HAI-online.com - Bro, kita mesti lebih peduli nih sama nilai toleransi di kalangan temen-temen kita di SMA. Soalnya, pelajaran agama di sekolah atau di perguruan tinggi terbutki masih kurang materi toleransinya.
Selama ini, pelajaran agama di sekolah masih didominasi dengan materi tentang ritual dan kedisiplinan.
Fakta ini terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (PPIM UIN) Syarif Hidayatullah yang berjudul Api Dalam Sekam: Keberagamaan Gen Z yang diluncurkan di Jakarta, Rabu (8/11)
Dilaporkan Harian Kompas, penelitian itu mengkaji sikap keberagaman 1.589 siswa SMA, SMK, madrasah aliyah, serta 322 guru dan dosen pendidikan agama Islam. Penelitian dilakukan di 68 kabupaten/ kota di 34 provinsi se-Indonesia. Penelitian ini juga mencari tahu materi apa saja yang diajarkan di pelajaran agama, dari situ ketahuan deh porsinya, yaitu:
- 47,55% materi tentang hidup jujur, disiplin, dan bekerja keras
- 28,08% mengenai tata cara berpakaian sesuati Al Quran dan Sunah
- 12,96% materi menghargai perbedaan orang lain.
Nah, penyebab utama materinya bisa seperti itu adalah karena guru dan dosennya nggak punya persepsi baik tentang keberagaman di masyarakat. Persepsi itu ngaruh ke materi yang diturunkan ke siswa dan mahasiswa.
Buktinya, 47 persen siswa dan mahasiswa menyatakan keengganan mereka main dengan temen yang berbeda itu karena dipengaruhi guru.
Nah, penelitian juga mencari tahu apakah guru dan dosen agama pernah terlibat di aksi intoleran. Hasilnya:
- 69,3% guru dan dosen pernah ikut aksi intoleran terhadap orang-orang yang dianggap menyimpang dari ajaran islam
- 24,2% guru dan dosen pernah terlibat aksi intoleran terhadap kelompok non-muslim.
Pelajaran Agama Mesti Sering Bahas Dengan Kondisi Masyarakat
Fenomena intoleransi di sekolah juga ditanggapi oleh Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Amich Alhumami
Menurutnya, pelajaran agama mesti sering membahas hal yang terjadi di masyarakat.
“Perlu ada pendampingan bagi guru dan dosen dalam membahas hal-hal yang terjadi di sekitar secara jernih dan kritis,” ujarnya
Nah,kalau guru nggak bisa menyanggupi, siswa jadi nyari ke sumber lain.
Indonesia Butuh Guru Agama Profesional.
Hal ini dinyatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin. Katanya, Indonesia kekurangan 21.000 guru pendidikan agama profesional.
Yang disebut profesional itu adalah yang terdidik di bidang teologi dan memahami keagaam di dalam berbagai aspen. Akhirnya, posisi guru diisi dengan yang nggak punya latar belakang pendidikan teologi.
Well, segenap langkah sudah direncanakan pemerintah, kok. Tapi, kita juga mesti tetap ikut bantu peduli dan menyelesaikan masalah ini.
“Keagamaan berbasis keragaman masyarakat Indonesia harus menjadi arus utama,” kata pak Kamaruddin Amin.
(Artikel ini pertama kali tayang di Harian Kompas dengan judulPerkaya Materi Toleransi )