WIH, JOSE MOURINHO TERNYATA PUNYA BEBERAPA KEMIRIPAN DENGAN AHOK, APA AJA YA?

Rabu, 12 April 2017 | 12:30
Alvin Bahar

Ahok dan Mourinho

FIFA memang melarang keras campur tangan politik ke dalam dunia si kulit bundar. Namun, bagaimana bila sedikit membandingkan antara sosok pelatih sepakbola dan politisi? Jose Mourinho dan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok, mungkin jadi dua subjek yang paling tepat untuk dibahas.

Ya, meskipun terjun dalam profesi yang berbeda, keduanya ternyata nampak memiliki beberapa kemiripan. Bukan soal fisik, tapi lebih kepada sikap dan kepribadiannya.

Nah, mau tau kan, apa saja sih kemiripan yang dimaksud? Daripada makin penasaran, yuk simak ulasan berikut ini.

Pembelah Opini Publik

Ahok dan Mourinho
Sebagai sosok yang terkenal, wajar bila Mourinho dan Ahok seringkali masuk ke dalam berbagai pemberitaan. Ucapan dan sikap keduanya, bahkan juga kerap mendapat respon yang berbeda dari publik.

Buktinya? Lihatlah, orang-orang yang membenci sikap kontroversial Mourinho tentu akan semakin berlawanan. Dan, bagi penyukanya, jelas akan terus mendukung Mourinho.

“Tolong jangan bilang saya arogan, tapi saya juara Eropa, dan saya pikir saya yang spesial,” ujar Mourinho.

Dan, hal ini pun ternyata juga sama persis dengan yang dialami Ahok. Apalagi, ini semakin ketara saat Ahok dikaitkan dengan kasus isu penistaan agama. Bagi yang merasa Ahok nggak salah ya akan tetap mendukungnya. Tapi, bagi yang menganggap ucapan Ahok sangat keterlaluan, pasti akan berlawanan dengannya.

“Saya tidak berniat melecehkan ayat suci Alquran, tetapi saya tidak suka mempolitisasi ayat-ayat suci, baik itu Alquran, Alkitab, maupun kitab lainnya,” ujar Ahok.

Penyuka Tantangan

Ahok dan Mourinho
Mourinho mulai menunjukkan kapabilitasnya ketikta berhasil membawa FC Porto menjuarai Liga Champions pada musim 2003/2004. Semusim berikutnya, Mourinho langsung hijrah ke kota London untuk menangani Chelsea.

Nah, awal menangani The Blues, Mourinho pernah berucap, sebenarnya semua akan lebih mudah bila ia tetap bertahan bersama Porto. Tapi, Mourinho justru dengan berani menghadapi tantangan, sebab saat itu Chelsea belum sehebat sekarang.

“Saya kini lebih punya banyak uang, dan lebih punya keinginan untuk menang dibanding sebelumnya,” ujar Mourinho.

Kisah Mourinho tersebut nampak mirip dengan yang dialami Ahok. Titik awal karir politik Ahok ialah saat ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Sebagai warga asli sana, tentu semua akan terasa lebih mudah jika Ahok tetap bertahan. Namun, Ahok justru hijrah dan mulai menghadapi sejumlah tantangan dengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Tantangan terberatnya, belum pernah ada gubernur menang independen.Nasib saya pun di ujung tanduk nih. Kalau partai marah, artinya partai enggak mencalonkan saya dan saya pertaruhkan ini semua,” ujar Ahok.

Berpegang Teguh Pada Prinsipnya

Mourinho sering dikritik karena strategi bertahannya yang cenderung membosankan dan merusak keindahan sepakbola. Namun, lihatlah apa yang dihasilkan Mourinho, Porto diluar dugaan menjuarai Liga Champions, Chelsea disulapnya jadi tim raksasa, dan Inter Milan sukses meraih treble winners.

“Anda membuat pertanyaan dan Anda harus membuat keputusan, ketika tim saya memainkan sepakbola pragmatis dan memenangkan pertandingan serta gelar dan Anda mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar dan tidak baik,” ujar Mourinho

Begitupun dengan Ahok, ia sering dikritik banyak pihak atas kebijakannya menggusur kawasan kalijodo. Menurut Ahok, kawasan kalijodo seharusnya dijadikan lahan hijau. Dan, buktinya, sekarang kawasan kalijodo udah berubah jadi taman kota.

“Saya sebetulnya kalimatnya bukan penggusuran. Kalau penggusuran itu kalau aset kamu saya gusur. Ini bukan penggusuran, ini penertiban. Kalau gusur itu punya kamu, namanya gusur. Ini kan punyanya kami, kamu dudukin. Ya kami tertibin,” ujar Ahok.

Ucapan yang kontroversial

Sebagai pelatih, Mourinho seringkali mengucapkan hal-hal yang mengundang kontroversi. Dalam sesi wawancara, ia kerap menyalahkan pihak wasit atas kekalahan tim yang diasuhnya.

“Ketika saya melihat Rijkaard memasuki ruang ganti wasit, saya tidak bisa mempercayainya. Ketika Didier Drogba mendapat kartu merah, saya kemudian tidak terkejut. Sejarah kepelatihan saya tidak bisa dibandingkan dengan sejarah Frank Rijkaard. Dia belum pernah meraih trofi, sedangkan saya punya banyak trofi.

Begitupun dengan Ahok, kata-kata yang keluar dari mulutnya dianggap banyak pihak terlalu keras. Ini tentu kontroversial, mengingat Ahok adalah pejabat publik, tapi gayanya justru blak-blakan banget.

“Kadang saya suka nyeleneh ngomong itu, sebenarnya tes pasar tau enggak. Habis ngomong kita lihat respons pasar, seberapa banyak yang ngomong positif dan nyela kita,” ujar Ahok. (Tomi)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya