Karena Budaya Online, 75% Remaja Mengidap Gejala "Fear of Missing Out". Apakah Kamu Salah Satunya? Kenali Gejalanya

Rabu, 21 Juni 2017 | 07:54
Rizki Ramadan

kurang update dan cemas.

Kamu pernah ngerasa ketinggalan berita terbaru di sekitar kamu? Atau merasa teman-teman kamu lebih baik dari kamu? Atau, apakah kamu pernah merasa takut dianggap hilang kalau nggak nge-post sesuatu di Instagram? Kalau iya, bisa jadi kamu termasuk satu dari banyak remaja yang mengalami FOMO. Eh, FOMO tuh, apa?

FoMO adalah suatu gejala dimana kita merasa ketinggalan apa yang teman-teman kita lakukan, apa yang teman-teman kita tahu, dan berpikir apa yang mereka punya itu lebih baik dari kamu. Dilansir dari TIME, sekitar tiga per empat remaja dilaporkan mengalami gejala yang satu ini.

Mungkin, menurutmu ini nggak penting. Tapi, jangan menganggap remeh gejala yang satu ini. FoMO menyebabkan kamu untuk terus-terusan ngecek media sosial biar kamu nggak merasa kudet. Dikutip dari TIME, orang yang mengalami FoMO akut lebih sering membuka media sosial mereka langsung setelah bangun tidur, sebelum pergi tidur, bahkan ketika sedang makan.

Lantas, apa aja sih yang mengindikasikan kamu termasuk yang kena gejala ini? Yuk, berhenti sebentar scrolling down Instagram mu dan baca fakta di bawah ini.

  1. Kurang Bahagia
FoMO datang ketika kamu nggak merasa puas dengan hidupmu. Orang yang kurang puas dengan apa yang ia miliki, memiliki ketakutan yang tinggi akan ketinggalan update, serta kerap berpikir apakah orang lain lebih bahagia daripada dirinya, most likely, mereka udah kena gejala FoMO. Mereka biasanya sering banget cek medial sosial mereka. Mungkin buat kamu yang masih suka stalk instagram mantan, kamu bisa jadi salah satu pengidap FoMO.

  1. Ilusi Media Sosial
Media sosial sebenarnya hanya versi bagus dari kehidupan seseorang. Lewat media sosial, kamu nggak bisa langsung percaya bahwa momenyang dipamerkan di sana mewakilkan hidup seseorang secara keseluruhan. Sayangnya, banyak dari kita yang langsung membandingkan apa yang kamu punya dengan apa yang orang lain unggah di media sosial. Seperti yang Prof. Barru Schwartz tulis dalam bukunya The Paradox of Choice: Why More Is Less, “Stop paying so much attention to how others around you are doing.”

  1. Kurang Perhatian Dengan Sekitarmu
“Ketika kamu sibuk dengan orang lain atau sibuk dengan sesuatu yang kamu pikir lebih baik,, kamu akan kehilangan jati diri mu. Merasa takut ketinggalan berarti kamu nggak berpartisipasi sebagai dirimu sendiri di dunia kamu.” Kata McLaughin yang dilansir oleh Sciencedaily.

Media sosial bukanlah dunia yang sebenarnya. Menurut Paul Dolan dari London School of Economics, dalam bukunya Happiness by Design: Change What You Do, Not How You Think, kebahagiaan ditentukan oleh bagaimana kamu mengatur perhatianmu. Kalau kamu nggak bahagia, berarti kamu salah menempatkan perhatianmu. Jadi, merubah tingkah laku dan meningkatkan kebahagiaan itu sama dengan menjauhkan perhatianmu dari hal negative dan fokus ke hal positif.

Then, gimana cara kita biar terhindar dari gejala FoMO?

Mudah dan nggak perlu ngeluarin isi dompet kok. Kamu hanya perlu bersyukur atas apa yang udah kamu punya selama ini. Ya, merasa cukup. Termasuk cukup dengan interaksi di media sosial.Kamu nggak bakal tahu kan, kapan apa yang kamu miliki sekarang diambil dari kamu? Kedengarannya emang biasa aja. Dilansir dari Bakadesuyo, bersyukur bakal bikin kamu lebih menghargai hidup dan membuat kamu lebih bahagia.

(Penulis: Latifah Khairunnisa)

Editor : Rizki Ramadan