Tadi malam, Kamis (29/6) Portugal dipaksa angkat koper dari Piala Konfederasi 2017, setelah gagal dalam babak adu penalti lawan Cile di babak semifinal, dan nanti malam Jumat (30/6), Jerman akan bertemu Meksiko di laga semifinal Piala Konfederasi 2017.
Seru, ya, libur lebaran gini, ada pertandingan sepkabola seru “sekelas” Piala Dunia, negara-negara terbaik dari berbagai benua dikumpulkan dalam satu kompetisi. Tapi, udah ada yang tau belum awal mula hadirnya Piala Konfederasi? Sejarah dimulainya kompetisi ini?
Nah, buat yang belum tau dan tertarik ingin tau, baca terus artikel yang HAI kutip dari Juara.Net ini sampai habis, yha! Ini dia ceritanya.
Semuanya bermula dari duka mendalam dirasakan rakyat Arab Saudi ketika Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud mangkat pada 2005. Nggak cuma rakyat Arab Saudi, kesedihan juga melanda dunia sepak bola.
Perasaan itu terwakilkan lewat ungkapan belasungkawa yang disampaikan Presiden FIFA kala itu, Sepp Blatter, dan sang Sekretaris Jenderal, Urs Linsi.
"Kepergian Raja Fahd meninggalkan kesedihan mendalam di hati orang-orang yang mengenalnya. Bukan hanya rakyat Arab Saudi yang akan merindukannya, tapi rasa kehilangan juga akan terasa sampai luar batas kerajaan," demikian bunyi ucapan belasungkawa FIFA.
Lah, apa hubungannya Raja Arab Saudi dengan sepak bola dunia?
Jadi gini, King Fahd, demikian publik internasional mengenal Fahd bin Abdulaziz Al Saud yang menduduki takhta raja Arab Saudi sejak 1982 itu sangat berjasa membangun infrastruktur olahraga kelas satu di Negeri Timur Tengah tersebut.
Di bawah kepemimpinan Raja Fahd, Arab Saudi juga menggulirkan liga sepak bola profesional pertama mereka. Sumbangsihnya untuk sepak bola internasional terwujud dalam pergelaran King Fahd Cup, yang terselenggara pada 1992.
Idenya adalah agar tim nasional Arab Saudi bisa merasakan sensasi bertempur di level atas. Diundanglah para juara berbagai konfederasi, yakni Argentina (juara Copa America 1991), Amerika Serikat (juara Piala Emas 1991), dan Pantai Gading (juara Piala Afrika 1992).
Arab Saudi melengkapi daftar kontestan sekaligus berperan sebagai tuan rumah. Turnamen digelar lagi pada 1995. Arab Saudi tetap tampil sebagai penyelenggara. Namun, kompetisi kian ramai karena juara Eropa dan Asia ikut bergabung.
Denmark (juara Euro 1992) dan Jepang (juara Piala Asia 1992) bersaing dengan wakil Conmebol (Argentina), Concacaf (Meksiko), dan CAF (Nigeria).
"Pelatih kami, Richard Moller-Nielsen mengatakan bahwa ini akan menjadi turnamen yang lebih sulit dari Euro. Terkesan aneh, tapi ia benar sebab kami bermain melawan tim dengan gaya yang tidak familier, seperti Meksiko dan Argentina," kata penyerang Denmark di King Fahd Cup 1995, Brian Laudrup.
Dilirik FIFA
Keunikan King Fahd Cup menarik perhatian FIFA. Organisator sepak bola dunia itu akhirnya mengambil alih hak penyelenggaraan King Fahd Cup dan mengubah namanya menjadi Piala Konfederasi.
Di bawah naungan FIFA, Piala Konfederasi pertama kali diputar pada 1997 di Arab Saudi.
Kontestan bertambah menjadi delapan tim. Juara Piala Dunia 1994 (Brasil) dan kampiun OFC Nations Cup (Australia) turut ambil bagian. Piala Konfederasi lantas menjadi agenda rutin FIFA yang diputar tiap dua tahun sekali.
Namun, kian padatnya jadwal pertandingan sepak bola di era modern sempat membuat Piala Konfederasi dianggap sebagai gangguan ekstra. Meninggal dunianya pemain Kamerun, Marc-Vivien Foe, di tengah-tengah pertandingan pada edisi 2003 kian menambah kecaman.
FIFA pun membuat kebijakan baru. Mulai edisi 2005, Piala Konfederasi digelar setiap empat tahun sekali.
Turnamen ini lantas menjadi ajang gladi resik guna menguji kesiapan sekaligus infrastruktur negara tuan rumah Piala Dunia.
Tapi, masa depan Piala Konfederasi tengah dipertanyakan. Muncul kabar bahwa Rusia 2017 bakal menjadi edisi terakhir Piala Konfederasi.
"Jika nggak ada Piala Konfederasi pada 2021, saya nggak akan merasa kecewa," ujar pelatih Jerman, Joachim Loew. Waduh! Kok, jadi gini?
Nah, pada November tahun lalu, FIFA mengakui bahwa ada pembahasan serius terkait Piala Konfederasi. Perubahan mesti dilakukan mengingat Piala Dunia 2022 di Qatar berlangsung pada November, bukan Juni.
Tetap menggulirkan Piala Konfederasi pada Juni 2021 bakal menyiksa pemain sebab cuaca Qatar sedang panas-panasnya. Di lain sisi, menggeser kejuaraan pada November dianggap akan merusak tatanan kalender sepak bola yang selama ini sudah berjalan rapi.
Kalo menurut kalian gimana? Piala Konfederasi harus tetap ada, atau di skip aja, nih?
DAFTAR JUARA KING FAHD CUP/PIALA KONFEDERASI
1992 Argentina
1995 Denmark
1997 Brasil
1999 Meksiko
2001 Prancis
2003 Prancis
2005 Brasil
2009 Brasil
2013 Brasil
Artikel ini pertama kali ditayangkan di Juara.net, dengan judul artikel Sejarah Piala Konfederasi, Arab Saudi ke Rusia