Jangan Anggap Remeh Pelanggaran Kecil, Bisa Bikin Tim Kalah Di Liga! Pertandingan Ini Buktinya

Selasa, 31 Oktober 2017 | 04:00
Rizki Ramadan

Liga U-14 Panasonic Kompas Gramedia (Foto: Priyombodo/Kompas)

Di pertandingan sepak bola, pelanggaran sekecil apa pun berpengaruh terhadap hasil akhir. Ini terbukti pada pekan ke-12 Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14, SSB Bina Taruna memanfaatkan sebuah pelanggaran kecil untuk mengubah hasil akhir sebuah laga menjadi milik mereka.

Bertemu SSB Remci Tangerang di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (29/10), Bina Taruna tertinggal di babak pertama melalui gol Wahyu Surya Chaniago, menit ke-20. Tertinggal 0-1 membuat Bina Taruna berusaha menyamakan skor, tetapi selalu kandas hingga turun minum.

Saat laga hampir usai dan kemenangan seolah hampir pasti milik Remci, pelanggaran remeh dilakukan bek Remci di luar kotak penalti. Hadiah sepakan bebas dimaksimalkan Ghatfan Hisyam dan gol. Gol yang tercipta empat menit menjelang akhir laga itu serta-merta melecut motivasi pemain Bina Taruna.

Di sisi lain, pemain Remci tertegun dengan gol itu. Mental mereka runtuh. Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh Bina Taruna, yang lalu berbalik menang 2-1, setelah Ghatfan mencetak gol lagi semenit kemudian. Hingga pertandingan berakhir, skor tak berubah.

Dampak akumulasi Pelanggaran Pertandingan Sebelumnya

Kesulitan akibat pelanggaran juga dirasakan Jakarta Football Academy (JFA). JFA nggak bisa diperkuat dua pilar penting, Rizki Praganta Ginting dan Aulia, yang terkena hukuman larangan bertanding akibat akumulasi kartu. Hingga pekan ke-12, JFA menjadi tim dengan kartu merah terbanyak, yaitu 2 kartu merah.

Pelatih JFA Achmad Zulkifli mengungkapkan, absennya Rizki dan Aulia sangat berpengaruh. Dua pemain tengah itu menjadi andalan JFA sejak pekan pertama. ”Untungnya, pemain pelapis yang saya turunkan tampil cukup baik,” kata Achmad yang ditemui usai pertandingan.

Ke depan, Achmad nggak mau kekuatan timnya berkurang karena pemainnya terkena akumulasi kartu. Untuk itu, ia mewanti-wanti pemainnya agar nggak lekas naik darah ketika bertanding. Saat Rizki menerima kartu, Achmad memberikan hukuman ringan terhadapnya.

”Dengan semangat bertanding menggebu-gebu ingin meraih kemenangan, ditambah fisik sudah lelah, pemain akan cepat emosi dan membuat pelanggaran yang tak perlu. Di setiap latihan sudah saya peringatkan untuk hati-hati terhadap semangat yang berlebihan,” katanya.

Pada laga lain, Pelatih Talenta Muda Firman Utina 15 Rici Vauzi mengatakan, absennya pemain belakang mereka, Saiful, memengaruhi stabilitas lini belakang. Saiful harus menepi karena hukuman akumulasi kartu. Tanpa Saiful, Talenta Muda takluk 1-3 dari JFA.

”Saya sudah bilang ke pemain untuk kontrol emosi. Jika emosi mereka naik, kemampuan akan turun. Kalau emosi makin terkontrol, mereka bisa kerahkan kemampuan mereka seutuhnya,” kata Rici.

Fair Play Hanya Wacana?

Total hingga pekan ke-12 Liga KG Panasonic U-14 sudah ada 180 kartu kuning dan 6 kartu merah yang keluar dari saku wasit. Bina Taruna menjadi SSB yang paling sering menerima hukuman kartu kuning, yaitu 20 kartu kuning.

Ketua Tim Pemandu Bakat Liga KG Panasonic U-14 Hadi Rahmaddani berpendapat, semangat sportivitas atau fair play jarang diingatkan pelatih sebelum pemain asuhannya berlaga. ”Ada beberapa hal yang menjadi penyebab. Salah satunya karena yang semacam ini juga jarang didengar pelatih saat mereka masih bermain. Sementara pelatih kita kebanyakan mantan pemain,” kata Hadi.

Penyebab lain, materi tentang fair play atau sportivitas juga jarang diberikan dalam pelatihan untuk pelatih, misalnya dalam kursus lisensi C. Hadi mengatakan, materi-materi di kursus pelatih mayoritas seputar urusan teknik melatih.

”Ibaratnya, soal fair play itu hanya obrolan warung kopi di antara pelatih,” katanya.

Fenomena itu memprihatinkan karena filosofi bermain tanpa mencederai lawan harusnya ditanamkan sejak pemain berusia muda. Ia menilai, peran pelatih SSB, termasuk yang menangani SSB peserta Liga KG Panasonic U-14, sangat strategis dalam menanamkan nilai sportivitas ini.

Jika pemain keburu dewasa, kata Hadi, akan lebih susah ditanamkan. Akibatnya, ketika jadi pemain tim nasional, emosi mereka mudah terpancing sehingga bisa mendadak melakukan pelanggaran sepele

Artikel pertama kali tayang di Kompas.id dengan judul “Pelanggaran Kecil yang Berdampak Besar’

Editor : Rizki Ramadan

Baca Lainnya