Banyaknya persebaran berita bohong atau hoax emang udah jadi masalah akut di era media baru seperti saat ini.
Bahkan, polisi kini membongkar bisnis penyebaran kebencian berkonten SARA yang dilakukan oleh kelompok Saracen.
Sejak November 2015, kelompok ini menyebar berita SARA dan hoaks melalui Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, dan situs Saracennews.com.
Nggak hanya di Indonesia, persebaran berita hoax juga udah jadi masalah di berbagai negara.
Kejadian yang menyangkut hal ini adalah Pemilihan Presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Beberapa bulan sebelum perhelatan pesta demokrasi tersebut, media sosial banyak dibanjiri dengan berbagai berita palsu atau hoax yang bertebaran di dunia maya.
Setelah event tersebut selesai, baru diketahui berbagai pihak yang membuat berita hoax tersebut.
Dan ternyata, mirip kayak Saracen, para pembuat berita hoax ini menghasilkan banyak pendapatan hingga mencapai miliaran rupiah.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah fakta bahwa pembuat konten untuk situs berita palsu tersebut datang dari kalangan remaja kayak kita!
Salah satunya adalah seorang cowok berusia 16 tahun bernama Victor.
Remaja yang berasal dari Veles, kota kecil di Makedonia ini, jadi salah satu dari ratusan remaja yang berperan sebagai editor berbagai berita palsu.
Menurut penelusuran yang dilakukan oleh media Channel 4, Victor bekerja di situs News Today.
Berdasarkan keterangan dari penduduk lokal Veles, beberapa pembuat berita terutama dari kalangan milenial, bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang besar.
Nggak disebutkan sih dari mana sumber uang pemberi dana tersebut. Yang jelas, satu orang bisa mendapatkan uang tunai sebesar 200.000 dollar AS atau setara dengan Rp 2,6 miliar dari pekerjaan ini.
Victor mengatakan kalo berita-berita palsu Trump begitu diburu di Internet.
“Itu yang bisa aku katakan. Mereka (pembaca) mau mendengar berita tentang Donald Trump,” kata Victor seperti dikutip dari DailyMail, Senin (28/11).
Victor ngaku nggak mempunyai motivasi apapun dalam membuat berita hoax. Hal itu semata-mata dilakukannya buat mendapatkan penghasilan.
Selain itu, ia juga merasa pekerjaannya membuat berita tersebut dapat membunuh kebosanannya.
“Untuk uang, untuk rekreasi. nggak banyak yang bisa dilakukan di sini,” kata Victor.
“Banyak anak-anak yang nggak keluar rumah. Kami melakukannya karena bosan,” jelasnya.
Terkait pekerjaannya ini, Victor ngaku bersalah karena banyak warga Amerika yang percaya dengan berita hoax yang dibuatnya.
Namun, Victor mengaku akan terus melanjutkan pekerjaannya ini.
Anyway, banyaknya berita hoax yang beredar dalam masa Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun lalu jadi salah satu hal yang sering dituding sebagai penyebab kemenangan Donald Trump.
Ini sekaligus bisa dijadikan pelajaran buat kita untuk semakin hati-hati dalam mengakses berita yang belom jelas kebenarannya. Semakin bijak dalam bermedia sosial, dan tentunya jangan terjun jadi orang kayak Victor ya... (Dimas)