Sangat Disayangkan! Kalau Saja 3 Hal Ini Terjadi pada 105 Tahun Lalu, Titanic Nggak Akan Tenggelam

Jumat, 14 April 2017 | 15:45
Alvin Bahar

Titanic

Pada 105 tahun yang lalu, kapal Titanic yang berlayar dari Southampton, Inggris untuk tujuan New York, Amerika Serikat, berlayar dan tidak pernah kembali. Ya, kapal mewah nan besar itu menabrak bongkahan atau gunung es di lautan, dan tenggelam, mengakibatkan ribuan nyawa melayang.

Sebenarnya, terdapat beberapa hal, yang pada saat itu, dapat mencegah tabrakan maut antara Titanic dan bongkahan/gunung es itu.

Berikut ini adalah beberapa hal yang seandainya bisa terjadi di malam itu, dan bisa saja menghindarkan Titanic tenggelam.

Kapal SS Californian

Ketika malam dimana tabrakan maut itu terjadi, sebenarnya awak kapal Titanic telah mengirimkan tembakan sinyal untuk meminta bantuan. Kala itu, terdapat kapal yang tidak jauh berada di dekat Titanic, yakni SS Californian.

Namun sayang, awak kapal di SS Californian tidak menerima sinyal itu, sehingga Titanic tidak ada yang membantu.

Nggak Cuma itu, sebenarnya, SS Californian telah menegur Titanic untuk tidak melanjutkan perjalanan karena medan yang akan dilalui dipenuhi gunung atau bongkahan es. Namun, operator sinyal Titanic, Jack Phillips, tidak mendengarnya.

Sudah diberi peringatan

Titanic
Sebelum kapal Titanic berlayar dari Southampton, sebenarnya, mereka sudah menerima enam peringatan untuk tidak melanjutkan pelayaran mereka. Peringatan-peringatan itu mengatakan bahwa jalur yang akan dilalui oleh Titanic akan dipenuhi oleh gunung atau bongkahan es yang mengapung di lautan.

Frederick Fleet

Frederick Fleet
“Bongkahan es! Ada di depan kita!” ujar Frederick Fleet, salah satu orang yang ada di kapal Titanic kala itu. Ia juga merupakan orang yang bertanggungjawab untuk melihat apa yang ada di depan jalur Titanic. Banyak orang yang mengatakan dia adalah orang yang pertama kali melihat bongkahan es di depan kapal Titanic.

Saat itu, ia tidak diperlengkapi dengan teropong, makanya, ia tidak bisa melihat bongkahan e situ lebih cepat. “Padahal, kita bisa melihat bongkahan es itu lebih cepat. Kita bisa saja membanting setir kapal, dan menghindarinya,” ujarnya.

Setelah ia selamat dari kecelakaan kapal paling besar di dunia itu, ia mengalami depresi dan akhirnya meninggal karena bunuh diri.

Tag

Editor : Alvin Bahar