5 Fakta Tentang Tewasnya Pelajar SMA Bogor Karena Dipaksa Senior Bertarung Ala Gladiator

Sabtu, 16 September 2017 | 07:12
Hai Online

Maria Agnes memegang foto anaknya Hilarius Christian Event Raharjo (15), siswa kelas X SMA Budi Mulya yang tewas setelah dipaksa berduel dalam ajang bom-boman.(KOMPAS.com/ Ramdhan Triyadi Bempah )

Kabar tentang kekerasan pelajar yang berujung pada kematian belum surut juga, nih, bro. Miris. Kali ini kabar datang dari temen kita di Bogor, Jawa Barat.Dia adalah Hilarius Christian Event Raharjo (15), tewas dihajar oleh pelajar SMA lain. Kabar ini terungkap lagi setelah Maria Agnes, sang ibu, bercerita di akun Facebooknya, 12 September lalu. Setelah selidik-selidik, inilah fakta-fakta yang HAI dapat dan perlu kamu ketahui.

1. Kejadiannya setahun lalu. Hilarius adalah Siswa SMA Budi Mulia. Saat kejadian, ia duduk di kelas X SMA Budi Mulia. Peristiwa yang menewaskannya terjadipada 29 Januari 2016 di sebuah lapangan yang terletak di SMAN 7 Bogor. Saat itu, ada pertandingan final basket antara SMA Budi Mulia dengan SMA Mardi Yuana 2. Tumbal Kakak Kelas di tradisi "Bom-boman" Vanansius, ayah korban, bercerita bahwa anaknya itu menjadi tumbal seniornya. "Anak saya waktu itu diajak untuk melihat pertandingn basket. Tapi ternyata, dia sudah disiapin oleh senior kakak kelasnya untuk bertarung dengan murid dari sekolah SMA Mardi Yuana," ucap Vanansius, kepadaKompas.com

Di kalangan pelajar cowok di Bogor dikenal istilahbom-boman, yaitu pertarungan mirip kayak gladiator yang dilakukan antara dua sekolah yang bertanding di kompetisi basket. Pertarungan yang dilakukan sebelum pertandingan itu melibatkan senior dan alumni dari kedua sekolah. Hilarius diutus kakak kelasnya untuk menjadi petarung yang mewakili sekolahnya.

"Kakak kelas ini dikoordinir sama alumni sekolah. Jegernya atau promotornya, ya alumni itu, yang mengelola kelas tiga. Mereka mencari anak-anak yang baru masuk untuk dipaksa berduel," kata Vanansius.

Celakanya, tradisi ini sudah lama dan tetap ada. Tradisi "bom-boman" antar kedua sekolah dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sebelum duel, mereka mencari lapangan yang sepi. Hanya segelintir orang saja yang tahu dan bisa menyaksikan duel itu. "Acara (bom-boman, Red) ini emang sudah lama, tapi yang sampai tewas ya baru ini, anak saya. Setelah kejadian ini, baru pada tahu ternyata ada ajang seperti itu. Pihak sekolah dan guru juga tidak tahu awalnya," lanjut Vanansius. 3. Korban Meninggal di TKP Maria bercerita bahwa anaknya sempat udah menyerah dan mundur dari "arena". Namun, pinggangnya ditendang dan dipaksa untuk melanjutkan pertandingan. Hilarius berusaha bangkit dan mengalami kejang-kejang tapi terus dipukul kepalanya hingga meninggal. "Hila meninggal di TKP. Di lapangan SMU Negeri 7 Indrapasta Bogor. (Pukulan di kepala) atas suruhan promotor dari SMA Mardi Yuana. Dia bilang, 'pukul Hila yang belum KO'," ujar Maria.

4. Duel Ditonton 50 Orang Lebih Sebagaimana duel ala gladiator, duel antara Hilarius dan pelaku juga ditonton banyak pelajar lain yang mengelilingi. "Ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakratul maut. Divideokan oleh siswa-siswa yang menyaksikan," tutur Maria. 5. Orangtua menuntut Keadilan Ditegakkan 12 September lalu, Maria menceritakan lagi peristiwa yang menimpa anaknya ke akun Facebooknya. Di statusnya itu, ia memohon Presiden Joko Widodo dapat menegakkan keadilan atas kasus setahun lalu itu.

Meski pelaku utama yang membunuh anaknya sudah dikeluarkan dari sekolah, namun Maria dan Vanensius merasa itu belum cukup adil dan belum cukup memberi efek jera. Selain itu, para alumni yang memprovokasi "bom-boman" juga ngak diketahui keberadaannya. Begitu juga dengan siswa yang ikut-ikutan mendukung serta menonton duel tersebut.

Rest in peace, Hillarius. Semoga kasus ini bisa selesai seadil mungkin. (artikel ini pertama kali tayang di Kompas.com dengan judul"Maria Kisahkan Anaknya Dihajar Tanpa Ampun hingga Tewas dalam Duel ala Gladiator​")

Tag

Editor : Rizki Ramadan

Sumber