Kapan Sih Sebenarnya Vans Masuk ke Indonesia?

Jumat, 02 Juni 2017 | 05:51
Alvin Bahar

Vans, Bukan cuma untuk skater

Kalo ditanya kapan tepatnya Vans mulai ada di negara kita, jawaban pastinya adalah jauh sebelum brand ini buka original store-nya di Jakarta, 2013 lalu.

Tentunya masuk lewat jalur kolektor dan pebisnis yang membelinya dari luar negeri untuk kemudian dijual lagi di sini. Tahunnya pun masih sekitar 1990-an, dan penyebarannya masih di kalangan tertentu aja.

Pastinya, juga nggak jauh-jauh dari kehidupan permainan skateboard, atau kehidupan para pecinta musik independen.

Lantas, bagaimana sebenarnya kisah perjalanan Vans hingga bisa melebarkan sayap dan menyiarkan influence-nya ke dalam negara kita?

Baca Juga: Mengintip Pabrik Sepatu Vans KW di Tangerang. Inikah Penyebab Distributor Vans Indonesia Pailit?

Dulu, mencari Vans harus ke luar negeri
“Sebetulnya kalau tahun 1970-an atau 1980-an, gue nggak bisa banyak bicara lah ya. Karena gue nggak setua itu juga. Tapi kalo kita bicara tahun 1980-an akhir dan tahun 1990-an, gue bisa banget bicara. Itu zamannya gue, zamannya gue masih muda banget. Emang zamannya gue nyari sepatu Vans juga. Tahun-tahun segitu, yang make Vans hanya anak skate, anak band, anak BMX juga, dan anak-anak yang berkecimpung di scene musik independen,” jelas Claude Hutasoit, salah satu pentolan skate berusia 38 tahun, yang HAI ajak ngobrol beberapa saat lalu di salah satu arena permainan skateboard di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Pria yang kemudian akrab disapa dengan panggilan Bang Claude ini kemudian menegaskan, kalau pengaruh skena musik punk, hardcore, serta indie, atau british music di Indonesia, sesungguhnya amat berdampak pada ‘invasi’ Vans ke Indonesia.

Pasalnya, alas kaki yang digunakan oleh jagoan-jagoan di aliran musik tersebut nggak lain datang dari merek sepatu Vans. Maka selanjutnya, kita tentu nggak boleh heran kalau anak-anak Indonesia, yang mendengarkan dan menyaksikan penampilan dari band-band idolanya, jadi tertarik untuk mengikuti gaya sang musisi favorit, termasuk dengan gayanya mengenakan sepatu Vans.

“Sejauh yang gue inget, detil yang paling gue inget terakhir adalah, di salah satu video klip-nya Blur, Damon Albarn itu emang pake sepatu Vans Oldskool, kalo nggak salah itu di video klip Parklife. Nah, menurut gue, video klip itu yang membuat anak-anak sini, yang suka dengan indie, indie-indie British gitu, menggunakan Vans,” cerita Bang Claude dengan penuh semangat.

Baca Juga: Vans Indonesia Tutup? Ini Dia Penyebab Bangkrutnya Distributor Vans di Indonesia

Vans
Berarti, masuknya Vans di Indonesia rasanya nggak bisa dilepaskan begitu saja dari roots-nya, yakni skena musik punk, hardcore, atau musik independen.

Karena kalau dikaitkan dengan contoh kasus Blur tadi, tentu skena musik tersebut jadi salah satu faktor yang turut ambil andil dalam menyebarkan ‘virus’ Vans ke Tanah Air.

Satu lagi jalur invasi brand ini di tanah air adalah dari budaya pop Jepang yang bisa dikonsumsi kawula muda lewat majalah-majalah impor.

Dibandingkan dengan pemakai yang berasal dari ranah skateboard dan musik, rupanya ada juga yang terpengaruh oleh style fashion Jepang.

Meski jumlahnya jauh lebih dikit, tapi mereka adalah orang-orang yang memang suka fashion, banyak membaca buku atau majalah yang memang menjadikan gaya Jepang sebagai referensi.

Baca Juga: Distributor Bangkrut, Vans Indonesia Tutup?

“Young at Heart” kolaborasi Vans dengan Disney.
“Yang menyukai itu sih, sangat sedikit. Bener-bener nggak nyampe deh 50 orang di Jakarta, dulu. Mungkin hanya 20-an kali ya. Yang into banget. Gue pun akhirnya dikenalin sama salah satu orang, dan ternyata gue baru ngeh, memang ternyata ada orang-orang yang into Vans karena si fashion Jepang ini, bukan karena si skate atau musik. Jadi dari segi fashion-nya, gitu,” ungkap Bang Claude lagi. “Dengan lo lihat sekarang Vans udah ada di mana-mana, ya itu efeknya si streetwear itu. Dan of course efek skateboard-nya sih yang utama, masih tetap roots-nya itu.”

Faktanya memang, kehadiran yang dibawa oleh arus streetwear Jepang itu sama sekali nggak mengganggu atau bahkan mempengaruhi pemakai yang datang dari kalangan skateboard atau musik. Mereka cukup nggak peduli sama gaya Jepang itu, karena mereka sesungguhnya menganggap Vans sebagai sneakers yang memang fungsional untuk dipakai bermain skate.

“Dan kita pakai juga buat manggung. Manggung kan lo juga lompat-lompat segala, ya lo kan band-band hardcore dan punk, kan pasti (Vans itu) rusak juga pada akhirnya,” timpal Bang Claude. (Jeanett/Kiram)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya