Peluang untuk menjebol gawang lawan itu bakal sia-sia kalau nggak diiringi teknik penyelesaian akhir yang baik. Setuju nggak? Hal ini terbukti di pekan kedua penyelenggaraan Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14, Minggu (20/8), di GOR Ciracas, Jakarta Timur. Para pemain terutama striker dan pelatih mesti mempertajam lagi serangannya, tuh.
Kurangnya Komunikasi Antar Pemain
Dari semua pertandingan, masalah penyelesaian akhir paling terlihat saat kesebelasan Bina Taruna melawan Garuda Putera. Asal lo tau aja, Bima Taruna, tuh, juara bertahan di musim 2016-2017. Tapi, di pertandingan ini serangan mereka selalu keok di hadapan gawang musuh.
Setiap kali mendekati kotak penalti Garuda Putera, pemain Bina Taruna sering kehilangan bola. Serangan dari sayap kanan kerap dilakukan, tapi apa mau dikata, pemain di depan gawang nggak bisa memanfaatkan umpan silang yang diberikan. Mau nggak mau, Bina Taruna pun kalah unggul. Skor akhir 2-1 untuk kemenangan Garuda Putera.
”Masalah kami ada dua. Pertama dari kedisiplinan bermain dan komunikasi antarpemain di saat pertandingan. Kedua, kami nggak mendapat lapangan latihan yang baik untuk mempersiapkan diri guna mengikuti kompetisi ini,” kata Bonni Safrudin Wijaya, Pelatih Bina Taruna.
Grogi di Depan Gawang
Saat pertandingan antara Matador Mekarsari dan ASIOP Apacinti pun masalah yang sama terjadi. Dua peluang yang dimiliki oleh tim Matador nggak bikin mereka mendapatkan gol. Padahal penyerang mereka sempat sudah berhadapan dengan kiper.
Sementara ASIOP bisa memanfaatkan peluang dengan baik sehingga bisa menang dengan skor 2-0 dan memuncaki klasemen.
Usut punya usut, ternyata buruknya penyelesaian akhir tim Matador itu dikarenakan rasa jiper pemain, bro! Maklum, lawan mereka, ASIOP, adalah tim unggulan.
”Para pemain kami sangat grogi saat menghadapi klub dengan nama besar, seperti ASIOP. Banyak umpan yang nggak tepat dan mereka kurang sabar dalam penyelesaian akhir. Kami seharusnya dapat mencetak dua gol dan nggak kalah pada laga ini,” kata Iskandar, Pelatih Matador.
Menurut Iskandar, dia akan mengevaluasi laga kali ini dan akan kembali melatih para pemainnya untuk fokus dalam penyelesaian akhir. Serangan dari sayap dan umpan terobosan akan menjadi tumpuan serangan Matador Mekarsari.
Nggak Tenang Mengendalikan Bola
Pertandingan seru lainnya adalah antara Pelita Jaya melawan Talenta Muda FU15. Hasilnya akhirnya imbang karena masalah yang sama. Kedua tim sering saling serang, namun peluang emas di depan gawang nggak bisa mereka konversi jadi gol. Sayang banget!
Untung saja Alifio Febriano Amethyst dari Pelita Jaya bisa membuat satu gol sehingga pertandingan nggak berakhir dengan skor kaca-mata.
”Harusnya kami (Pelita Jaya) punya dua atau tiga gol. Namun, karena finishing yang nggak tenang di depan gawang, kita hanya menang 1-0,” kata Ferry Rumbayan, Pelatih Pelita Jaya.
Pelatih tim lain, Talenta Muda Rici Vauzi juga menyayangkan pemainnya yang kurang tenang ketika membawa bola di depan gawang. ”Sedikit menyesal, ada beberapa peluang yang terbuang, padahal secara skill kami nggak kalah dari mereka,” kata Rici.
Wuih, apalah artinya skill kalau mentalnya nggak bisa tenang, bro!
Kurangnya Skill Kontrol Bola
Peluang yang terbuang sia-sia banyak terjadi pada laga antara Ragunan Soccer School dan Kabomania. Kabomania mendominasi laga dan menciptakan banyak peluang tapi... nihil gol. Kemelut di depan gawang nggak berarti apa-apa. Laga itu berakhir dengan skor 0-0.
Pelatih Kabomania Abdul Rozak Sumual menyayangkan kemampuan kontrol bola para pemain dan daya tahan fisiknya. ”Kemampuan kontrol bola beberapa pemain masih kurang dan selalu kehilangan bola. Saat finishing mereka terburu-buru dan kurang tenang. Mereka punya kecepatan, tetapi staminanya nggak tahan lama,” ujarnya.
Masalah stamina pemain juga perlu dibenahi karena banyak pemain yang kelelahan dan kehilangan fokus pada menit-menit terakhir menjelang akhir laga.
Wah, mesti banyak latihan lagi, nih. Semangat terus untuk pertandingan berikutnya, bro!
(Tulisan ini menyadur artikel oleh Bernardus Kurniawan, Ayu Pratiwi, dan Emilius Caesar yang pertama kali terbit di Harian Kompas, Senin 21 Agustus 2017 dengan judul Penyelesaian Akhir Masih Menjadi Masalah)