#Review IT: Kengerian yang Nggak Pernah Berakhir

Kamis, 07 September 2017 | 08:20
Hai Online

IT

Mungkin film ini bisa sedikit menjelaskan kenapa ada beberapa teman kita yang punya phobia sama badut. Yes, badut yang biasanya tampil lucu dengan tingkah absurd atau trik sulapnya ini ternyata punya sisi seram yang bisa dikulik. Ya, setidaknya itu bisa diliat dari film yang diadaptasi dari salah satu novel terbaik Stephen King, 31 tahun yang lalu.

Cerita bermula saat musim panas, di sebuah kota kecil bernama Derry, Maine, yang mengambil setting waktu tahun 1980-an.

Cerita bermula dari kemunculan badut setan, Pennywise, yang muncul dari dalam selokan yang kemudian menangkap seorang anak kecil. Dari sinilah, terror yang membahayakan nyawa anak-anak kecil di kota ini bermulai.

Perlahan, anak-anak di sini mendapatkan ancaman mengerikan sesuai dengan ketakutan terbesar mereka. Mulai dari orang yang terkena penyakit lepra, sampai sosok perempuan berwajah aneh. Namun, itu bukan masalah terbesarnya. Hal tersebut justru hanya awalnya aja.

Ngeri dari awal sampai akhir film!

Secara garis besar, film ini menceritakan tentang perjuangan dari sekelompok bocah SD yang nggak populer, yang kemudian menamai mereka sebagai ‘The Losers Club’, untuk melawan tindak kekerasan yang dialaminya. Namanya juga nggak populer, ya, di awal cerita kita bisa melihat berbagai tindak bully yang diterima oleh anak-anak ini.

Di sini, kita nggak cuma bisa ngeliat betapa menyeramkannya tindakan bully yang diterima oleh si kelompok bocah ingusan ini, tapi juga sederet terror dari Pennywise yang mengancam nyawa mereka.

Jangan harap lo bakal bisa beristirahat sejenak dari kengerian yang disuguhkan oleh sang sutradara, Andrés Muschietti. Soalnya, ini setan nongol terus di sepanjang film. Abis nakutin dan ngejar-ngejar tokoh pertama, kita bakal langsung disuguhkan oleh adegan mengerikan yang menimpa tokoh kedua.

IT
Dan yang bikin gregetannya adalah, hal ini berlangsung dari awal sampai akhir. Kebayang gimana capeknya jantung lo nonton film ini? HAI jamin, lo bakal teriak, atau minimal kaget-kaget lucu selama berkali-kali.

Selain horornya yang juara banget, sutradara juga sukses membangun cerita seram yang dialami oleh tiap tokoh pentingnya. Dari segi alur cerita bisa dibilang cukup detil, tapi agak lambat. Untunglah, hal itu bisa ditolong dengan adegan horor yang berhasil bikin lo betah nonton sampai abis cuma buat ditakut-takutin oleh film yang di-remake dari mini series berjudul sama, 27 tahun lalu! Hehehe…

Terus, dari awal sampe akhir kita bakal jejeritan karena ketakutan doang gitu? Nggak dong.

Di sini lo juga bisa ketawa ngakak, bahkan ngerasa iba dengan karakter-karakter yang ada. Mulai dari tingkah kepo dan absurd khas bocah SD, sampai romansa cinta monyet yang dialami oleh beberapa tokohnya. Buat HAI, ini jadi bumbu yang asik banget!

Suara juara, sinematografi oke punya

Selain kuat dari segi alur ceritanya, film ini juga bagus dalam hal suara dan sinematografinya, yang beda dari film sejenisnya.

Di saat film lain menampilkan adegan seram di lokasi remang-remang dengan sound yang menyayat-nyayat, lain halnya dengan yang dilakukan IT. Di sini, lo bahkan bisa ketemu setan di mana pun dia mau. Ya, mulai dari selokan, gang sempit, sampai di sebuah kebun di tengah siang bolong!

Pengambilan gambarnya juga unik dan lebih dapat menampilkan aura gelapnya. Terus, dari segi scoring musiknya juga nggak lebay, tapi pas banget buat ngagetin lo nggak lama setelah lo ketawa gara-gara jokes absurd yang diselipin di dalam ceritanya.

IT
Nah, dari semua faktor ini, HAI, sih, menyimpulkan film ini layak banget dapet nilai 8. Dari segi horornya, komedi, penokohan, sampai alur ceritanya asik banget dinikmati buat ditonton selama sekitar 2 jam lebih.

Overall, kalau lo kurang puas sama film horor yang tayang belakangan ini, IT pas banget buat mengobati rasa kecewa lo sama setan-setan khas Eropa sana. Berani?

Editor : Hai Online

Baca Lainnya