Ini yang Bikin Generasi Millenial Lebih Bersuara dari Generasi Sebelumnya

Kamis, 02 November 2017 | 07:00
Rizki Ramadan

Pemeran film My Generation

Paling enak memang jadi anak Milenial! Maklum, generasi ini memang nggak banyak membutuhkan aksesoris. Cuma dengan ponsel aja, berbagai masalah sudah selesai. Mulai dari browsing info terkini, motret, sampai update status kelar sama ponsel. Wajar kalo generasi Milenial bergantung banget sama yang namanya gadget. Ngaku, deh!

Buat kita-kita, gadget itu sama manfaatnya kayak pisau Swiss. Cuma dengan satu tools, berbagai masalah bisa diatasi. Segala hal yang kita perlukan, bisa diselesaikan sama gadget yang namanya ponsel.

Nggak percaya? Ayo bikin list, apa aja yang kita butuhkan sehari-hari!

Yang pertama jelas cari informasi terkini! Namanya juga kids jaman now, jaringan internet emang jadi tools paling dahsyat buat cari kabar terbaru. Kadang, info yang belum dirilis oleh pers manapun, udah berseliweran di internet. Mulai dari kecelakaan, atau info soal artis yang kencan diam-diam, sampai siapa yang terpilih jadi presiden dalam Pemilu bisa kita temukan di dunia maya.

Sumber beritanya bisa dari mana aja. Semenjak user generated content alias UGC ngehits, siapa pun bisa menjadi reporter. Dan, cerita yang dibikin bisa disebarkan melalui banyak saluran. Mulai dari blog sampai sosial media. Update, boy!

BACA JUGA:Pamflet Generasi: Karena Perjuangan HAM Butuh Keterlibatan Generasi Muda

Wajar dong kalo kita juga jadi tergoda untuk share kabar paling hits. Mulai dari kejadian di sekitar kita, info terkini soal teman-teman, sampai kabar terkini soal diri kita. Yap! Sebenernya banyak kok yang perlu diberitakan soal diri kita, itu yang bikin kita jadi rajin update di sosmed, kan? Hahaha….

#Duniaharustahu! Gitu deh kira-kira yang ada di kepala Millenial. Bukan cuma kejadian. Yang belum kejadian pun harus dibagi. Mulai dari perasaan, sampai apa yang kita pikirkan. Cuma dengan mencet tombol share, apa yang kita mau bagi bisa tersebar ke seluruh jagad maya.

Apakah ada yang respon? Kenapa nggak! Imbas dari kebutuhan “berbagi masalah pribadi”, millennials jadi lebih perhatian sama orang lain (baca: kepo). Terutama orang-orang yang dekat sama dirinya. So, nggak perlu takut info yang kita bikin nggak dibaca. Pasti ada yang baca, entah yang suka banget sama kita, atau yang sirik sama kita. Hehehe…

Ini nih yang bikin Milenial dianggap generasi yang paling “bersuara”. Kakek, nenek, ayah, ibu, dan paman-paman kita nggak punya saluran komunikasi secanggih millennials. Buat menyampaikan pemikiran secara luas ke publik, mereka nggak punya alatnya. Jadi, kalo punya permasalahan, generasi “tua” lebih cenderung mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan secara langsung, dibanding membaginya kepada orang lain.

Kadang, bicara langsung ke orangnya memang lebih efektif. Dan tentunya tidak membuat pihak-pihak yang ”dibicarakan” sakit hati karena diomongin di belakang. Karena hal ini juga, banyak senior-senior kita yang kurang berkenan (begitu bahasa orang tua) kalo ada yang membicarakan mereka langsung ke banyak orang. Apalagi kalo langsung di-share di media sosial. Bisa-bisa banyak yang ikut menghakimi mereka, tanpa tahu permasalahan aslinya.

Punya suara yang cenderung lebih didengar, ternyata bahaya juga. Masih ingat dong kata Paman Ben di film Spider-Man. Yang kalo diterjemahkan secara bebas kira-kira begini,”kekuatan itu datang bersama tanggung jawab. Semakin kita kuat, semakin harus kita mempertanggungjawabkan kekuatan itu.”

So, sebelum “berteriak” ada hal-hal penting yang harus diperhatikan. Terutama yang berkaitan dengan imbas dari teriakan kita yang terdengar luas.

Yang terjadi sama Zeke, Suki, Konji dan Orly di film My Generation misalnya (ini film baru. Kebetulan Hai udah nonton. Cepet, kan?). Mereka berusaha menyuarakan ketidaksepahaman pemikiran mereka dengan sekolah lewat video. Ternyata, “teriakan” mereka viral. Dan membuat mereka mendapat “bonus” sangsi dari sekolah yang nggak suka sama apa yang mereka suarakan. Jadilah mereka gagal liburan. Dan apesnya, apa yang mereka yakini benar membawa dampak negatif buat rencana liburan mereka yang akhirnya gagal dilaksakan.

Itu baru dampak buat diri sendiri. Dampak buat orang lain ternyata ada juga. Nggak percaya?

Sering sekali tanpa sadar kita ikut men-share segala sesuatu yang ada di sosial media karena cool , kita anggap penting, atau sepaham sama pemikiran kita. Dan sedihnya, tanpa dicek dulu kebenarannya.

Padahal, nggak semua berita atau informasi benar. Dan kita jadi ikut serta membagi informasi yang menyesatkan. Suara kita yang powerfull jadi terpakai untuk membagikan info yang mungkin berbahaya atau merugikan sebagian orang. Nggak mau dong, kalo sampai terlibat dalam menyengsarakan nasib orang lain?

Itu sebabnya, kita perlu lebih bertanggung jawab dalam bersuara. Pikir dulu apa yang mau disuarakan. Pastikan suara kita benar (gampang kok, cek dulu aja di Google dan media-media sebelum nge-share). Dan suarakan sekerasnya bila kita yakin apa yang kita bicarakan bermanfaat buat orang lain. Dengan begitu, seperti pesan paman Ben tadi, kita udah jadi superhero yang baik. Yang bertanggung jawab menggunakan kekuatan kita untuk bisa dimanfaatkan semua orang. Bukan hanya untuk kepentingan golongan.

See…, asik kan jadi Milenial? Sekarang ayo bersuara. Dan yang terpenting, jangan lupa powerbank-nya. Jangan sampai, belum selesai update status, ponsel keburu mati. Hahaha….

Tag

Editor : Rizki Ramadan