Gimana Caranya Supaya Kisah Film Posesif Nggak Kita Alami?

Minggu, 19 November 2017 | 10:30
Alvin Bahar

Film posesif

HAI-ONLINE.COM - Posesif jadi film lokal paling hot minggu ini. Remaja kayak kita wajib banget nonton, karena kisahnya mungkin pernah kita lihat, atau malah pernah kita alami. Saat sudah sayang dengan orang lain, tanpa disadari ada keinginan untuk memiliki lebih.

Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Edwin, sebelum film ini tayang, sutradara ini mengaku melakukan riset cukup lama. Dia ingin benar-benar mengerti gejolak apa yang dialami oleh cinta remaja.

Akhirnya, dia menemukan kasus kekerasan dalam pacaran yang didasari rasa posesif.

Menurut Edwin, hubungan yang posesif dan kasar itu seperti racun. "Kita belajar jadi korban, lama-lama belajar jadi pelaku juga. Hal ini berulang seperti siklus," katanya.

Pengalaman ini diterapkan lewat filmnya, di mana seorang ibu merawat anak tunggalnya seorang diri dengan sangat keras karena terlalu sayang. Tanpa disadari, perilaku ini ternyata juga menurun ke putranya. Setelah menemukan pacar di masa SMA yang bisa 'disayang' menurut versinya, dia justru mengekang pasangannya. Bahkan sampai bermain fisik.

Korban yang kemudian jadi pelaku, ditangkap oleh Edwin sebagai cara seseorang untuk melampiaskan apa yang dialaminya kepada orang lain.

Cek deh: Kalo Lionel Messi Dibikin Film, 3 Aktor Ini Cocok Memerankannya

Hari ini di bioskop, #FilmPosesif siap kamu nikmati.

A post shared by Film Posesif (@palarifilms) on

Apa kata Psikolog?

Terkait kasus ini, psikolog Adityana Kasandra Putranto mengungkapkan, pada dasarnya sifat posesif yang dimiliki manusia mekanismenya bukan menular, tetapi adan proses experiential learning.

"Ketika anak belajar mengalami kondisi dikendalikan, maka dia akan mengembangkan ciri khas yang sama. Terutama karena proses identifikasi," ujar Kasandra saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/11/2017).

Alasan melakukan posesif pun bermacam-macam. Setiap orang yang memiliki sifat ini mempunyai alasan pribadi mengapa melakukan hal tersebut.

Seperti yang kita tahu, posesif merupakan sifat yang muncul untuk membatasi ruang gerak orang lain. nggak hanya untuk pasangan, tapi bisa juga antara orangtua dan anak, juga dalam lingkungan pertemanan.

Dengan tindakan ini, Kasandra berkata bahwa sangat mungkin sifat ini dapat memicu kekerasan dalam hubungan. "Biasanya iya (memicu kekerasan), karena ini membatasi hak dan kebebasan orang lain, dan dapat jadi pemicu," ujarnya.

Bagaimana mengendalikan diri agar nggak posesif?

Bibit-bibit posesif sebenarnya dapat dipelajari oleh diri sendiri. Coba berkaca pada diri kamu sendiri, dan tengok ke belakang. Ketika kamu memiliki niat untuk menguasai orang lain dan menggunakan kekuasaan itu untuk mengintimidasi atau membatasi hak orang lain, maka kamu termasuk orang yang posesif.

"Atau saat kamu membatasi orang lain untuk melakukan apa yang ingin dilakukan atau membatasi menjalin hubungan dengan siapa, membatasi orang lain untuk bergaul, dan seterusnya," sambungnya.

Untuk itu, salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola diri sendiri agar nggak posesif adalah merubah kebiasaan diri sendiri, baik perilaku maupun pola pikir.

Dari artikel Kompas.com berjudul ""Posesif", Bagaimana agar Kisah dalam Film Itu Tak Terjadi pada Anda?"

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya