6 Mitos yang Beredar di Kalangan Para Mahasiswa Fakultas Hukum

Kamis, 19 Oktober 2017 | 07:30
Hai Online

Kuliah Jurusan Hukum

HAI-ONLINE.COM - ‘Anak hukum, tuh, kayaknya pada galak, deh.'

'Anak hukum gaya hidupnya tinggi, bro.'

Bla, bla, bla....

Kira-kira begitu yang terlintas di pikiran kita saat mendengar mata kuliah yang satu ini. Yap, Jurusan Hukum. Nggak salah, sih, kalau jurusannya para pengacara ini punya stigma kayak gitu, yang santer jadi bahan omongan saat kita mau memutuskan untuk memilih jurusan kuliah setelah kita lulus sekolah.

Saking seringnya diomongin, hal itu kemudian jadi semacam 'mitos' yang berkembang dan (malah) dipercaya oleh sebagian dari kita. Nah, gara-gara dengar omongan kayak gitu, kita jadi pikir beribu-ribu kali (halah!) buat memantapkan hati, menjadi salah satu mahasiswa fakultas hukum.

Namun ternyata, hal kayak gitu nggak sepenuhnya benar, loh. Nggak percaya? Biar nggak kebanyakan ngegosip, apa lagi menambah jajaran mitos terbaru soal Jurusan Hukum, mending kita tanya langsung sama teman-teman kita, yang sudah lebih dulu mencicipi serunya jurusan ini.

Anak Hukum Galak!

Nggak semua anak jurusan hukum, tuh, galak, bro. Buktinya, mereka nggak bakal, tuh, marah-marahin lo di pinggir jalan kalau lo nggak sengaja nyenggol mereka. Atau perkarain lo di pengadilan setempat gara-gara nggak sengaja numpahin minuman mereka.

"Anak hukum nggak galak, kok. Kalau tegas mungkin iya. Soalnya, dalam menghadapi kasus persidangan, kita nggak boleh selengean atau bercanda. Kita harus tegas untuk menyelesaikan satu kasus," ujar Natalie, salah satu alumni Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta.

Idealis Banget!

"Hahaha..., nggak bener, tuh. Sama aja kayak anak-anak jurusan lain. Pasti ada aja yang idealis, meski nggak banyak. Biasanya, di semester-semester awal doang idealisnya, selebihnya, mulai luntur, kok," timpal Mahiswara Timur, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Anak Hukum dianggap mengedepankan penampilan

Nah, kalau yang ini kayaknya hampir sama kayak anak-anak jurusan lain, bro. Penampilan yang enak dipandang, tuh, wajib hukumnya. Ya dengan berpenampilan rapi dan modis, setidaknya orang-orang akan menaruh respect buat kita, bahkan bikin orang jadi lebih nyaman saat harus ngobrol atau saling bertukar pikiran dengan kita. Syukur-syukur bisa dapet gebetan, kan? Itu namanya bonus, jek!

Nggak Perlu Berhitung!

"Kebanyakan orang ambil jurusan hukum gara-gara mereka berpikir nggak ada hitung-hitungannya. Itu salah besar. Kuliah jurusan ini juga ada hitung-hitungannya. Meski nggak banyak, tapi kemampuan berhitung kita akan diasah di beberapa mata kuliah kayak Statistik, Hukum Waris, sampai Hukum Pajak," lanjut Timur.

Harus Jago Menghapal Undang-undang

Ini, nih, jadi salah satu mitos paling sering diomongin tentang anak-anak hukum. Meski undang-undang jadi salah satu 'makanan wajib' mereka, bukan berarti orang yang kuliah di jurusan ini harus jago banget menghapal undang-undang, bro. Kebayang, dong, gimana susahnya ngapalin undang-undang yang jumlahnya super duper banyak itu?

“Pemahaman seperti ini nggak benar, nggak 100 persen begitu. Undang-undang, tuh, bisa dibaca, dan saat ujian juga bisa buka buku undang-undang. Yang penting adalah kemampuan analisis terhadap satu kasus, memahami satu ketentuan, kemudian menerapkannya dalam kasus,” ujar Prof. Topo Santoso, , S.H., M.H., Ph.D, Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

"Kita nggak harus hapal semua undang-undang, kok. Intinya pemahaman konsep aja, sih. Nantinya, dengan pemahaman konsep itu, kita bisa tahu undang-undang apa yang sering digunakan di situ. Kalau pas ujian juga dibolehkan open book. Peraturan itu cuma untuk panduan aja, sih," lanjut Timur, yang kini bekerja sebagai Legal Officer di PT Arutmin Indonesia.

Pasti Tahu Hukum!

Yogi Kusumanegara, alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto mengatakan kalau banyak orang yang beranggapan bahwa anak-anak hukum atau para alumninya dianggap paling tahu tentang hukum. Padahal belum tentu, bro.

Tag

Editor : Hai Online