“Jaman Sekarang, Kita Bisa Hidup Dari Skateboard”

Senin, 22 Mei 2017 | 05:44
Alvin Bahar

Skateboard

Mundur ke tahun 1995 silam, seperti yang dibilang Tony Sruntul, skena olahraga extreme kayak skateboard masih belum banyak peminatnya. Itu sebabnya, di jaman itu, orang yang main skateboard bisa diitung pakai jari, itu-itu aja, plus, skatepark yang jumlahnya hanya ada dua se-Indonesia.

Maklum, selain terbatasnya referensi, menurut Tony, pikiran orang tua jaman dulu yang bilang skateboard nggak punya masa depan jadi salah satu penentu kenapa di jaman itu, skena ini nggak berkembang kayak sekarang.

“Jaman dulu, tuh, susah banget mau main skate. Terus, orangtua jaman dulu juga menganggap kalau skateboard nggak punya masa depan. Menurut mereka, kita lebih baik disuruh kerja biar dapat kerja yang enak. Hahaha…,” lanjut Tony.

Skateboard (Abdu)
Masalah nggak berhenti sampai di situ. Nyatanya, untuk menembus birokrasi pemerintahan, para skateboarder juga punya kesulitannya sendiri.

“Olahraga ini (skateboard) nggak dipandang, soalnya mereka masih nggak paham. Bayangin aja, sekitar 20 tahun, pertumbuhannya gitu-gitu aja,” kenang pemilik D’Sruntul Skate Shop.

‘Angin Segar’ Skateboarder Lokal

Skateboard (Abdu)
Perjuangan Tony Sruntul cs. nyatanya nggak sia-sia. Setidaknya, mereka punya harapan buat mengangkat Indonesia lewat skateboard. Soalnya, meski menuai pro dan kontra, skateboard resmi jadi olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade.

Skateboard menemani empat cabang olahraga lain, yakni selancar, baseball, surfing, karate, dan panjat tebing yang akan dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2020.

Nah, hal itu tentunya jadi angin segar buat para skateboarder lokal. Meski bukan olahraga populer, nyatanya skateboard punya peminat yang cukup besar.

Efeknya pun mulai terasa. Beberapa tahun belakangan ini, baik swasta dan pemerintah, keduanya saling membantu untuk menyediakan taman bermain buat para pegiat olahraga extreme.

“Perkembangannya pesat banget. Sampai saat ini, udah ada sekitar 50 skatepark di Indonesia,” ujar Tony.

Skateboard (Abdu)
Pun dengan bibit-bibit potensial baru. Kini, skateboard nggak cuma dinikmati oleh para remaja, tapi juga anak-anak belia. Sebut saja Rubyanda dan Sanggoe Dharma yang mulai menekuni olahraga ini sejak usia belia. Bahkan, nama Sanggoe Dharma kini mulai diperbincangkan dunia karena prestasinya dalam olahraga asal Negeri Paman Sam ini.

Kalau dihitung-hitung, nih, di Indonesia sendiri, ada lebih dari 30 ribu skateboarder yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini diungkapkan oleh Mulyo Suri Kresno, Ketua Umum Federasi Skateboard Indonesia.

Hidup Dari Skateboard

Skateboard (Abdu)
Berkembangnya skena olahraga extreme ternyata memberikan dampak positif nggak cuma buat para pegiatnya aja, tapi juga dari segi bisnisnya.

Itu sebabnya, sadar atau nggak, beberapa tahun belakangan ini, bermunculan lembaga-lembaga informal, alias tempat kursus buat kita yang mau menekuni skateboard langsung dari ahlinya. Salah satunya adalah Green Skate Lesson milik Tony Sruntul.

Selain menjamurnya tempat les skateboard, kini juga bermunculan skate shop baik yang berjualan via online atau off line. Menurut Tony, hal ini membuktikan bahwa di masa depan, kira-kira 5 sampai 10 tahun mendatang, skena ini akan jadi salah satu sektor yang menguntungkan.

“Ke depannya nanti, kalau mau punya pendapatan, nggak melulu harus kerja kantoran. Asal serius, jaman sekarang kita bisa hidup dari skateboard. Selain jadi atlet, bisa juga dari bisnisnya,” lanjut Tony.

Skateboard (Abdu)
Hal yang senada juga dikatakan oleh Mulyo. Menurutnya, para atlet skateboard yang berprestasi ini mendapatkan gaji, bonus, asuransi, dan juga biaya perjalanan dan lomba, dari pihak sponsorship.

"Jadi, sudah ada kira-kira 100 skateboarder yang dapat hidup, bukan hanya menghidupi diri sendiri, tetapi juga bisa menghidupi keluarganya dengan layak dari bermain skateboard," tambah Mulyo.

Menanggapi tren positif ini, Tony mengatakan bahwa kunci untuk bermain skateboard adalah konsistensi. Menurutnya, untuk bisa survive dalam skena ini, kita harus total, nggak boleh setengah-setengah.

“Saya udah sekitar tiga tahunan nggak kerja kantoran. Saya sadar selain kerja, skill saya ada di sini (skateboard). Jadilah saya buka usaha kursus skateboard dan skate shop. Terbukti, kita masih bisa make money dari hobi. Intinya pinter-pinter kita mengemas skill yang dipunya,” tutup Tony meyakinkan.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya