Pemain termahal dunia yang beberapa waktu lalu baru aja kelar umroh dan liburan ini bercerita tentang isu yang cukup sensitif, yaitu menyangkut kehidupan pribadi dan kepercayaannya.
Seperti yang HAI kutip dari Juara.Net, mantan pemain Juventus ini bercerita kepada Esquire tentang pengalamannya sebagai seorang Muslim di Manchester setelah serangan bom bunuh diri di konser Ariana Grande di Manchester Arena bulan lalu.
Sebanyak 22 orang meninggal dunia di konser yang bergulir bulan lalu tersebut. Bagi Pogba, tragedi tersebut terasa lebih berat terutama karena datang hanya beberapa pekan setelah sang ayah meninggal karena kanker.
Sang pemain punya ikatan kuat dengan Manchester. Sebelum datang pada awal musim lalu, ia telah menghabiskan tiga tahun di kota tersebut sebagai remaja.
Pogba pun mengingatkan bahwa aksi para teroris tersebut jangan sampai memengaruhi kehidupan rakyat setempat.
"Banyak hal terjadi di hidup ini tapi Anda tidak boleh menyerah," ujar Pogba kepada Esquire.
"Anda tak bisa membunuh orang lain. Ini bukan tindakan atas nama agama, ini bukan Islam dan semua tahu itu. Saya bukan satu-satunya yang berbicara seperti ini," lanjutnya.
Ia juga tak menampik bahwa kepergian sang ayah memengaruhinya.
"Anda tak bisa berpikir sama setelah kehilangan orang yang Anda sayangi," ujar pemain termahan Liga Inggris itu. "Oleh karena itu saya mengatakan untuk nikmati hidup, karena semua berlalu dengan cepat."
Meskipun demikian, Pogba tetap menunjukkan komitmennya bagi Manchester United dengan mendatangkan kejayaan bagi klub di ajang Liga Europa.
Final Liga Europa kontra Ajax Amsterdam datang hanya dua hari setelah tragedi bom Manchester.
Man United menang 2-0 berkat gol-gol dari Pogba sendiri dan Henrikh Mkhitaryan.
Well, done, Pogba!
Artikel ini pertama kali ditayangkan di Juara.net, dengan judul artikel Kisah Paul Pogba tentang menjadi Muslim di Manchester Setelah Tragedi Bom