Chester Bennington ditemukan tewas di kediaman pribadinya di Palos Verdes Estates, di Los Angeles, Amerika Serikat, Kamis (20/7), waktu setempat.
Menurut kabar yang beredar, vokalis Linkin Park itu ditemukan tewas gantung diri. Yap, Chester diduga depresi. Banyak yang bilang ia depresi karena ketergantungan alkohol dan narkoba, nggak sedikit juga yang berspekulasi hal lain yang jadi penyebabnya.
Bahkan, ada juga yang bilang, aksi bunuh diri yang dilakukan Chester sebenernya udah direncanain.
Banyak pertanyaan muncul, apa yang membuat Chester begitu depresi? Seberat apa beban yang ia tanggung dalam hidupnya? Bukankah karirnya bersama Linkin Park mulai bangkit setelah album baru?
"Jika anda memiliki mobil bagus dan banyak uang, itu nggak melindungi anda dari kondisi kesehatan mental," kata Jill Harkavy-Friedman, wakil presiden penelitian di American Foundation for Suicide Prevention, yang HAI kutip dari Newsweek.
Chester mengaku punya masa kecil yang buruk. Di usia 7 tahun, ia pernah jadi korban kekerasan dan pelecehan seksual seorang laki-laki, usia 11 tahun kedua orang tuanya bercerai. Sampai usia 13 tahun, Chester masih menjadi korban pelecehan seksual tersebut.
Setelah lepas dari masa kelam itu, memasuki remaja Chester mulai menjadi seorang peminum setia alkohol, mulai menghisap ganja, lalu opium, kokain, meth, sampai LSD. Masa-masa itu mulai bisa dilawan ketika ia akhirnya mulai bermusik dan akhirnya bergabung dengan Linkin Park.
"Gue benar-benar membenci hidup dan gue seperti, 'Saya tidak ingin memiliki perasaan. Saya ingin menjadi seorang sosiopat (antisosial)’. Gue nggak ingin melakukan apapun. Gue nggak mau peduli dengan perasaan orang lain. Gue nggak mau merasakan apapun,” kata Chester saat itu kepada Rocksound.
Sampai sukses bersama Linkin Park, Chester masih terus berjuang untuk menghilangkan kenangan buruk masa lalu dan ketergantungan akan drugs dan alkohol.
Lalu, apa yang membuat Chester akhirnya memutuskan untuk bunuh diri? Kemungkinan besar Chester memilik ganggunan mental cukup besar. Beberapa tanda itu muncul ketika Chester menjelaskan tentang makna single terbaru Linkin Park misalnya, Heavy.
“Gue nggak pernah bisa menjelaskan apa yang baik dari diri gue. Di sana (pikiran) selalu ada Chester yang lain, dia selalu ingin menghancurkan gue,” pungkas Chester, tentang makna di lagu Heavy.
Seperti yang HAI kutip dari Alodokter, dari sikap Chester, termasuk ke dalam beberapa kriteria individu yang potensial melakukan tindakan bunuh diri. Chester kemungkinan memiliki Gangguan kepribadian atau Bipolar.
Tanda utama seseorang memiliki gangguan kepribadian adalah sering menyakiti diri sendiri. Tanda lainnya adalah emosi yang nggak stabil atau memiliki masalah dalam bersosialisasi. Kalangan ini bisa memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari setengah orang-orang dengan gangguan ini akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
Selain itu, dalam album One More Light, semua tanda-tanda itu keluar langsung dari mulut Chester.
“Melalui album ini, kami bercerita tentang bertempur dengan kecanduan, berjuang tentang relationship, bertengkar dengan anggota keluarga yang sekarat, berurusan dengan usaha bunuh diri. Berurusan dengan anak-anak yang tumbuh dewasa. Setiap harinya, omong kosong seperti itu yang gue jalanin,” kata Chester, tentang materi yang ada di album terbaru Linkin Park.
Seperti kanker, gangguan kepribadian dan depresi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, terlepas dari status atau kekayaannya.
"Ketika orang melihat seseorang dan mereka berpikir, 'Mereka memiliki semuanya,' sulit bagi mereka untuk membayangkan bahwa orang tersebut mungkin berjuang dalam hal kesehatan mental mereka, baik dengan depresi atau penyalahgunaan zat atau kegelisahan atau sejumlah hal," tutur Jill Harkavy-Friedman.
Lewat semua yang Chester alami, seberat apapun beban hidupnya, dari kisah Chester dan kepergiannya yang tragis ini, pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil. Tergantung kita mengambil sudut pandang dalam melihatnya.
Terima kasih telah menghibur kami lewat musik semasa hidupmu, dan terima kasih, dengan kepergiannmu, harusnya kita bisa lebih menghargai hidup, seberat apapun itu.
Terima kasih Chester, Rest in Peace.