Setiap zaman, cowok pasti punya mainan khasnya sendiri. Sebelum Counter Strike, Ragnarok atau DOTA “menyerang” para cowok lebih suka bergelut dengan mainan-mainan fisik. Selain gundu, gambaran, kartu kwartet, dan monopoli, salah satu mainan lainnya yang nggak lekang oleh waktu adalah mainan mobil rakit Mini 4WD yang dipopulerkan oleh merk Tamiya.
Awalnya Tamiya ngetop sebagai produsen mainan rakitan (1948). Namun, sejak merilis mobil rakitan yang dikenal dengan 4WD pada tahun 1982, merk Tamiya malah identik dengan si mobil mini berdinamo itu.
Saat masuk ke Indonesia, pada era 1980-an sosok Tamiya belum mencapai puncak popularitasnya. Keberadannya tenggelam oleh permainan gangsing. Namun, saat memasuki tahun 1990-an, Tamiya berubah menjadi barang yang bukan hanya sekedar mainan.
Salah satu penyebab tren Tamiya ini cepet banget populer di kalangan anak 90-an adalah serial animasi Dash Yankuro yang tayang di TVRI. Agaknya, film yang bercerita tentnag kumpulan anak pebalap Mini 4WD ini memang berasosiasi dengan brand Tamiya. Soalnya, jenis Mini 4WD yang dimiliki para tokohnya sama kayak keluaran Tamiya. Salah satunya yang populer banget adalah Dash-1 Emperor
Tamiya disukai selain bisa dikoleksi tapi juga bisa dikulik. Ngulik dinamo Tamiya, mencat ulang bodinya, serta merakit mekaniknya tuh jadi pengalaman pertama bersentuhan dengan dunia teknik bagi anak-anak. Nggak sedikit tuh, anak-anak tahun 90-an yang minta hadiah trek Mini 4WD sebagai hadiah sunatan. Hehe. Soalnya, balap Tamiya punya keasikan sendiri. Ajang kompetisinya pun sering banget dihelat di mal-mal.
Bak balapan mobil F1 yang membutuhkan perawatan serius dan strategi khusus dalam memenagi kontes. Mulai dari upgrade bodi, roda seting gir, batere dan komponen lainnya. Walau terbilang hobi yang mahal, tapi penggemarnya terus bertambah. Mobil mainan plastik karbon tanpa pemberat itu semakin banyak digilai, meski harus merogoh kocek duit banyak dan rela mengorbankan waktu demi mainan yang identik dengan cowok ini.
Di masa puncak popularitasnya itu, Mini 4WD nggak lagi didominasi oleh brand Tamiya yang harga produknya agak mahal.Sejumlah brand kelas menengah ke bawah bermunculan juga. Selain Tamiya, brand yang terkenal lagi saat itu adalah Audley. Tapi, nggak sedikit juga tuh produk buatan Cina ikut meramaikan pasar.
Yang untung tentu saja temen-temen kita yang pengen ikutan ngebut di trek Tamiya tapi duitnya pas-pasan. Seperti kita tahu, untuk merakit Tamiya asli berikut aksesorisnya harganya bisa mencapai angka jutaan rupiah!
Sedangkan yang merk lain bisa ditebus dengan 15 ribu rupiah saja! Nggak heran kalo di setiap counter mainan di department store selalu ada trek balap mobil rakitan.
Tunduk pada siklus, ketenaran Tamiya sempat tenggelam. Bersaing dengan berbagai macam mainan dengan teknologi yang lebih canggih. Tapi sebagian pemujanya masih setia, tak pernah meninggalkannya. Dan, tahun 2003 tren Tamiya menghangat kembali. Malah surat kabar nasional Kompas edisi awal januari 2003 sempat habis-habisan membahas tren Tamiya.
Maraknya kembali tren tersebut tak lepas dari film Let’s and Go yang ditayangkan RCTI setiap hari Minggu pagi. Film ini bisa dibilang sebagai reinkarnasinya Dash Yankuro. Film animasi tentang Tamiya itu telah mendongkrak kepopulerannya. Semenjak itu, setiap kaki melangkah, lintasan adu Tamiya dengan mudah ditemukan.
Di Mall, pasar, pelataran toko mainan dan rumah warga di pinggir Jakarta tersedia track balap mobil rakitan. Sementara mobil-mobil kecilnya masih sama sejak dulu. Hanya saja tipe dan inovasi mesinnya terus berubah.
Maraknya berbagai jenis mainan kembali menutup gaung Tamiya. Tahun 2006 hingga awal 2015 gaung Tamiya nyaris tak terdengar. Baru setelahnya, tren Tamiya tiba-tiba muncul lagi. Anak-anak ‘90an yang mulai punya uang sendiri, kangen sama mainan masa kecilnya, dan mulai menghidupkan tren ini lagi. Apakah kamu salah satunya? (Muluk/Kiram)