 menit. Di lain pihak, untuk mencapai angka penjualan 60.000 copy, sekarang nggak gampang, lama, berbulan-bulan, apalagi banyak pembajakan. Jadi, daripada capek-capek, sekalian saja kami gratiskan," sambungnya.