Siapa yang belum pernah berenang di kolam renang umum? Kayanya hampir dari semua dari kita pernah berenang di kolam renang umum, yha. Entah sekadar olah raga biasa atau karena ada pelajaran dari sekolah. Eh, tapi, pernah muncul dalam pikiran lo seberapa bersih kolam renang umum?
HAI mengutip sebuah informasi penting ini dari Kompas.com, jadi, awal tahun ini, peneliti asal Kanada mencari tahu berapa banyak jumlah air kencing dalam sebuah kolam renang. Hasil dari 31 sampel kolam renang yang diuji sangat mengejutkan.
Dalam sebuah kolam renang, ada kandungan urin mencapai 75 liter urin yang ditampung selama tiga minggu. Sementara di kolam lain, ada 30 liter urin. Untuk mengetahui seberapa banyak kotoran dalam kolam renang, dosen Sekolah Ilmu Teknologi Politeknik Ngee Ann, Singapura, Selvadurai Sathananthan, berhasil mengembangkan teknologi pengolahan air yang sudah dirancangnya lebih dari satu dekade.
Nggak hanya air liur dan air seni saja. Alat ini juga mampu mengukur partikel padat lainnya. Seperti kotoran, daun, perban, dan kadang kecoak. Selain itu, terlalu banyak kandungan amonia (senyawa kimia berupa gas dengan bau tajam yang khas dan dapat merusak kesehatan, red) di kolam renang, dapat menimbulkan masalah pernafasan dan iritasi mata.
"Sumber utama amonia di kolam renang sebenarnya dibawa oleh perenang. Dari kencing mereka, kotoran tubuh, cairan lendir yang sangat berkontribusi terhadap peningkatan amonia," kata Sathananthan seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Senin (13/11).
Di Singapura sendiri, belum ada penelitian seperti yang dilakukan di Kanada. Namun, mereka telah mengembangkan tes yang dikenal dengan uji amonia klorin, untuk menunjukkan adanya amonia dalam kolam.
Mereka mengumpulkan 10 sampel air dari 24 kolam renang yang ada di Singapura. Sampel ini diuji di ruang laboratorium reagen (khusus untuk reaksi kimia, biasa dipakai untuk mengetes darah, red) milik Sathananthan.
Hasilnya, semua sampel positif memiliki kandungan amonia yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi merah muda. Meskipun kandungan satu kolam renang dengan lainnya berbeda.
Standar kualitas set oleh NEA
Peneliti senior kolam renang Tampines, Singapura, Derrick Yeo, memastikan bahwa kolam renang memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan oleh National Enviromental Agency (NEA).
"Sampel air dari kolam renang seperti di Tampines rutin dikirim untuk diuji kadar bakteri dan kumannya," ujar Yeo.
Dia menyebut, hal ini mengikuti Enviromental Public Health Act yang mengharuskan operator kolam renang untuk memenuhi kondisi tertentu sebelum kolam digunakan masyarakat. Paling nggak dalam satu bulan, tim laboratorium terakreditasi akan menganalisis kualitas kimia dan bakteri dalam kolam untuk selanjutnya hasil tesnya wajib diserahkan ke NEA.
"Kami sudah lulus uji selama ini. Kondisi selama ini bisa diterima. Jika lebih banyak orang yang buang air kecil di kolam renang, kondisinya mungkin akan berubah," imbuh Yeo.
Faktanya, operator kolam renang umum hanya mengganti 10 sampai 12 persen air lama dengan air baru setiap hari. Air kolam juga tidak pernah sepenuhnya diganti sejak kolam tersebut dibuka pertama kali. Hal ini yang membuat amonia dalam kolam tidak bisa benar-benar hilang.
Bagaimana kolam renang dibersihkan?
Untuk membuat kolam renang aman digunakan, ada tiga tahap filtrasi pada air. Pertama untuk menghilangkan partikel padat dan tahap terakhir adalah pemberian klorin untuk mematikan bakteri dengan cara memompa klorin ke kolam.
"Tapi, kotoran seperti lendir dan urin akan tetap ada di kolam renang bahkan setelah dilakukan pengobatan," kata Sathananthan.
Sementara itu, Yeo mencatat bahwa klorin tidak terlalu kuat untuk membunuh bakteri dan kuman dengan segera. "Jadi penambahannya secara periodik, tetapi kalau kadar klorin terlalu tinggi akan berbahaya untuk kulit,' jelasnya.
Selain itu, mereka juga membersihkan dasar lantai kolam dengan vakum satu minggu sekali untuk menghilangkan sedimen yang mengendap di lantai. Termasuk kotoran dan rambut. Kadang penyelam dibutuhkan untuk menggosok bagian lantai kolam untuk menghilangkan ganggang yang bisa jadi empat bakteri berkembang biak.
Ada juga metode pembersihan lain, yakni dengan menggunakan klorinasi super. Klorin dalam jumlah besar dimasukkan ke kolam untuk membunuh kuman. Untuk melakukannya cukup sulit, karena berarti harus menutup kolam renang. Yeo mengungkapkan ada pengecualian, yaitu jika ada pengunjung yang buang air besar di dalam kolam renang. Kalau sudah begini, mau tidak mau kolam harus ditutup dan diakukan klorinasi super.
Menjaga kebersihan bersama, solusi sederhana
Tanggung jawab memelihara kolam renang sebenarnya terletak pada penggunanya. Misalnya, kotoran atau bakteri tinja yang tidak terlihat di kulit atau tangan. Studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengungkapkan rata-rata orang yang membawa 0,14 gram kotoran tinja, sedangkan anak-anak bisa membawa sampai 10 gram materi tinja.
Ahli mikrobiologi senior Renugopal dari Marchwood Laboratory Services yang menjalankan tes bakteri di beberapa sumber air Singapura, mengatakan bahwa dalam masalah feses terdapat bakteri berbahaya seperti salmonella, E coli, dan coliform, yang menyebabkan diare dan disentri jika tertelan.
Oleh sebab itu, mandi sebelum masuk ke kolam renang sangat dianjurkan untuk menghilangkan bahan organik seperti pomade, kosmetik, dan lainnya. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2014 oleh Yayasan Kolam Renang Nasional AS menemukan bahwa bahan organik tadi dapat bereaksi terhadap klorin untuk membentuk trihalomethanes dan chloramines. Jika kedua elemen ini diproduksi dalam jumlah besar, dapat menyebabkan masalah pernafasan bagi perenang.
Ini saatnya menjaga kolam renang bersama. Bukan hanya untuk kesehatan dan kebersihan diri sendiri tapi juga orang lain.
Bagaimana dengan kebersihan kolam renang umum di Indonesia dan pengelolaannya? rasanya perlu diteliti! Hehehe....
Artikel ini pertama kali ditayangkan di Kompas.com, dengan judul artikel Sebersih Apa Kolam Renang Umum? Urinenya Ternyata Bisa Puluhan Liter